Hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu oleh Tata. Hari senin, jam tujuh pagi sudah ikut berbaris di lapangan untuk mengikuti upacara. Tapi, hari senin sekarang dia tidak perlu bangun pagi untuk berangkat sekolah lebih awal untuk mengikuti upacara. Karena hari senin ini Tata mendapatkan hari libur dari pihak sekolah, khusus panitia yang bersangkutan pada saat acara kemarin.
Jam sudah menunjukan pukul 10 siang. Anak gadis baru saja bangun dari tidur panjangnya. Benar benar hari spesial. Udah dapet libur sekolah ditambah datang bulan, waktu yang sangat pas untuk bangun siang. Tinggal menikmati ceramah panjang aja dari mamah.
Tata segera beranjak dari tempat tidurnya kemudian langsung menuju arah kamar mandi. Setelah selesai mandi Tata membereskan tidurnya lalu melakukan ritual skincare-an. Tata memakai skincare kalo nggak males aja. Kalo males ya ditinggal nggak kaya cewe biasanya, skincare adalah hal wajib yang harus dipakai setiap hari.
Tata keluar dari kamar setelah kegiatan di kamarnya selesai. Tata menuruni anak tangga, tidak melihat mamahnya di dapur. Menuju kearah ruang keluarga juga sama kosong tidak ada siapa-siapa. Mencoba keluar rumah, mendapati mamahnya sedang berkumpul di depan gerbang dengan ibu ibu komplek.
"Alexta." Sapa Mba Hesti, pemilik toko klontong di komplek Tata.
Tata mendekat kearah Desi yang menyuruhnya ikut bergabung dengan mereka.
"Kamu nggak sekolah, Ta?"
"Nggak mba,"
"Kenapa? Kamu sakit?"
"Engga juga," Mendapati ekspresi kepo dari Mba Hesti dia melanjutkan ucapannya. "Tata dapet cuti dari pihak sekolah." Jelasnya.
"Si Tata kemaren jadi panitia tujuh belasan di sekolahnya, dan beberapa hari jadi panitia dia kan sibuk sama tugasnya, nah mungkin hari ini Tata dibolehin cuti buat istirahat." Timpat Desi.
Mba Hesti berohria sambil menganggukan kepalanya. "Gaya lo Ta jadi panitia, biasanya nggak suka yang ribet lebih milih rebahan."
"Iya, mba aja kaget Hes pas tau si Tata pulang telat mulu itu gegara jadi panitia. Dia aja kalo disuruh main disiang hari nggak mau lebih milih tidur siang."
Tata berdecak, kesal mendengar ledekan mba Hesti dan mamahnya.
"Orang itu aja dipaksa sama Ibu Sasa," gerutunya.
Mereka terkekeh geli melihat wajah cemberut gadis itu.
"Sekolahnya El juga ikut gabung sama kamu kan, Ta? Kalian ketemu?" Tanya Santi, mamahnya Samuel.
"Iya, ketemu tan,"
"Dia juga libur loh Ta dia ada di rumah. Katanya nanti mau main sama Alfa. Kamu ke rumah ya entar bikin kue sama tante."
Tata mengerjap.
"Iya, nanti Tata kesana abis sarapan." Jawab Desi mendahului Tata sudah berancang acang menolak permintaan Santi.
Tante Santi tersenyum menatapnya. "Sip, Tante tunggu." Katanya. "Kalo gitu saya duluan ya.." pamitnya pada mereka.
Tata menghela nafas panjang ingin memprotes pada sang mamah. Tapi ia urungkan kala mamahnya lebih dulu masuk ke dalam rumah.
Tata berdecak, memilih mengalungkan lengannya pada lengan Mba Hesti.
"Tante tante kita duluan yaa.." pamitnya pada mereka lalu menggeret Mba Hesti yang pasrah saja ditarik anak itu.
**
Tata menatap bangunan lantai dua di depannya. Bimbang mau masuk atau balik lagi ke rumah. Andai saja sang mamah tidak menyetujui permintaan tante Santi, dia tidak sebimbang ini. Mana jantung kaya lagi disko, deg degan parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Masa Lalu
Ficção AdolescenteGimana mau selesai sama masa lalu, kalau tiap malem di datengin mulu.