11. HARI PERTAMA (3)

893 39 0
                                    

"Kita mau kemana pak?" Gadis itu sedari tadi memandangi pria disampingnya. Entah kemana Fahren akan membawanya, yang jelas mobil yang Fahren bawa tiba tiba berhenti di sebuah gang kecil di pinggir jalan.

"Ikut saya saja," huhhh.... berapa kali Chelsea bertanya, jawaban dosen ini tetap saja seperti itu.

"Jangan macem macem loh pak. Saya jago muatay," ancam Chelsea. "Saya juga bisa, bahkan levelnya udah lebih tinggi dari kamu," balas Fahren yang membuat Chelsea melotot tajam.

Terpaksa, Chelsea mengikuti Fahren turun dan masuk ke gang kecil tersebut. Ini tidak seperti yang di film film, biasanya tempat para canibal akan terasa gelap dan berbau. Iya, yang dari tadi dikhawatirkan gadis itu adalah canibalisme. Ck, ternyata dugaannya salah.

Gang ini terlihat biasa saja, tidak ada yang spe- tunggu! Bau apa ini?

"Kita udah sampai."

"Wuahh..." kata kemarin itu kembali terucap dibibir tebal Chelsea. "Baunya enak pak," opininya.

"Saya nggak bawa kamu untuk macam macam kan? Sekarang kita makan," ajak Fahren menggandeng tangan Chelsea untuk masuk ke rumah makan yang memiliki bau sedap itu.

"Kejadian tadi pagi saya minta maaf ya," ujar Fahren disela sela makannya. Huh... dosen ini sudah berkali kali berkata seperti itu. Bayangkan saat tadi pagi sampai sore begini ia sudah meminta maaf sebanyak 20 kali, apa dia menghitung setiap 30 menit?!

"Ck, jawaban saya tetep sama," sudah berapa kali dia berkata iya dalam satu hari ini, membuat mood dirinya memakan ceker balado itu jadi hilang.

"Tapi tetap sajaㅡ."

"Kalo gitu nggak saya maafin," ketus Chelsea memotong ucapan Fahren. Apa dosen ini tidak tahu situasi? Mereka sedang makan sekarang.

"Yah... jangan gitu dong...,"

"YAUDAH MAKANYA JANGAN MINTA MAAF MULU!" bentak Celsi membuat ibu penjual ceker yang melayani pelanggan lain tersenyum berarti.

"Duh... kalian pasangan muda jangan berantem." Ujar sang ibu penjual ceker, membuat Chelsea dan juga Fahren terbelalak kaget.

"Iya dek. Mas nya juga, jadi suami yang bener dong. Istrinya lagi ngidam gitu gabaik marah marah," timpal seorang pelanggan.

"Ehh tapi... tanpa ada pertengkaran, suatu hubungan harus di tanda tanyakan loh ibuk ibuk." Sahut pelanggan lain.

Uhh.... apa yang mereka bicarakan? Celsi? Ngidam? Apa dirinya begitu tua? Hiks.

"Maaf buk... kami nggakㅡ."

"Ahh iya buk, makasih nasihatnya" potong Fahren yang membuat Chelsda didepannya kaget. "Tapi pakㅡ."

"Aku minta maaf ya sayang," apa apaan ini?! Kenapa dengan Fahren yang biasa ia temui? Dimana dia?

"Duhh... langgeng ya mas mbaknya, saya permisi dulu anak sama suami udah nunggu lauknya," pelanggan yang lain sudah pergi. Ck bagaimana ini, mereka telah salah paham.

"Buk penjual. Saya nggak nikah sama dia. Kami nggak suami istri," ujar Chelsea mencoba membenarkan kesalahpahaman itu. "Saya tahu," tunggu. Ibu ini tau? Trus kenapa ia berpendapat begitu?

"Fahren baru pertama kali kesini sama seseorang. Jadi kamu pasti orang istimewa, ya nggak Fah?" Tanya Ibu penjual.

"Dia adik temen saya, bu Ara," ujar Fahren yang membuat ibu penjual bernama Ara itu mengangguk ngangguk.

"Ibuk masakannya enak banget, saya jadi suka. Lain kali saya mau makan disini lagi," pendapat Chelsea yang mendapat balasan senyum dari Ara.

"Datengnya nanti sambil bawa anak ya."

"Ibuk...," Fahren menghela napas. Ibu langganannya ini masih saja suka menggodanya.

"Yaudah makan dulu yang lahap, ibuk mau kedalem, mau ngambilin ceker yang lain," ujar Ara kemudian berlalu menuju dalam rumahnya.

"Bapak sering kesini?" Tanya Chelsea. "Setiap saya pulang ngajar selalu kesini," jawab Fahren sambil memakan cekernya. "Besok dateng kesini lagi ya pak," Fahren hanya mengangguk.

###

"Huaaa... cekernya enak, gak kerasa udah malem aja," kata Chelsea saat mobil yang mereka kendarai berjalan menuju ke apartemen milik Fahren.

"Pak, saya hidupin musik ya," tanpa diijinkan, Chelsea langsung menekan tombol musik di sampingnya itu. Ia mencoba mencari cari musik yang pas, hingga ia tertuju pada suatu musik yang memang ia ingin sekali dengarkan saat ini. Make it right.

Alunan bunyi merebak. Suara khas idolanya itu masuk ke gendang ke telinganya.

Liriknya sungguh menyentuh, seperti yang ia sudah alami sampai saat ini. Alunan memori memutar di kepala Chelsea. Saat saat manis dirinya bersama dengan Kelvin. Peristiwa ditembak, dan pengakuan Rea. Pengorbanan yang ia lakukan. Hingga ia melihat kerlipan bintang bersama seseorang yang tidak ia duga, dosen yang selama ini ia benci.

Tak sengaja, sambil mendengar kan lagu, Chelsea terjatuh ke alam bawah sadarnya. Fahren yang melihat hanya tersenyum sekilas.

'Capek sekali ya?' batinnya.

###
Tbc🍈

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang