8. SATNIGHT

974 45 0
                                    

"Wahhhh...," hanya satu kata tadi yang terus menerus terucap di bibir tebal Chelsea saat Fahren mengajaknya. Tak sia sia memang, dia menunggu waktu selama 10 menit dan disuguhkan dengan pemandangan berharga triliunan.

"Suka?" Tanya Fahren tersenyum kecil memandang Chelsea yang terus saja kagum. "Gimana nggak pak, bapak ngajaknya ke tempat gini, seumur hidup baru pertama kali saya kesini."

"Saya kira, jika saya ajak kamu kesini. Sedih kamu jadi ilang," jelas Fahren sambil ikut memandang kearah langit, menatap berjuta juta bintang diatas sana yang memanjakan mata.

"Saya gampang move on tau orangnya. Gaperlu sampek segininya, eh tapi makasih loh pak. Besok besok saya mau ajak temen saya kesini," ujar Chelsea, masih tetap mengagumi karya Tuhan diatas sana, tanpa melirik sedikitpun ke arah Fahren.

"Jangan ajak temen kamu," Tangan pria itu mencabuti helai per helai rumput dibawahnya, ia menunduk menatap kegiatan yang sedang ia lakukan.

"Kenapa?" Chelsea yang sedari tadi menatap keatas kini menoleh ke arah sampingnya. "Biarin hanya kamu sama saya yang tau,yang lain nggak usah, saya mohon."

"Iya iya deh," akhir Chelsea. Selang beberapa menit terjadi keheningan diantara mereka, meskipun masih terdengar suara angin sepoi sepoi.

Gadis berhoodie itu sempat menggigil sedikit, namun berhasil ditahannya. Fahren yang melihat itu berinisiatif memberikan jaketnya. Tapi dengan segera ditahan Chelsea.

"Jangan... bapak nanti kedinginan," tolak gadis itu. Namun pria disampingnya tak menghiraukan. "Dingin segini nggak buat saya sakit."

"Ya udah awas aja kalo nanti bapak sakit, jangan salahin sayㅡ."

Drt drt.

Dering handphone di saku Chelsea memotong percakapan mereka. Segara gadis bersurai panjang itu mengangkatnya. "Halo bun, kenapa?"

"Bunda sama Andra mau ke Jepang sekarang, kamu nanti nginep seminggu di rumah nak Fahren ya?"

"Ihh bun..... kenapa harus di rumah dosen ini sihh," Fahren yang merasa dirinya disebut langsung manatap bingung ke arah Chelsea. "Chelsea nginep di rumah Rea aja ya," tawar Chelsea. "Iya."

Gadis itu hendak menekan nama temannya, tapi mengingat dirinya dengan Rea yang belum akrab sekali. Akhirnya membuat Chelsea mengurungkan niatnya.

Fahren yang sedari tadi disamping Chelsea hanya menyibukkan diri melihat ke atas, memandangi benda berkelap kelip disana.

"Halo Bun. Ini gimana? Rea nggak bisa. Masa iya Chelsea nginep dirumahnya pak Fahren. Seminggu lagi," ujar Chelsea saat merasa panggilan sudah tersambung.

"Speaker-in biar Fahren juga denger," segera Chelsea menuruti kata Bundanya. "Nak Fahren," panggil Bunda.

"Iya tante," jawab Fahren. "Chelsea nginep di rumah kamu ya. Untuk seminggu aja. Habisnya kasihan Chelsea dirumah sendirian. Boleh?"

"Boleh kok tan."

"Tapi bun... Kita ini cewek cowok lohhh... udah besar lagi... Bunda nggak takut anaknya di apa apain?" Ujar Chelsea.

"Emangnya Fahren mau apa apain Chelsea?" Tanya Bunda. "Nggak kok tan. Saya akan jaga anak Tante."

"Tuh, udah kan? Nanti kalo kamu diapa apain sama Fahren. Telpon Bunda langsung. Udah ya Bunda tutup. Hati hati ya," Pamit Bunda.

"Hati hati juga Bun."

"Hati hati juga Tan."

Mereka menjawab berbarengan, diakhiri dengan bunyi tut. Chelsea menghela napas. Lagipula jika Chelsea menolak perintah Bunda, ia yang akan rugi karena dia takut sendirian apalagi gelap.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Fahren. Yang dibalas anggukan oleh Chelsea. "Tapi saya mau ngambil pakaian dulu di rumah."

Singkatnya mereka sudah sampai di apartemen Fahren. Chelsea membawa baju untuknya selama seminggu. Oke, hanya seminggu setelah itu ia akan pergi dari ruangan ini.

"Kamar kamu ada di depan kamar saya. Itu disana," ujar Fahren, menunjuk sebuah kamar yang berhadapan dengan kamarnya yang bercat abu abu. "Saya duluan," kata Chelsea, kemudian berlalu menuju kamar yang telah disediakan Fahren.

Chelsea merebahkan dirinya di atas kasur king size itu. Menutup matanya, menikmati keheningan yang terjadi. Hingga...

Pranggg...

Chelsea segera bangkit lalu menuju keluar, takut terjadi sesuatu diluar sana.

"Pak kenaㅡpa?"

Apa apaan ini? Apa yang dia lihat?? Pak Fahren bersama seorang....




Ralat... seekor anjing?!!...

"Chiko... diem!" Titah Fahren pada seekor anjing shiba inu yang sedang menidih dan menjilat dimukanya. Seperti tau akan perintah Fahren, anjing bernama Chiko itu langsung berdiri dan duduk menghadapnya dengan ekor yang kesana kemari.

"Anjing...," gumam Chelsea yang membuat Fahren beserta Chiko mendongkak ke arahnya. Chiko langsung menyerbu Chelsea dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Fahren, menidih dan menjilati mukanya.

"Hahahaha... Chiko ya," kekeh Chelsea saat merasakan geli akibat jilatan Chiko. "Chiko...," suara Fahren tersebut menginterupsi Chiko untuk menghentikan kegiatannya.

"Dia anjing saya, maaf," ujar Fahren yang membuat Chelsea memiringkan kepalanya. "Kenapa minta maap? Saya suka kok sama anjing, hehe," ucap Chelsea disertai dengan senyuman manis khas nya. "Baguslah."

"Yasudah, tadi apa yang pecah?" Tanya gadis itu menatap sekeliling apartemen milik Fahren itu. "Chiko nggak sengaja pecahin vas," Fahren menunjuk sebuah vas yang sudah pecah berserakan bersama bunga mawar dengan tangan kanannya.

Alih alih menatap vas yang ditunjuk itu, Chelsea lebih memilih melihat kearah tangan Fahren yang digunakan untuk menunjuk.

"Berdarah...," gumamnya.

###

Tbc🍈

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang