Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Tapi dia masih ada di rumah temannya, Bagas. Dia sedang memakai sepatu di teras rumah Bagas.
Alfa beranjak setelah selesai mengikat tali sepatunya lalu menunduk menatap Bagas yang masih fokus dengan game di ponselnya. "Gue balik dulu ya?" Pamitnya.
Bagas mendongak lalu ikut beranjak meninggalkan game nya. "Tiatii.." katanya. "Gausah ngebut," pesannya yang dibalas anggukan Alfa.
Alfa beranjak mengambil motornya, lalu menaiki motornya dan mengenakan helmnya.
Alfa membunyikan klaksonnya sebagai sapaan terakhir. Lalu keluar dari pekarangan rumah Bagas.
Di perjalan dia memikirkan bagaimana caranya merayu sang mamah agar tidak mengomel, dia belum mengabari mamah karena pulang malem. Mau pinjam ponsel Bagas percuma karena ponsel Alfa mati dan dia tidak ingat nomer ponsel mamah.
Sudah memasuki komplek rumahnya tapi dia belum menemukan ide untuk merayu mamah, pas melewati gang Matahari dia melihat ada mang Dudi--penjual nasi goreng.
"Beli nasi goreng aja kali ya?" Monolognya.
Alfa memparkirkan motornya, melepas helm full facenya kemudian turun dari motornya.
Pembelinya lumayan ramai, jadi dia sedikit lebih lama disini.
"Pak, mau nasi goreng bikin dua bungkus ya? Sambelnya dipisah aja." Pesannya.
Mang Dudi yang sedang menggoreng nasi goreng jadi menoleh ke arah Alfa. "Siap, tapi mamang bikin 19 bungkus dulu ya? Buat pesenan sama yang nungguin duluan, gapapa?"
Alfa menghela nafas lalu mengangguk. "Gapapa."
"Oke."
35 menit kemudian giliran pesanannya yang sedang di proses.
Indra penciumnya menghirup aroma parfum yang jarang dipakai siapa pun. Alisnya mengkerut entah kenapa terlintas satu nama di otaknya.
Alexta.
"Pak, pesen nasi goreng empat bungkus yang satu gausah kasih timun sedeng, tiganya pedes."
Mungkin, orang ini yang memakai parfum itu.
Kenapa, tiba-tiba inget nama itu ya? Alfa heran sendiri.
"Baik mas, abis mas yang ini ya?" Pa Dudi, penjual nasi goreng itu menunjuk cowo yang ada di depan Tata.
"Itu yang ga pedes buat siapa?"
"Tata."
Tata? Alexta?
"Kok, Tata ga pedes si a? Kan mau yang pedes.."
"Udah malem, entar mencret."
"Aaa ih.. gausah diperjelas kali."
Alfa kenal dengan pemilik suara itu. Untuk memastikannya dia menoleh kebelakang. Benar itu Alexta. Gadis yang memakai baju tidur itu pemilik aroma parfum yang dikenalnya.
Tatapan mereka bertemu. Alfa lebih dulu mengalihkan pandangannya ke depan. Dia bisa melihat ekspresi kaget dari gadis itu.
"Mas ini pesenannya, dua bungkus nasgor dengan sambal yang dipisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Masa Lalu
Fiksi RemajaGimana mau selesai sama masa lalu, kalau tiap malem di datengin mulu.