Flashback. 6 bulan yang lalu.
Entah mimpi apa Chelsea kemaren. Ia lagi lagi disatukan dengan Fahren disebuah mobil. Apa dengan satu atap kemaren tidak cukup? Kenapa mesti satu mobil plus satu tujuan sih? Kurang lebih itulah yang Chelsea pikirkan.
Iya, kemaren dosen itu datang kerumahnya. Ia baru tahu kalau Fahren juga seorang pengusaha dan juga teman abangnya.
Mereka bertiga, Andra, Chelsea dan Fahren akan menuju ke perusahaan milik ayah Andra dan Chelsea, Usman Group. Sedikit yang Chelsea tau, bahwa selain menjadi dosen Fahren juga merupakan direktur utama di perusahaan Heitward Group dan melakukan kerja sama dengan perusahaan ayahnya.
Dan peran Chelsea disini adalah untuk belajar cara menjadi seorang manager. Meskipun jelas Chelsea tak mau, tapi kata Bunda, tak ada salahnya mencoba.
"Dek? Masih hidup kan?" Pertanyaan konyol oleh abangnya yang satu itu sukses membuat lamunan panjang Chelsea buyar.
"Ck, ya masih lah," jawab Chelsea ketus, ia lebih memilih melihat gedung gedung disampingnya dibandingkan melihat kearah depan, alias melihat Fahren.
Mobil yang mereka naiki sampai di sebuah lampu merah. "Bang, Chelsea boleh nggak turun bentar?" Pinta Chelsea kepada Andra di depannya, sedangkan Fahren yang mengemudi.
"Ngapain keluar?"
"Ituu," Chelsea menunjuk ke arah luar jendela, tepat pada seorang gadis kecil pedagang bunga mawar.
Gadis itu tengah duduk di pinggir trotoar, menyapu peluh yang berada di dahinya.
"Bentar doang... please," pinta nya lagi sambil memelas. Poin utama seorang Chelsea adalah keimutannya, jadi... tau sendiri lah ya, siapa sih yang nggak mempan sama keimutannya.
"Iyaiya, tapi cepet ya."
Dengan segera Chelsea keluar dari mobil. Dan berlari menuju gadis itu.
"Halo dek," sapa Chelsea.
"Halo juga kak, mau beli bunga?" Tanya gadis itu.
"Iya, kakak mau beli bunga mawar nya 20," ujar Chelsea sambil tersenyum manis.
"Waahhh, beneran kak??" Tanya gadis itu tak percaya. Chelsea hanya mengangguk sebagai balasan.
"Bentar kak, aku siapin dulu bunganya," ujar gadis kecil itu sambil menghitung bunga bunga yang ada di keranjang yang ia bawa.
"Iya, ngomong ngomong nama kamu siapa?" Tanya Chelsea
"Aku Siska kak, kalo kakak?" Ujar gadis yang bernama Siska itu sambil memberikan bunga yang telah ia hitung tadi.
"Kalo aku namanyaㅡ,"
"Chelsea cepetan!" suara teriakan Andra memotong perkataan Chelsea. Bagaimana tidak, lampu merah sudah menunjukan 15 detik lagi menuju lampu hijau.
"Yaudah ya dek, kakak pergi dulu, ini uangnya, kembaliannya di ambil aja. Semoga kita ketemu lagi," ujar Chelsea sambil berjalan berlalu memasuki mobil. Tak lupa ia juga melambaikan tangan ke gadis itu, dan sebaliknya.
Chelsea sudah memasuki mobil, dan mobil pun mulai berjalan menuju perusahaan tempat Andra bekerja.
"Ngapain sih dek beli bunga, biar gak dikira jones?" sindir Andra.
"Chelsea tau, di ruangan abang pasti gersang makanya Chelsea beli bunga," sindir balik Chelsea sambil mencium cium bunga mawar yang ia beli.
Selang beberapa menit. Mobil berhenti, dan mereka sudah berada di sebuah gedung tinggi alias kantor perusahaan milik Andra.
Andra memilih untuk menunggu pacarnya. Sementara, Fahren dan Chelsea sudah duluan memasuki kantor tersebut. Ini baru pertama kalinya Chelsea datang saat remaja. Dulu waktu kecil ia sering kesini bersama ayahnya, namun semenjak ayahnya meninggal di usianya yang belia, ia jadi tidak pernah ke kantor itu lagi.
Chelsea hanya mengikuti Fahren. Sungguh jalannya sangat berliku liku, kadang ke kanan, naik tangga ke kiri lagi lurus belok belok. Rumit!!!
"Pak kita kemana sih? Dari tadi belak belok melulu," keluh Chelsea. Fahren berbalik dan tertawa. "Pft bahahaha."
"Jadi kamu ngikutin saya? Kenapa nggak ikut sama abang kamu aja," ujar Fahren di sela sela tawanya.
"Ihhh, saya kira bapak mau nganterin ke ruangannya Abang," kesal Chelsea sambil menghentak hentakkan kakinya "Pokoknya saya mau bapak anterin saya ke Bang Andra lagi, titik!" Lanjutnya.
"Iyaiya, sebentar, kamu tunggu disini," ujar Fahren lalu segera berbalik dan memasuki ruangan yang ada di belakangnya tersebut.
"To-i-let," gumam Chelsea mengeja bacaan yang terpampang di pintu yang di masuki Fahren.
"Jadi dari tadi kesana kemari cuma mau ke toilet doang," monolognya merasa kesal. "Dasar Fahren sialan!" kesal Chelsea hendak memukul pintu toilet tersebut, namun tak di sangka pintu malah terbuka dan pukulan terlayang ke arah muka Fahren.
BUGH~
"Aduhhh...," seru Fahren mengaduh, dengan tangan yang memegang hidung mancungnya. Untung nggak berdarah.
"Gawat ...,"gumam Celsi, segera berancang ancang untuk lari.
Satu,
Dua,
Ti-
Grep.
###
Tbc🍈
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold [END]
RomanceChelsea Tamara Usman, si mahasiswi pembuat onar yang mampu membuat sang dosen, Fahren Giandra Heitward terpaku olehnya. Tentu saja tidak secara instan, banyak kejadian yang membuat mereka akhirnya dekat. Fahren Giandra Heitward, dosen nyebelin, nges...