27. PRO [END]

1.5K 46 0
                                    

Kelvin tengah menikmati wine nya, bersama beberapa wanita bayarannya. Sebenarnya club ini tidak melayani hal yang berbau dewasa. Namun apadaya, Kelvin yang notabene orang kaya, membelinya. Club ini seketika berubah 180 derajat saat berada ditangannya kemarin.

###

Fahren menatap jam tangannya. Ia baru saja dari rumah Chelsea. Ingin melamar gadis itu atas suruhan Mamanya. Namun, gadis itu tak kunjung datang.

Pria itu berdecak. Kata Bunda, sudah sekitar 2 jam gadis itu belum pulang. Ditanya ia kabur, katanya tidak. Karena Bunda sama sekali belum bilang kalau Fahren akan melamarnya sekarang.

"Dimana gadis itu?!" Kesal Fahren sambil memukul kemudi mobilnya. Menatap kesekeliling jalanan. Berharap menemukan gadisnya disana. Namun nihil, dijam segini, jalanan begitu sepi.

Drt drt.

Ponsel pria itu berbunyi. Fahren segera mengangkatnya. "Sudah temukan lokasinya?!" Tanya nya dengan cepat.

"Siap sudah pak, terakhir ditemukan di Club Grapies, didepan Villa Freance," lapor seseorang. Fahren segera memutuskan panggilan secara sepihak. Membanting stir, untuk putar balik. Menuju ke sebuah Club yang ditujunya.

Tangan kanan Fahren fokus pada kemudi. Sedangkan tangan kirinya, sibuk memainkan smartphonenya. Mencari kontak untuk dihubungi.

"Halo," sapa Fahren. "Halo," balas seseorang diseberang sana. "Gue ada kasus baru buat lo, lacak lokasi gue sekarang juga. Gue tunggu disana," ujar Fahren kemudian menutup panggilan sepihak.

Ia kembali mencari suatu kontak. "Halo," terdengar sapaan dari seberang. "Gue udah nemu Chelsea. Bilang ke Tante Atri. Dia yang akan jelasin semua ke lo," ujar Fahren pada Andra yang di telponnya. Kemudian ia menutup panggilan sepihak untuk kesekian kalinya.

Ia menancapkan gas melebihi batas normal dijalanan yang sepi ini karena jam sudah menunjukkan larut malam.

###

Kriet. Pintu terbuka. Chelsea segera mendongkak. Kelvin dengan wajah tersenyumnya datang. Ia berjongkok didepan Chelsea yang tersimpuh.

"Kita mulai dari mana?" Tanya nya dengan senyuman yang terus terpatri di wajahnya. Chelsea menatap tajam pria didepannya. "Uhhh jangan pasang muka begitu dong," ujar Kelvin sambil mecubit pipi Chelsea yang membuat gadis itu mau tak mau mengerucutkan bibirnya.

"Kita mulai dari sini," tangan Kelvin tergerak ke bibir tebal milik Chelsea. Senyumannya mampu membuat Chelsea merinding ketakutan. Percuma ia berteriak. Musik diClub terlalu keras, sudah pasti tidak akan ada yang mendengarnya dibawah sini.

Haruskan ia pasrah? Toh Fahren yang dinanti nantinya tak kunjung datang. Chelsea menunduk. Air mata kembali melesat dipipinya.

"Ulululu, jangan nangis begitu. Kamu akan menikmatinya, percaya padaku," ujar Kelvin lalu menyampirkan rambut Chelsea kebelakang. "Mari kita mulai," ujarnya kemudian mendekatkan diri ke wajah gadis itu.

Chelsea dengan bersusah payah menjauh dari Kelvin. Namun tangan pria itu menekan tengkuknya. Chelsea menutup matanya rapat rapat. Ia tidak mau.

Kelvin melumat bibirnya dengan lembut. Berharap Chelsea mau mengikuti permainannya. Tapi tidak, tak satupun ciumannya terbalas. Bahkan untuk membuka mulut saja gadis itu tidak mau.

Lama lama, ciuman itu menjadi ganas. Air mata kian mengalir di pipi Chelsea seiring ciuman Kelvin yang diperdalam.

Brak!

Ciuman mereka terlepas. Akibat gubrakan pintu. Kelvin menatap nyalang kearah pria yang menjadi tersangka pendobrakan pintu.

Chelsea merasa bersyukur. Ia menutup matanya, membiarkan air mata mengalir dengan sepenuhnya. Seseorang yang ditunggunya datang.

Rea yang baru saja datang. Menjatuhkan dua gelas wine yang ia bawa. Raut muka yang sebelumnya menampakkan raut ceria, kini panik menatap pria dihadapannya, Fahren.

Bugh!

Satu pukulah dilayangkan Fahren pada Kelvin, dibagian pipi pria itu.

Bugh!

Satu pukulan dibagian rahang bawah.

Bugh!

Satu pukulan di bagian dada.

Bugh!

Satu tendangan dibagian perut.

Darah mencucur di wajah Kelvin. Fahren ingin memukul mahasiswanya ini lagi. Namun tertahan karena suara parau Chelsea.

"Berhenti," gumam Chelsea tak kuat melihat adegan didepannya. Matanya terus saja mengeluarkan airmata. Fahren menghempaskan Kelvin ke arah Sigitㅡsepupu Fahrenㅡ yang baru saja datang.

Sigit, sepupu Fahren yang memiliki perusahaan permusikkan diusianya yang menginjak 25 tahun. Selain itu, pria ini juga menyukai hal yang berbau kepolisian dan riddle. Jadi untuk urusan penculikkan dan pembunuhan, akan diserahkan ke Sigit. Seperti sekarang ini.

Sigit dengan cepat mengunci pergerakan Kelvin. Lalu Rea, gadis itu sudah ditangkap oleh Gabriel dan juga Viona.

Fahren segera mendekat kearah Chelsea. Melepaskan tali yang mengikat tangan gadis itu. Lalu memangkunya. Pria itu mengusap sudut bibir Chelsea yang berdarah.

Chelsea dengan bersusah payah tersenyum. "Akhirnya pak Fahren dateng juga," gumamnya. Fahren merasa terenyuh. Gadisnya ini, dengan keadaan seperti ini masih bisa tersenyum.

"Kita akan pulang sekarang," ujarnya. Kemudian menggendong Chelsea ala bridal style. Dan membawanya pergi dari tempat itu. Biarlah sepupunya yang menangani para biadap biadap itu.

###

Fahren terus saja berada disisi gadis yang tengah tertidur ini. Tangan pria itu mengelus elus kepala Chelsea. "Nggak bisa tidur," gumam Chelsea membuka matanya. Fahren yang berada diaampingnya hanya tersenyum menanggapi.

"Terus maunya apa?" Tanya Fahren. "Gatau," ujar Chelsea lalu menelusuk ke dada bidang milik Fahren.

Pria itu merasakan basah dikaos yang dirinya pakai. "Kenapa nangis lagi? Disini kan sudah aman," ujar Fahren terus mengelus kepala Chelsea.

"Kelvin," gumam Chelsea sambil terisak. "Kenapa dengan Kelvin?" Tanya lembut Fahren. "Ini," tangan Chelsea tergerak menyentuh bibirnya yang bengkak akibat ciuman ganas Kelvin.

"Gimana ngilanginnya? Aku udah bersihin pake air. Tapi tetep aja, jelek banget rasanya," ringis Chelsea, air matanya tak berhenti keluar. Fahren melihat itu bergerak memajukan wajahnya mendekat ke wajah Chelsea.

Cup.

Pria itu melumat bibir Chelsea. Lumatan yang lembut, yang mampu membuat Chelsea terhanyut. Tidak seperti tadi. Kini Chelsea menikmati ciuman Fahren.

Selang 1 menit. Ciuman mereka terlepas. Fahren tersenyum. "Sudah hilang kan?" Tanya Fahren, yang diangguki Chelsea. "Iya," kini Chelsea kembali menelusuk ke dada Fahren. Menanti alam bawah sadarnya. Begitu juga Fahren yang ikut menyusul Chelsea ke alam bawah sadarnya.

Mereka tidur dengan berpelukan, seperti suami istri namun tidak. Bunda dan Mama yang melihat kejadian itu tersenyum penuh arti.

"Keputusan kita untuk menikahkan mereka, memang benar," bisik Mama lalu berbalik yang disusul Bunda dibelakangnya. "Iya. Benar."

###

~Tamat~

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang