9. HARI PERTAMA (1)

1K 40 0
                                    

Fahren berbaring di atas tempat tidurnya, mengangkat tangannya yang dililit dengan benda berwarna putih, ia menatapnya begitu dalam. Ia jadi teringat akan kejadian barusan.

"Berdarah...," gumam Chelsea saat melihat tangan Fahren yang berisi sayatan dengan darah mencucur diatasnya.

"Ohh ini... tadi saya nggak sengaja kena pecahannya. Dikit kok, nggak masalah buat saya," Ujar Fahren dengan kekehannya.

"P3K dimana?" Tanya Chelsea masih menatap intens luka ditangan Fahren tersebut. "Ohh ada... tapi tenang saya nggak perlu hal begitu, ini cukup dicuci saja udah selesai kok," jelas Fahren.

"Dimana?" Chelsea masih menatap intens luka tersebut. "Saya nggak apa apa kok, udah sana cepet ke kamar kamu, biar saya yang bersihin sendiri."

"DIMANAA?!" Bentak Chelsea yang membuat Fahren tersentak. Ia segera menunjuk ke arah dapur tepat dimana kotak P3K berada. Chelsea berlari mengambil kotak tersebut lalu kembali lagi ke sisi Fahren. Ia menarik tangan pria itu lalu diajaknya duduk di sofa.

Chelsea membersihkan luka pria didepannya dengan teliti. "Saya nggak apa apa kok, nggak perlu kayak gitu," ungkap Fahren. Chelsea lebih memilih tidak memperdulikannya.

Hingga setelah Chelsea selesai mengikatkan perban. Ia berbicara, "Saya nggak mau ada yang terluka, gapapa kalo itu saya, tapi jangan orang lain," segera setelah mengucapkan kalimat tersebut, gadis itu pergi kekamarnya meninggalkan Fahren yang diam termenung.

"Ada apa dengan anak itu?" Batinnya bertanya.

"Apa ada masa lalunya yang berhubungan dengan luka ya?" Tanya Fahren sendiri didalam kamarnya. "Bodo ah," Fahren lebih memilih meenutup matanya dan pergi menuju alam bawah sadar daripada pusing memikirkan hal tersebut.

###

Hari ini hari pertama Chelsea tinggal di apartemen milik Fahren. Sebenarnya bukan pertama sih, ia datangnya kemarin malam, tapi sekarang bisa termasuk yang pertama kan?

Tok tok

"Makan," dari balik pintu kamar Chelsea itu terdengar suara khas dosennya, siapa lagi kalau bukan Fahren. "Iya, sebentar," jawab Chelsea seraya berlari menuju pintu kamarnya dan membukanya.

Kriett...

Saat membuka pintu, hal pertama yang gadis itu lihat adalah dada...







Iya dada! Dada seorang Fahren yang sedang memainkan smartphone dengan tubuh yang hanya di balut handuk di bawahnya, tangan kirinya menggosok gosok rambutnya dengan handuk kecil.

Celsi meneguk salivanya susah. Mana dadanya kekar lagi, berotot pula. Kalo disentuh gimana ya... eh.

Chelsea menepuk nepuk pipinya guna menghilangkan pikiran pikiran kotor yang menyerangnya. Dasar otak yadong.

"Kamu kenapa?" Tanya Fahren yang memperhatikan Chelsea merutuk diam diam. "Eh, nggak kok. Dah ya, saya mau makan," Segera Chelsea berlari ke arah dapur yang dekat dengan kamarnya berada, tepat disampingnya.

"Wahh kayaknya enak, ini bapak buat sendiri?"

"Nggak... saya pesan di bawah"

"Dan... bisa tidak jangan panggil saya bapak?" Fahren mengambil tempat duduk di depan Chelsea yang sudah memakan sesuap bubur ayam. Dan jangan lupakan, ia masih bertelanjang dada.

"Nggak," jawab Chelsea di sela sela kunyahannya. Fahren berdecak kesal, umurnya masih muda, baru juga 27 tahun. Ia masih wajar jika dibilang kakak oleh orang yang hanya berumur 5 tahun dibawahnya.

"Bapak kenapa nggak ganti baju?" Tanya Chelsea. Fahren tidak menjawab, ia sibuk dengan makanannya.

"Berhubung kuliahnya libur 1 minggu, saya mau aㅡ,"

BRAK.

Tanpa sengaja tangan Chelsea menggebrak meja makan tersebut, yang membuat Fahren seketika menatap bingung kearahnya.

"Libur?!" Tanya Chelsea tak percaya, Fahren hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kok nggak ada pengumuman?!" Tanya nya lagi. "Sudah diumumin kemarin sore. Kamunya yang gak aktif, lagipula kamu kan udah selesai ujiannya."

"Bapak kok tau saya nggak aktif?"

"Kan kemaren sore kamu sama saya. Nggak liat tuh kamu megang hape kemaren," jelas Fahren yang membuat Chelsea mengangguk ngangguk.

"Berarti libur gini, enaknya rebahan... huaaa senangnya hati inii," monolog Chelsea dengan bahagianya memakan bubur ayam didepannya.

"Kita akan belajar selama liburan," Chelsea langsung cemberut seketika. Ini tidak adil, disaat teman temannya yang lain menikmati liburan. Ia harus di hadapkan dengan buku buku jemu itu.

"Pak... ayolahhh. Libur loh ini, bapak pasti pengen liburan kan," Wajah Chelsea kini terlihat seperti seekor anjing kecil yang memelas ingin diberi makan.

"Nggak. Nilai kamu harus segera diperbaiki. Ujian kemaren ada beberapa yang rusak," tegas pria didepannya yang membuat gadis dengan mata besar itu menatap kesal.

"Ck. Tapi ada syarat!"

"Apa?"

"Bapak harus ngasih jeda, saya nggak mau belajar terus terusan."

"Hm."

Jadi kali ini, liburan seorang Chelsea akan dihabiskan dengan belajar. Berharap ia bisa melewati ini tanpa halangan dan dengan sabar.

Rencana liburan yang ia rangkum dulu kini sia sia. Huhhh... yahhh bagaimanapun ia memang harus belajar, jadi terima saja.

Ritual makan mereka berdua sudah selesai. Sekarang giliran Chelsea membantu Fahren membersihkan meja dan mencuci piring. Dia mau balas budi terhadap Fahren yang sudah membuatkan... ralat, membelikan ia bubur ayam. Sementara itu, Fahren sedang pergi, mungkin kekamarnya.

Chelsea mencuci piring seperti biasa. Tapi ada satu hal yang membuat ia memberhentikan kegiatannya itu.

Terdapat suara orang yang cekikikan, tunggu, apartemen ini tidak angker kan? Semoga saja tidak.

Chelsea berlari menuju ke arah ruang nonton tv yang sekaligus menjadi ruang tamu itu. Ia mengintip diantara celah rak rak yang tersusun berantakan, namun terlihat elegan.

Seorang perempuan, bersama dengan Chiko? Lalu dimana Fahren? Apa dia sedang bermimpi berada di apartemen orang lain? Tapi jelas jelas Chiko, anjing milik Fahren itu ada disana. Ahhh bagaimana ini?

"Ngapain ngintip ngintip?"

"KYAAAAAAAA!"

###
Tbc🍈

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang