2. New School

9.1K 498 6
                                    


Sebelum baca, di usahakan untuk Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy reading guys ... 💛

• • •

Setelah 10 menit perjalanan menuju sekolah, kini mereka sudah sampai di sekolah SMA Pancasila Jakarta Selatan. Seluruh pasang mata yang berada di parkiran menatap kearah mereka, Anaya mengerutkan keningnya mengapa semua orang menatap ke arahnya seperti itu. Apakah emang sudah biasa seperti ini jika ada murid baru di sekolah ini mereka harus menatapnya seperti itu?

"Hayoh, Pak KETOS kita baru datang gaes!" sambut heboh salah satu cowok dengan gaya berantakan menghampiri Anaya juga cowok itu tengah membenarkan letak helm full face nya di atas tangki motor.

Anaya mengerutkan keningnya sejenak lalu ia melihat Name tag milik cowok berantakan itu, lalu tersenyum tipis.

'Gavin Rabbani.' gumam batin Anaya.

"Dari mana saja kau Pak ketos?" tanya cowok satunya dengan merangkul ramah pada cowok yang sudah menyelamatkan Anaya hari ini, telihat sok akrab namun benar-benar tampak sangat dekat.

"Weh, ada cewek." kata cowok dengan nada seperti menggoda, berpenampilan berantakan menatap Anaya seperti itu membuatnya lagi-lagi tersenyum tipis mencoba menepis kekikuk kannya sekarang.

"Cewek barunya Pak Ketos?"

Anaya tersentak kaget kemudian menggeleng kecil. "Bukan."

"Anak baru?"

Anaya mengaguk kikuk lalu ia kembali melihat Name tag cowok di sampingnya kini

'Delvin Juliano.' batin Anaya mengaguk.

Delvin--Cowok itu mengaguk kecil pula, bergumam oh' dan meneliti penampilan Anaya dari ujung kaki hingga ujung kepala seperti menilai sesuatu.

Anaya yang merasa kikuk dan canggung di perhatikan, tersenyum kecil mencoba mengalihkan mereka semua. Hingga tatapannya menoleh sebentar pada tubuh jangkung di sampingnya masih diam tak bersuara sama sekali.

"Makasih ya, lo udah ngantar gue," kata Anaya seraya tersenyum manis semanis mungkin, ia tunjukan.

Sedangkan cowok itu hanya menghela nafas panjang memalingkan wajahnya dengan ketus dan acuh, tak menjawab hanya menatap kearah tiga sahabatnya sekarang ini tengah menatapnya heran sekaligus binggung karena penasaran.

"Ayo." cowok itu dengan bergaya dingin menggiring ketiga sahabatnya untuk ikut bersama, pergi meninggalkan parkiran sekolah yang mulai ramai dengan beberapa pasang mata kepo menonton mereka semua. Terlebih mata-mata jelalatan murid cowok, terus menatap Anaya kagum karena jujur saja Anaya memang cantik maka siapa pun kaum adam akan terpesona melihatnya.

"Hey," Anaya menahan lengan cowok itu yang hendak pergi.

"Makasih--" Anaya melihat Name tag nya sebentar, lalu tersenyum lagi.

"Makasih lo baik banget ... Arjuna Mahardika."

'Cih, sok baik.' cibir batin Arjuna.

Tanpa merespons ucapan terima kasih Anaya, Arjuna--Si cowok dingin itu pun meninggalkannya di parkiran seorang diri dengan diikuti oleh ketiga sahabat Arjuna menatap nya begitu terheran-heran.

"Pak Ketos itu siapa?"

Anaya menghela nafas panjang lelahnya ia menatap keempat punggung kekar yang sudah jauh meninggalkannya diparkiran sekolah seorang diri, celikungan mengedarkan pandangan menatap semua orang dengan tatapan yang sulit di artikan sama sekali.

"Kenapa pada ngeliat in gitu sih, lo pikir gue genderuwo apa?" caci Anaya pelan kemudian melangkah pergi.

. . .

Suasana riuh khas kelas terdengar sampai keluar. Hingga suara itu senyap saat Kepala Sekolah, Pak Adnan masuk kedalam kelas bersama Anaya yang berdiri di belakangnya.

"Selamat pagi Anak-anak," sapa Pak Adnan ramah.

"Pagi Pak," jawab serentak para murid di dalam kelas.

Anaya memperhatikan setiap sudut ruangan kelas, beberapa pasang mata secara terang-terangan menatap kearahnya seperti menilai penampilan. Hal itu membuat Anaya risi karena ia tidak biasa menjadi pusat perhatian.

"Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri kamu ke teman-teman baru kamu." kata Pak Adnan pada Anaya berdiri di samping.

Anaya tersenyum singkat, lalu tatapannya langsung menuju pada teman-temannya yang menatap datar

"Nama saya Anaya Queensha Maheswari kalian bisa panggil saya Anaya, saya pindahan dari New York."

"OH NAMANYA ANAYA." celetuk salah satu cewek yang duduk didepan, dengan polos berceloteh kecil pada teman sebangkunya seperti sedang membicarakan Anaya.

"GILAK PINDAHAN DARI NEW YORK? PANTESAN KAYA ORANG BULE."

"CANTIK JUGA."

"SO BANGET SI MUKANYA."

"PASTI ANAK ORANG KAYA, SOALNYA GLOWING BANGET SIH."

"DARI KELUARGA MARGA MAHESWARI YA?"

"DUDUK DISINI DONG SAMA AKU."

"UDAH PUNYA DOI BELOM ANAYA?"

"HAI ANAYA NAMA AKU ROBI."

"AKU MAU PANGGIL KAMU RATU AJA BOLEH? RATU DIHATI AKU GITU."

"HUUUU ... RECEH!"

HAHAHAHA , semua murid tertawa mendengar celetukan konyol itu. Seketika mata Anaya menatap ke empat murid duduk dibangku belakang yang tengah tertawa, hingga mata abu-abu nya melihat seorang cowok tengah menatapnya tajam lalu tersenyum sinis.

'Sialan emang.'

Celetukan-celetukan yang di lemparkan oleh teman-teman barunya cukup membuat Anaya risi ia hanya tersenyum kikuk, Pak Adnan yang mengetahui kerisian itu ia langsung angkat bicara.

"Sudah ... Sudah!" kata Pak Adnan menghentikan, seketika kelas menjadi senyap kembali.

"Kalian bisa berkenalan dengan Anaya setelah jam istirahat. Sekarang kamu duduk dikursi kosong dan sebaiknya kamu duduk dengan teman Perempuan."

Anaya mengaguk patuh ia pun langsung berjalan menuju bangku kosong yang di maksud Pak Adnan di sana hanya ada dua bangku kosong satu bangku Perempuan yg satu bangku Laki-laki tentu saja Anaya memilih duduk bersama Perempuan.

Tatapan mengerikan Anaya dapatkan saat ia berjalan kearah kursi yang akan ia tempati, seketika suasana kelas menjadi horor karena tatapan dari Cewek-cewek yang belum Anaya kenal.

"Hai," sapa cewek cantik berponi teman sebangku Anaya saat ini dengan ramahnya menyapa Anaya yang sudah duduk di sebelah.

"Hai." balas Anaya tak kalah ramah menatap gadis itu yang memiliki mata sipit namun indah.

"Nama gue Anaya,"

"Gue Jasmine, panggil aja Jass biar kaya yg lain agar cepet akrab juga." balas cewek itu seraya mengulurkan tangan kanannya menjabat tangan Anaya lembut.

Anaya tersenyum saat Jasmine, Gadis bermata sipit itu tersenyum membuat Anaya gemas karena ia tak bisa melihat bola mata gadis itu saat tersenyum.

"Kalau begitu Bapak harap kalian bisa berteman baik dan membantu Anaya, selamat pagi." pamit Pak Adnan lalu meninggalkan kelas.

Seketika meja Anaya penuh dengan lautan manusia membuat Anaya sulit mendapatkan oksigen yang sehat, karena pengap. Mereka ingin berkenalan lanjut dengan Anaya, namun untung saja kepengengapan Anaya hanya sebentar karena sekarang sudah ada Guru cantik. Dan seketika kelas menjadi hening.

Anaya menaikkan sebelah alisnya sebentar.

"Buk Bintang, dia cantik tapi killer." ucap Jasmine yang hanya ditanggapi anggukan saja dari Anaya

"Selamat pagi," sapa Bu Bintang

"Pagi Buuuuk." sapa mereka serentak, lalu kembali senyap.

"Buka halaman 21." perintah Bu Bintang sambil menuliskan beberapa materi di white board.

Setelah bahas-bahasan yang menurut murid lain sangat membosankan ,namun hal nya dengan Anaya dia sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Bagi Anaya belajar Bahasa Inggris adalah Mood booster nya selain membaca novel.

Bel istirahat pun berbunyi nyaring, membuat seluruh murid-murid SMA Pancasila siap-siap akan merasakan kebebasan.

"Baik materi cukup sampai disini, kita cukupkan dan Selamat pagi," ucap Bu Bintang lalu meninggalkan kelas.

"Hai, gue belom sempat kenalan sama lo tadi." ujar salah satu cewek yang duduk dikursi depannya mengulurkan tangan kanan pada Anaya. "Gue Isabella."

"Anaya." jawab Anaya ramah membalas jabatan tangan Isabella-Gadis cantik bermata cokelat itu tersenyum.

"Kalau gue Tara," kata cewek sebelah Isabella.

"Anaya." balas Anaya ramah dia menatap Tara-Gadis dengan rambut sebatas bahu itu lalu tersenyum lagi.

"Kita sahabat an kok dari kelas 10," ucap Jasmine merangkul Isabella dan Tara.

Anaya tersenyum manis melihat mereka.

"Boleh kenalan?" tanya salah satu cowok ber Name Tag 'Rama Prasetya.' mendekati meja Anaya membuat ke empat gadis itu menoleh padanya dengan serentak.

"Kenal in gue Rama," ucap cowok itu mengulurkan tangan kanannya pada Anaya mencoba berkenalan, ia memperhatikan penampilan cowok di hadapannya kini tersenyum manis sebentar akan tetapi senyuman itu memudar saat Anaya akan membalas tiba-tiba lengan nya di tarik paksa oleh seseorang hingga ia bangkit dari duduknya lalu meninggalkan kelas dengan buru-buru.

"Ikut kita ke kantin," kata Jasmine pada Anaya yang masih ia gandeng lengan kanannya, berjalan menelusuri lorong sekolah.

Tatapan mengerikan ia dapatkan saat berjalan menyusuri lorong sekolah, membuat Anaya lagi-lagi meremang ngeri dia tidak menyangka jika menjadi murid baru akan semengerikan seperti ini.

"Lo jangan sendirian, karena lo akan menjadi buruan kakak kelas atau anak-anak seangkatan" ucap Isabella disampingnya.

Anaya mengaguk walaupun ia tak paham apa yang Isabella maksudkan.

Sekarang Anaya, Jasmine, Isabella dan Tara sudah sampai di kantin sekolah. Mereka memilih duduk di bangku belakang dan agak pojok

"Lo mau makan apa?" tanya Jasmine pada Anaya di depannya sudah siap untuk bangkit mengantre memesan makanan untuk mereka.

"Sama aja deh kaya kalian." jawab Anaya, Jasmine mengaguk lalu berjalan menuju tempat pemesanan makanan.

Diam sejenak, Anaya terus menelusuri pandangan orang-orang yang terus menatap ke arahnya.

"Udah jangan di liat in, biasa mereka itu norak kaya baru liat Cewek aja." ucap Tara memegang tangan Anaya lalu gadis itu tersenyum.

"Eemm ... Yang tadi siapa?" tanya Anaya pelan

"Yang tadi mana?" Isabella balik bertanya.

"Itu ... Cowok tadi yang di kelas tadi," jawab Anaya kaku.

"Rama Prasetya. Bad boy dan kapten basket, dia itu Playboy suka ngincer anak baru gitu. Dan dia itu salah satu Most Wanted Boy juga di sekolah ini, banyak murid-murid cewek yang ngincer dia yaaa ... Mungkin karena ganteng tapi nggak pinter-pinter banget sih. Bahkan dia itu salah satu murid yang terkenal sama kasus-kasus di sekolah ini, dan lebih parahnya lagi dia itu incaran Ketua Osis kita di sekolah ini." jelas Isabella panjang lebar, membuat Anaya mengaguk kecil.

"Lo jangan deket-deket sama dia, dia cuma mau main in cewek aja." ucap Tara yang tengah meminum air mineral. Lagi-lagi Anaya mengaguk paham.

"Masa sih?" tanya Anaya polos.

"Kalau nggak percaya, nanti gue bakal cerita in semuanya secara detail sama lo tentang si Rama." balas Tara serius.

Anaya mengaguk cepat.

Kantin benar-benar ramai dan sangat gaduh, tetapi tiba-tiba kegaduhan yang sangat mengganggu menarik perhatian semua murid yang ada di kantin.

"Maaf gue nggak sengaja." ucap seorang murid perempuan yang menunduk kan kepalanya, bergumam pelan.

"Lo bilang nggak sengaja? Lo punya mata gak sih? Lo gak liat kalo tadi ada gue hah? Lo tau berapa harga sepatu gue yang lo tumpahin pake minum murahan lo? Bahkan gaji sebulan orang tua lo nggak bakal mampu bisa ganti in sepatu gue!" ucap murid perempuan lain yang sepatu nya kena tumpahan oleh minuman murid perempuan yang sedang menunduk.

Semua murid di kantin hanya memperhatikan mereka tanpa ada niat untuk membantu perempuan yang sekarang sedang menunduk malu dan bercampur sedih.

Anaya bergeming di tempatnya menatap dua perempuan itu, ia ingin sekali membantu perempuan tersebut membuat sepatu perempuan itu kotor tapi hal itu tidak sengaja dan kata-kata yang di keluarkan oleh perempuan itu sangat kurang ajar.

Tapi Anaya hanya bisa terdiam di tempat, karena ia adalah murid baru dan ia tidak mau jika hari pertamanya dia sudah berbuat macam-macam.

"Gue bener-bener nggak sengaja Andrea, gue minta maaf." ucapnya pada Andrea-Perempuan yang terkena tumpahan minuman di sepatunya itu.

"Naina sayang, lo pikir dengan kata maaf lo bakal bikin sepatu gue bersih lagi?" tanya Andrea yang berteriak di akhir kalimat.

"Gue minta sekarang lo bersih in sepatu gue!" sambungnya yang tidak direspons apa pun dari Naina.

"SEKARANG NAINA!!!" bentak Andrea.

Semua orang melonjak kaget mendengar bentakan Andrea, termasuk Naina yang merupakan objek bentakan Andrea. Naina segera mengambil tisu yang berada di meja makan. Tapi gerakannya terhenti saat Andrea kembali bicara.

"Pake rok lo!" ucap Andrea.

Naina terdiam sejenak mendengar perintah Andrea, namun pada akhirnya Naina melakukannya. Saat Naina sedang membersihkan sepatu Andrea, tiba-tiba ia di guyur dengan jus mangga yang membuat rambut serta seragamnya basah.

"Ups, sori gue nggak sengaja." ucap Andrea dengan nada mengejek. Setelah itu Andrea dan teman-temannya pun pergi begitu saja.

Segerombolan murid yang melihat kejadian itu berlalu pergi seolah merasa senang dan puas atas kejadian itu.

Anaya yang dari tadi diam memperhatikan adegan itu, merasa kasihan pada Naina. Saat Naina pergi meninggalkan kantin Anaya pun mengikutinya.

"Eh Anaya, lo mau kemana?" tanya Jasmine yang baru datang dengan membawa nampan berisi makanan untuk mereka, melihat Anaya tiba-tiba pergi.

"Bentar, gue mau ke toilet." jawab Anaya tanpa melihat teman temannya

Anaya mencari dimana keberadaan Naina, dia yakin jika perempuan itu tidak akan jauh dari sini.

Anaya mengedarkan pandangan nya, hingga kemudian pandangan nya berhenti pada satu titik. Ia melihat perempuan tengah berjalan seraya menunduk

Anaya dengan segera menghampiri nya lalu menarik tangan perempuan itu ke toilet sekolah, Naina yang tiba- tiba tangan nya ditarik seseorang ia melonjak kaget namun akhirnya dia menunduk pasrah jika dia akan di Bully lagi.

"Gue nggak bakal bully elo kok," ucap Anaya tau jika apa yang dipikirkan perempuan itu, untung saja toilet sedang dalam keadaan sepi hingga hanya ada mereka saja berdua.

"Lo bawa baju seragam dua?" tanya Anaya berniat ingin membantu, namun Naina sepertinya salah mengartikan perkataan Anaya karena dia malah menatap tajam ke arah Anaya.

"Lo pikir gue gak mampu beli seragam hah?" tanya Naina sedikit membentak membuat Anaya terkejut.

"Bu-bukan gitu maksud gue, gue cuma--"

"Gak usah sok baik deh, elo sama yang lainnya sama aja" ucap Naina, lalu pergi meninggalkan Anaya di toilet sendirian.

"NAINA!!!" Anaya hendak keluar dari toilet memanggil perempuan itu yang sudah jauh melangkah pergi.

Namun saat Anaya membuka pintu toilet seketika tubuhnya menabrak benda keras hingga bokong nya mencium marmer lantai sekolah yang berdebu.

'Awwwww ....' pekik Anaya kesakitan

"Eh sori, gue gak sengaja." suara bariton cowok terdengar pertama saat Anaya melihat sosok cowok tengah berjongkok di hadapannya.

"Elo gak apa-apa?" tanya nya lagi seraya mengulurkan tangan kanannya pada Anaya yang masih terduduk di lantai menatap cowok itu tanpa berkedip sama sekali.

"Gue,"

"Sini gue bantu." katanya lembut.

Anaya masih bengong, bangkit secara perlahan kedua manik retina abu-abu nya masih menatap lekat sosok cowok itu tengah tersenyum manis secara lebar dan lembut. Cewek itu terpaku di tempatnya.

.
.
.

#Bersambung...

Follow my insta : @sssin17

Thank you for reading :)

Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang