Sebelum baca, di usahakan untuk Follow juga Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote satu followers serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)
Happy Reading Guys ... ❤💟💗💕💝💖💛💜💞💓💚
• • •
Dor ....
Dor ....
Dor ....
"HORE ... KITA LULUS!!!"
Suara nyaring beberapa Poper Conffeti khas petasan ulang tahun melayang-layang di udara dengan cantiknya, di sertai riuh sorak suara para siswa-siswi kelas dua belas SMA Pancasila menggema memenuhi lapangan dekat aula merayakan akhir perjuangan mereka selama mengejar pendidikan di sekolah terfavorite dan kebanggaan semua orang ini.
Lima bulan tepatnya dimana masa-masa yang di tunggu benar-benar telah tiba, tiga tahun yang merupakan waktu yang terbilang sedikit untuk mereka akhir harus berhenti dan berakhir sekarang. Merayakan kemenangan melawan kebodohan dan rasa malas membuat para siswa yang berhasil menggapai apa yang ia gapai akhirnya tercapai.
Riuh ramai para siswa berjumlahkan lebih dari ratusan siswa kelas dua belas membuat lapangan besar ini terasa penuh dan pengap, belum lagi para siswa kelas bawah yang turut serta memeriahkan acara Graduation Kakak kelas mereka.
Cuaca yang sedikit terik tak memudarkan acara Graduation ini, semakin terik semakin meriah pula acara terakhir mereka dengan menampilkan beberapa Band artis sekolah membuat suasana pesta mereka sangat meriah, tak lupa beberapa sambutan dari semua siswa yang mengucapkan ribuan terima kasih kepada guru-guru yang telah senantiasa membimbing mereka selama ini.
Para gadis yang mengenakan dress berwarna merah gelap tampak menawan dengan setelan remaja cowok yang mengenakan suit setelan kemeja putih dan Coat hitam di lengkapi dasi yang menjuntai di leher mereka menambah ketampanan dan kelengkapan acara Graduation mereka, nyanyian perpisahan yang mengalun membuat suasana seketika haru bernyanyi bersama tertawa bersama dan berjuang bersama tak pernah mereka lewatkan saat-saat ini.
Rangkulan demi rangkulan para siswa uluran satu sama lain, menguatkan satu sama lain di hari yang sangat abadi ini.
Arjuna, cowok itu mengeratkan sebelah tangannya pada tangan mungil putih dan cantik di sampingnya, sosok gadis berparas cantik dengan seluruh tubuh berbalut dress elegan di tambah dengan make up natural serta satu mahkota cantik menambah kecantikan ratu keabadian sekolah, itulah notabene yang sekolah berikan pada sosok Anaya Queensha Maheswari yang mendapatkan nominasi dan memenangkan predikat Ratu sekolah pada tahun ini.
Cewek itu tersenyum hangat serta lembut menatap Arjuna sendu, hingga pandangannya teralih pada tropik cantik yang di genggam Arjuna ia tersenyum lagi ketika mengingat beberapa menit lalu bahwa Arjuna lah yang menjadi Raja kebanggaan sekolah menjadi pasangan Anaya dalam nominasi Siswa dan Siswi terpandai tahun ini, senyuman indah terus terpancar jelas seakan tak akan pernah luntur lagi dari bibir mereka.
Anaya dengan mahkota kebanggaan sekolah itu terus memancarkan aura senyum indahnya, netranya terus menatap Arjuna yang memandang sendu setelah itu ia tersenyum lembut, kini mereka berada di kumpulan tepatnya barisan paling belakang dimana Arjuna mencegah Anaya untuk berdiri di depan kerumunan para siswa yang tengah menikmati alunan lagu yang di bawakan oleh Band sekolah mereka, dengan anggotanya yang berisikan Gavin sebagai gitaris dan Kevin si pemilik suara merdu kebanggaan sekolah menambah riuhnya suasana lapangan luas itu sekarang, Anaya sedikit risi namun bersyukur ketika Arjuna terus melindunginya membiarkan kedua tangan mereka saling menyatu tanpa menghiraukan nyinyiran serta sindiran dari beberapa siswi centil yang terus mengatai Anaya diam-diam, Arjuna tetap diam ketika beberapa siswi secara terang-terangan menatap sinis kearah mereka berdua selagi mereka tak memperlakukan Anaya dengan cara memalukannya Arjuna akan tetap diam dan terus mengawasi namun, jika mereka berhasil melewati batas cowok itu tak akan segan-segan menebas siapa pun demi melindungi kekasih hatinya itu.
Riuhnya para siswa yang sekarang tampak jingkrak-jingkrak heboh karena alunan musik membuat Anaya meringis ngeri.
Terlihat dari barisan paling depan Jasmine dengan Gopro kameranya mengabadikan momen sang kekasih yakni Kevin yang tengah bernyanyi, gerombolan Fans Kevin yang tergila-gila pada cowok dingin itu membuat Jasmine sedikit khawatir namun sekarang entah kenapa sebagian gerombolan Fans Kevin malah mengagumi kemampuan gitarisnya yakni Gavin.
Gavin yang tampak santai melambai pada para penggemarnya, hal itu sontak membuat para fansnya menjerit histeris. Arjuna dan Anaya yang melihat itu hanya bisa tertawa, mereka mengakui sekarang bahwa pesona Gavin tak lagi dapat di hiraukan. Gavin dengan sejuta pesonanya membuat siapa pun akan terpesona padanya membuat Tara yang bernobatkan 'Half Girl friend' nya sedikit kepayahan menangani Gavin yang bar-bar.
Acara semakin larut hingga tak terasa mereka sudah berada di penghujung acara, sambutan penutup sudah dilakukan kini tinggal persembahan terakhir yaitu dengan melakukan pesta yang sesungguhnya, seorang gadis cantik ber-dress sama sudah naik diatas panggung dengan ear phone di kedua telinganya dan beberapa alat khas Disc Jokey atau di singkat menjadi DJ sudah tertata rapi dan siap di mainkan.
Riuh para siswa semakin meriah ketika lampu-lampu indah terus menyala mengkilap-kilat ketika sang DJ dengan santai memulai acaranya, nama sang DJ yang terus meriah terpanggil semakin meriah pula alunan musik yang ia bawakan. Siapa lagi kalau bukan Tara Naomi Aradhya DJ terkenal dengan tangan-tangannya yang lentik dan lincah memainkan alat-alat tersebut.
Riuh benar sangat riuh, suasana semakin tak terkendali sementara waktu sudah menunjukan waktu petang hal tersebut malah semakin bertambah semangatnya para calon generasi muda berbangsa yang siap meraih masa depan.
Tepat di belakang para siswa, tempat yang di khususkan untuk para orang tua siswa terus menyaksikan keasyikan anak-anak mereka, memberikan kebebasan pada mereka karena ini adalah hari terakhir mereka di sekolah kebanggaan ini.
. . .
Pukul tujuh malam tepat acara Graduation mereka yang meriah resmi berakhir, sekarang para siswa saling mengucapkan selamat tinggal dan doa-doa baik pada satu sama lain tak terasa air mata mereka mengurai bersamaan betapa akan merindukannya mereka setelah pergi dari sekolah ini namun demi masa depan yang harus maju seterusnya mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka akan berpisah, perjuangan mereka sudah berakhir sampai sini sekarang.
Siswa yang berkelompok saling berpelukan melepaskan rasa haru mereka, begitu pun dengan Arjuna's and the Gang mereka berpelukan erat Arjuna yang terlihat tampak tegar akhirnya luruh ketika melihat Gavin terus menangis terisak dan meracau tak ingin berpisah dengan para Abang-Abang nya ini.
"Gavin udah kenapa sih, nangis nya," sergah Tara jengah ketika Gavin masih menangis saat memeluknya.
Cowok itu dengan wajah polos dan sembab menatap Tara, cewek itu terkejut betapa payahnya wajah Gavin saat ini.
"Sedih tau, hiks." balasnya polos lalu memeluk Tara lagi.
"Jijik banget ih." ketus Tara judes, namun ia tetap mengelus lembut punggung lebar milik Gavin dalam pelukannya.
Arjuna, Anaya, Delvin, Kevin, Jasmine, Isabella, dan Dhafa tentunya yang melihat keduanya langsung tertawa. Kesedihan mereka berakhir ketika kedua orang tua mereka semua datang menghampiri mereka, mengucapkan selamat atas perjuangan mereka tak lupa pula dengan mendoakan anak-anak nya yang akan melanjutkan hidup demi masa depan.
Mereka saling tersenyum dan tertawa bersama saat Gavin terus melontarkan beberapa canda’ an, godaan dan canda ‘an yang di lontarkan Gavin membuat mereka tergelak dan tanpa terasa melupakan kesedihan mereka satu sama lain, akan kah hari ini cukup untuk mereka lewati sekarang?
. . .
Parkiran luas dan besar milik sekolah SMA Pancasila tampak penuh dengan lautan manusia yang mulai berbondong-bondong untuk melenggang pulang, Arjuna dan Anaya serta para sahabatnya kini tengah berada di parkiran siap ikut melangkah pergi mereka pun membawa mobil masing-masing, sebelum pergi menuju parkiran Arjuna mengatakan bahwa mereka akan di traktir oleh cowok itu membuat mereka sangat senang terlebih Gavin yang heboh menerima tawaran tersebut.
Arjuna membukakan pintu mobil depan untuk Anaya yang tersenyum seraya mengaguk, saat mereka hendak pergi dari sana terlihat dari kaca spion Anaya melihat sosok pria tampan dan tampak gagah dengan mengenakan suit kesehariannya serta satu buket bunga besar mawar putih kesukaannya tampak melambai-lambai di netra pandangannya.
"Gue udah Booking salah satu Restoran di Jaktim, kal--"
Belum selesai menuntaskan ucapannya Arjuna yang sontak sadar langsung tersentak ketika Anaya langsung membuka pintu dan keluar dari mobil, belum sempat menahan Arjuna langsung membeku ketika melihat Anaya menghampiri sosok pria yang tak lagi asing di netranya.
"Happy Graduation, Anaya Queensha Maheswari," sambutnya seraya menyodorkan buket indah tersebut.
Anaya yang tersenyum hangat dengan senang hati langsung menerima sodoran buket besar dan indah dari pria tampan berusia sekitar dua puluh tahunan itu.
"Terima kasih," balas Anaya di sertai senyuman indahnya.
Arjuna yang langsung melangkah lebar dengan mimik wajah tampak tengah menahan sesuatu terus memperhatikan keduanya, Kevin yang sadar langsung menoleh kearah Arjuna yang tengah berjalan gusar menuju Anaya dan sosok pria yang sudah jelas tak lagi asing di matanya.
Siapa lagi kalau bukan Dokter Keith Aditya Wiguna, sosok pria berwajah tampan dan berpredikat sebagai Dokter terkenal di Jakarta terus tersenyum hangat pada Anaya.
"Terima kasih sudah datang, aku kira Dok--"
"Ayo!"
Satu tangan yang entah dari mana asalnya langsung menarik sebelah tangannya, Anaya yang langsung terenyap terdiam beberapa detik ketika sosok yang menarik sebelah tangannya menatapnya datar.
"Juna?" panggil Anaya.
"Apa?" jawab Arjuna ketus, mereka yang hendak pergi meninggalkan Dokter Keith tengah mematung sontak terhenti ketika Anaya menghentikan langkah serta pergerakan Arjuna yang menyeret sebelah tangannya.
"Apa?" tanya Arjuna sekali lagi.
Gadis dengan mahkota cantik di atas kepalanya serta gaun indah maroon terus menatap lekat manik tajam lawan bicaranya.
"Hai, Jun," sapa Keith secara tiba-tiba.
Anaya yang mendengar hal tersebut langsung menoleh ke belakang di ikuti pula oleh Arjuna yang ternyata sudah lebih dahulu menatap tajam kearah Keith.
"Sok akrab." cetusnya membuat Anaya terbelalak, tangannya yang masih bergandengan di kepal erat Arjuna kembali melangkahkan kakinya menyeret Anaya secara paksa dan hendak meninggalkan Keith yang terdiam binggung berusaha mencerna apakah tadi sapaannya salah?
Beberapa langkah menuju mobil mewah milik Arjuna keduanya kembali terhenti oleh Kevin yang menghampiri dan dengan di ikuti Gavin, Tara, Isabella, Delvin, juga Jasmine yang sekarang mendekat kearah keduanya.
"Itu Dokter Keith?" tanya Tara tak menyangka.
"Ganteng banget," lanjutnya dengan nada bicara yang sedikit menjijikkan di indra pendengaran Gavin tengah berdiri tegap di sampingnya.
Keith yang merasa dirinya di perhatikan langsung melangkah mendekat, Arjuna yang sadar hanya membuang nafas malas.
Suara girang Tara yang tertahan membuat Anaya tak tinggal diam untuk menengok, dengan gerakan perlahan ia berusaha lolos dari cengkeraman erat sang kekasih namun tak lengah Arjuna semakin mengeratkan tangan mereka.
"Happy Graduation, Tara," ucap Dokter Keith memberikan selamat pada Tara yang menahan jeritan kebahagiaan, Gavin yang sekarang bernotaben kekasihnya seketika melongo ketika melihat Tara langsung berhambur memeluk tubuh Dokter Keith yang sekarang malah terkikik geli karena perlakuan Tara.
Delvin dan Kevin hanya diam tanpa suara ketika melihat Jasmine serta Isabella mendapatkan selamat pula dari Dokter Keith itu, Arjuna hanya tersenyum kecut melihatnya.
"Aku dengar Dokter mau meneruskan kuliah lagi ya di Rusia?" tanya Tara antusias.
Dokter Keith tertawa kecil, sejuta pesonanya membuat siapa pun akan terlena melihatnya terlebih para murid siswi perempuan yang melewati mereka tampak ternganga dengan penampilan Dokter Keith.
"Wah selamat ya Dok," ucap Jasmine dengan senang hati.
Basa-basi ala wanita-wanita mereka membuat Kevin, Delvin, dan Gavin merasa muak ke datangan Keith membuat merasa di campakkan terlebih Arjuna ketika ia menoleh kearah Anaya yang sekarang tampak melongo menatap kagum kearah Keith.
Jengah ia rasakan sekarang. "Vin, ayo cabut." seru Arjuna gusar, dengan perasaan kesal ia membuka pintu mobil untuk Anaya dan menyeret gadis itu untuk masuk setelah Anaya masuk Arjuna langsung memutari mobilnya dan siap melaju, sebelum itu ia mendelik kearah Keith yang sekarang tampak kebingungan.
"Ra, buruan cabut," ajak Gavin hendak menggandeng tangan kekasihnya namun dengan cepat gadis itu menipis.
Gavin yang melihat respons Tara yang menepis kasar dirinya sontak melongos dalam.
"Ra, apaan sih lo norak banget ngeliat om-om gitu banget?" bisik Gavin tepat di depan telinga Tara.
"Jijik tau gue liatnya." lanjut cowok itu tanpa dosa, Tara tersenyum lebar kearah Keith yang tampaknya mendengar bisikan dari Setan Gavin itu.
"Gue jadi ngeri, Ra."
AAARGGGHH ....
Suara jeritan Gavin yang kencang melebihi jeritan wanita membuat Anaya cepat-cepat keluar dari mobil dengan di susul oleh Arjuna yang tampak memanggil namanya berulang kali.
"Gavin kenapa?" tanya Dokter Keith.
Gavin menoleh pada Tara yang tampak mendelik tajam kearahnya. "Gak apa-apa, cuma kesemutan karena kelamaan berdiri Dok." jawabnya mengaur.
"Kalau gitu kamu bisa duduk kan?" tanya Keith lagi membuat Gavin merasa sebal.
"Iya dok, saya bisa duduk kalau Dokter sendiri pergi sekarang juga." balas Gavin bodoh namun menusuk membuat ia kembali meringis kesakitan saat lututnya kini menjadi sasaran Tara.
"Kenapa?" tanya Keith binggung, Gavin tertawa hambar dengan ringisan nya dan menggeleng.
"Jadi lo-lo pada mau tetap disini sampai subuh gitu?" sindir Kevin kini mulai bertingkah, ia jelas sangat jengah suasana semangat hati mereka untuk berpesta seketika hilang entah kemana semenjak hadirnya Dokter Keith yang membuat suasana tampak berubah begitu saja.
Jasmine yang mendengar itu langsung mendelik, lalu siap berpamitan pada Dokter Keith ketika sudah menyadari bahwa suasana mereka sudah tak lagi aman.
Anaya yang berdiri sedikit jauh karena Arjuna tengah mengawasi hanya diam memperhatikan dari jauh.
"Kalian semua mau kemana?" tanya Dokter Keith ramah.
"Kita mau pes--"
"Pulang." potong Delvin cepat, tanpa ucapan apa pun lagi ia langsung menggiring Isabella untuk segera masuk kedalam mobil, di ikuti dengan Gavin yang menyeret Tara secara paksa Kevin pun hendak begitu menyeret kekasihnya untuk segera pergi namun nahas Jasmine tampak sekali kesal dengan malas lalu meninggalkan Kevin dan juga Dokter Keith.
Kevin mendelik tajam kearah Keith, tampak mengibarkan bendera peperangan diantara mereka Keith yang tak tahu apa-apa hanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Di dalam mobil Arjuna sudah menyalakan mesin mobilnya, ia mulai menarik persneling dan siap melaju bibirnya tersenyum tipis memandang lurus namun seketika teralih kearah samping melirik Anaya yang diam memaku seraya tatapan menuju spion dimana sosok Keith masih berada di sana.
"Juna, ak--"
"Keluar." potong Arjuna cepat dengan nada menekan, Anaya yang mendengar hal itu langsung terbelalak kaget.
"Juna,"
"Apa? Lo mau keluarkan? Yaudah keluar sana temuin si Dokter sial*n itu." balas Arjuna dengan nada muak.
"Juna kamu kenapa sih?" tanya Anaya kaget.
"Harusnya gue yang tanya kenapa,"
"Ya, salah aku apa?" tanya Anaya sebal, Arjuna mendelik menatap lurus dengan kedua tangan sudah mencengkeram setir mobilnya.
"Kamu aneh banget tau gak." lanjut Anaya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Suara helaan nafas terdengar keras siapa lagi kalau bukan helaan dari cowok di sampingnya itu, wajah dengan rahang kokoh itu tampak mengeras Arjuna berusaha menahan amarahnya.
"Dokter Keith cuma memberikan selamat sama aku, tapi kenapa kamu malah resp--"
"Gue gak akan marah kalau tatapan si Dokter payah itu biasa aja ngeliat lo, Ay!" potong Arjuna cepat.
Anaya yang bungkam terdiam berusaha mencerna. Arjuna cemburu? Pikirnya.
"Tu-tunggu, ka-kamu cemburu?" sangkal Anaya yakin.
Arjuna memejamkan kedua matanya beberapa detik, dengan nafas yang berusaha ia atur kepalanya langsung menengok kearah samping dimana pandangannya langsung menatap dalam retina cantik milik Anaya.
"Gak penting." balas cowok itu membuat Anaya ternganga kaget.
"Juna, aku sama Dokter Keith gak ada hubungan apa-apa,"
"Terserah." balas Arjuna cuek.
Anaya memalingkan wajahnya kearah samping, bibirnya mengatup rapat menahan senyum lebar hatinya menghangat seketika ternyata perubahan Arjuna yang secara tiba-tiba menunjukan kalau remaja cowok berusia delapan belas tahun itu tengah menahan rasa cemburunya.
"Kamu marah?" tanya Anaya pelan kini posisi duduknya bergeser menuju Arjuna, ia peluk lengan kekar kiri milik cowok itu yang tetap diam menatap lurus dengan tatapan gusar.
"Kenapa harus marah, aku sama Dokter Keith gak ada hubungan apa-apa," ucap Anaya lembut seraya menusuk-nusuk kecil lengan Arjuna manja.
"Enteng banget ya lo ngomong?" tukas Arjuna, Anaya yang sadar akan kemarahan Arjuna langsung merubah raut wajahnya.
"Setelah si Dokter payah itu ngumumin kalau lo calon tunangannya yang nyatanya itu cuma prank semata karena cuma buat gue sadar, apa itu gak cukup bikin gue sakit hati, huh?"
Anaya mematung wajahnya yang datar menujukan tak pernah takut sama sekali dengan Arjuna kali ini.
"Tapi kan itu cuma prank, Juna!" balas Anaya.
"Cuma prank? Cuma prank lo bilang? Lo tau gak gimana gue mati-matian ag--"
Cup ....
Kecupan kilat seketika membungkam mulut Arjuna yang tengah mengomel, Anaya merapatkan bibirnya dengan wajah merah kini sudah tertunduk sedangkan Arjuna yang mendapatkan serangan tiba-tiba terus mematung.
"Kamu terlalu berisik," ucap Anaya pelan.
Arjuna memijat pelipisnya yang sedikit pening setelah sadar dalam bungkamnya, otaknya bergemuruh untuk menahan balasan perlakuan Anaya yang jelas itu adalah salah titik kelemahannya.
"Kenapa lo paling bisa buat gue bungkam, huh?" tanya Arjuna dengan menahan bibirnya agar tak tersenyum ataupun tertawa, Anaya yang tertunduk malu-malu melebarkan senyumnya.
"Abisnya aku gak suka kamu ngomel-ngomel terus," balas Anaya apa adanya, ekspresi yang awalnya menunjukan betapa berbunga-bunganya Arjuna langsung meluntur. Anaya menahan tawa saat melihatnya, menggemaskan pikirnya.
"Terserah lo Ay, terserah gue pusing." lirih Arjuna.
Anaya yang tersenyum-senyum membuat Arjuna menatap ngeri, melihat ekspresi lucu dan menggemaskan dari Anaya membuat Arjuna meluruh ia tak bisa marah terus menerus pada kekasihnya itu, namun dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan hasrat tawaannya kini ia sudah mengambil ponsel menekan salah satu nomor dan memanggilnya.
Anaya yang tak tahu apa pun hanya diam memperhatikan.
"Vin, cabut pulang." ucap Arjuna pada seseorang di seberang sana.
"Lain kali aja, gue pusing." kata Arjuna terakhir lalu memutuskan panggilan secara sepihak.
"Kenapa?" tanya Anaya, Arjuna tak menjawab kini ia sudah melajukan mobilnya dan meninggalkan parkiran sekolah.
"Gue batal in pesta," balas Arjuna.
Anaya yang tampak terkejut yang mulanya ingin protes dan bertanya langsung mendadak bungkam.
"Gak usah tanya, gue pusing sekarang." lanjut Arjuna.
Cewek itu mengerucutkan bibirnya sebal, jalanan Ibu Kota tampak sedikit padat petang ini dengan lihai Arjuna dapat mengatasi mobilnya setelah menyalip beberapa kendaraan lain di depannya.
. . .
Menghabiskan waktu hanya dua puluh menit mobil mewah bermerek itu terhenti tepat di sebuah gerbang besar berwarna cokelat, Anaya terdiam ketika Arjuna mematikan mesin mobilnya.
"Kok, kita pulang sih?" tanya Anaya yang sadar kalau sekarang mereka sudah sampai di rumah Anaya.
"Gue pusing." balas Arjuna singkat.
"Pusing kenapa? Perasaan tadi waktu acara Graduation kamu gak apa-apa," ucap Anaya seraya menyentuh dahi cowok itu yang terasa baik-baik saja.
"Pusing mendadak Ay, gue butuh istirahat, capek." jawab Arjuna dengan menyingkirkan sebelah tangan Anaya yang sekarang beralih menyentuh pipinya.
"Aneh banget sih," gumam Anaya.
"Ya aneh, gue pusing mendadak setelah ketemu sama si Dokter payah itu," lirih Arjuna pelan.
"Apa?" tanya Anaya yang jelas tak mendengar lirihan cowok itu.
"Gak." balas Arjuna malas.
Anaya menatap tajam, mencurigai cowok itu.
"Apaan sih, masuk sana istirahat gue mau pulang," perintah Arjuna pada Anaya yang kini duduk tegap dengan kedua tangan terlipat lagi di depan dadanya.
"Gak mau," balas Anaya.
"Pulang Ay,"
"Gak mau."
"Gue pusing, capek mau istirahat."
"Yaudah istirahat aja."
"Gue mau pulang."
"Yaudah pulang aja."
Dengan kasar Arjuna menghela nafasnya.
"Yaudah sana pulang!" titah Anaya.
"Gimana gue bisa pulang kalau lo masih di dalam mobil gue, Anaya Queensha Maheswari?"
"Yaudah bawa aja aku pulang ke rumah kamu." balas Anaya enteng.
"Ay."
"Yaudah bawa aku pulang ke rumah kamu sekarang."
"Gak bisa, Anaya."
"Kenapa?" tanya Anaya dengan wajah sebal.
"Lo harus istirahat, gue juga harus istirahat jadi sekarang lo--"
"Yaudah istirahat aja di rumah aku." balas Anaya cepat membuat Arjuna tersentak sendiri, sementara Anaya yang melayangkan ucapan itu hanya diam menatap datar Arjuna.
"Aku gak mau pulang tau, Juna," rengek Anaya yang kini sudah memeluk cowok itu.
"Ya kenapa?" tanya Arjuna.
"Aku maunya sama kamu terus," jawab Anaya di tambah dengan cenggesan khasnya membuat Arjuna tersenyum kecut.
"Sejak kapan lo jadi manja?" tanya Arjuna.
"Aku manjanya sama kamu doang kok, kan kamu pacar aku," balas Anaya polos.
Kepolosan Anaya membuatnya harus terus bersyukur karena cewek yang kini tengah memeluknya hangat adalah miliknya.
"Aku gak mau pulang, aku mau sama kamu," rengek Anaya lagi kini mendusel-dusel wajahnya ke dada bidang Arjuna.
"Lo harus istirahat, sayang."
"Gak mau istirahat, kecuali sama kamu." balas Anaya manja.
"Ck," Arjuna berdecap, mengacak-acak rambut panjang milik kekasihnya dengan sayang ia mengecup beberapa kali pucuk kepala Anaya yang harum.
"Ke rumah kamu ya?" rengek Anaya tak mau kalah.
"Gak."
"Ayo ke rumah kamu."
"Gak, Anaya."
"Aku gak mau pulang, aku maunya sama kamu."
"Gak."
"Kenapa?"
"Gue mau istirahat."
Anaya mengeratkan pelukannya. "Aku juga mau istirahat."
"Yaudah sana pulang, masuk, abis itu istirahat." geram Arjuna.
"Gak mau, aku maunya sama kamu."
"Terserah." balas Arjuna lalu memutar mobilnya dan meninggalkan rumah Anaya menuju suatu tempat.
. . .
Lima menit perjalanan mobil Arjuna kembali terhenti di sebuah mini market, Anaya yang baru saja turun langsung mengikuti langkah Arjuna yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam mini market itu, seorang kasir wanita menyapa Arjuna terlebih dahulu lalu Anaya yang kembali membalas sapaan kasir itu.
Anaya terus mengikuti Arjuna dari belakang yang kini berjalan menelusuri rak-rak perlengkapan bayi, kerutan dahi Anaya terlihat begitu jelas ketika Arjuna dengan teliti memilih beberapa packs sebuah diapers baby berikut dengan size nya.
Setelah mengambil beberapa packs diapers Arjuna lantas membawanya, Anaya yang terus mengikuti langsung beranjak mengambil troli dan mengambil alih beberapa packs diapers itu kedalam troli kini troli sudah berada di tangan Arjuna, Anaya yang setengah girang langsung berpencar menuju rak-rak berikutnya.
Setelah membeli beberapa perekapan bayi, seperti susu, diapers, dan beberapa perlengkapan mandi bayi Arjuna mendorong trolinya yang penuh dengan belanjaan, hampir semua belanjaan adalah milik Anaya dimulai dari puluhan camilan, beberapa skincare make up, juga yang lain adalah miliknya.
Di kasir dengan telatenan kasir menghitung semua total, ada dua orang kasir wanita yang melayani belanjaan Arjuna dan Anaya, cewek dengan gaun indah karena baru saja merayakan kelulusannya sangat anteng dengan satu cone ice cream di tangannya, sementara Arjuna sibuk memainkan ponselnya.
"Diapers ini diskon enam puluh persen ya kak, kalau kakak tambah satu diapernya," ucap satu kasir wanita yang sendari tadi terfokus pada Arjuna.
"Iya terserah." balas Arjuna tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Anaya yang sadar akan kasir wanita yang berusaha mencuri-curi perhatian dari Arjuna sontak langsung bertindak.
"Mau isi pulsanya sekalian kak?"
"Gak mbak, pacar saya gak punya hape soalnya." balas Anaya cepat dan langsung menggandeng lengan Arjuna manja.
Arjuna yang sadar langsung tersenyum lalu menggeleng, ia lirik Anaya yang melotot kearahnya dengan secepat kilat Anaya mengambil ponsel cowok itu dan memasukkannya kedalam tas miliknya.
Anaya membalas mendelik ketika wanita kasir yang genit itu mendelik sinis padanya.
"Apaan sih, genit banget mbak-mbaknya." sungut Anaya sebal.
Arjuna menahan tawanya dengan membenarkan Seat belt nya, Anaya yang tengah misuh-misuh membuat Arjuna tak lagi dapat menahan senyum lebarnya.
"Makanya kalau lagi dikasir jangan main hape, kan jadinya ditanya 'mau isi pulsanya sekalian kak?'."
Arjuna hanya tersenyum, tingkah Anaya benar-benar menggemaskan hanya hal sepele seperti itu kekasihnya bisa cemburu berat.
"Lain kali kalau mau belanja jangan di tempat itu, cari kasirnya yang Mas-Mas bukan Mbak-Mbak genit." sinis Anaya.
"Iya, sayang." balas Arjuna, yang berusaha terfokus pada jalanan walaupun berusaha fokus tingkah Anaya yang selalu membuatnya teralih, Anaya benar-benar telah membuatnya gila.
. . .
Satu jam sudah Anaya bermain dengan bayi mungil dan cantik berusia tujuh bulan itu, Disha Queena Mahardika tepatnya bayi cantik yang terus memancarkan senyum serta tawaannya yang amat menggemaskan.
Anaya dengan semangat bermain dan bercanda ria dengan Disha yang sudah mengenal Anaya, cewek itu masih mengenakan dress cantik serta mahkota kebanggaannya membuat sosok yang baru saja turun dari kamarnya berdecap setelah menghampiri Anaya dan juga adik kecilnya.
"Lo gak mau mandi?" tanya sosok itu, Anaya menggeleng dan terus bermain dengan Disha yang merasa kegirangan dengan mainan yang baru saja Arjuna dan Anaya beli beberapa saat lalu.
Arjuna hanya tersenyum kecil, dengan rambutnya yang basah cowok itu sudah tampak segar tubuh proposional dibaluti kaos hitam polos serta celana sebatas paha menambah ketampanannya.
Kini mereka bertiga berada diruang keluarga besar rumah Arjuna, di dalam dapur sana Karina tengah berkutat membuat makan malam bersama beberapa asisten rumah tangga yang sibuk membantunya, di ruang tamu lain Kyra sedang mengobrol dengan teman-temannya yang sengaja datang untuk pekerjaan sekolah di malam minggu, di ruang keluarga hanya mereka bertiga saja Disha, Anaya, dan Arjuna sementara Dhafa belum terlihat sama sekali mungkin cowok itu belum pulang.
"Ay, mandi dulu sana," titah Arjuna.
"Gak mau, aku mau main sama baby Disha aja,"
"Ck, tadi lo bilang maunya sama gue terus nah sekarang malah sibuk sama Disha." cibir Arjuna, Anaya hanya menghiraukan hal itu.
"Gak risi apa Ay sama gaun lo itu?" tanya Arjuna yang duduk diatas sofa dan terus memperhatikan kekasihnya di bawah sana dengan karpet beludru lembut.
"Enggak."
Arjuna tersenyum kecut. “Terserah."
Cowok itu bangkit sofa dan berjalan menuju dapur, setelah mengambil satu kaleng soda dan kembali duduk seraya meneguknya ia kembali memperhatikan Anaya yang begitu girang bermain bersama Disha karena merasa dirinya di cuekin oleh kekasih serta adiknya, Arjuna pun merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih dari dalam sana, dengan diam-diam ia membuka aplikasi kamera dan membidikkan lensanya pada Anaya dan Disha yang tengah bermain, secara diam-diam Arjuna mengambil gambar Anaya dan Disha setelah mengambil beberapa gambar bagus dan menggemaskan Arjuna menyimpannya.
Saat Disha sedang asik bermain dengan Anaya seketika seorang asisten rumah tangga datang dan membawa Disha, Anaya yang heran sontak bertanya kemana Disha akan dibawa lantas asisten rumah tangga menjawab Disha harus mengganti popoknya dengan perasaan kecewa Anaya meng-iyakan dan akan menunggu Disha selesai mengganti popoknya.
Arjuna yang kini sibuk bermain game Online mencuri-curi pandangan pada Anaya yang mengerucutkan bibirnya bosan.
"Ayo," ajak Arjuna pada Anaya, cewek itu tersentak tanpa bertanya hendak kemana Arjuna membawanya ia tahu kalau cowok itu mengajaknya naik keatas dan membawanya ke dalam kamar.
Di dalam kamar Arjuna, cowok itu menyodorkan Hoodie miliknya pada Anaya yang tahu apa maksudnya, namun setelah beberapa menit ia langsung paham. Arjuna menyuruhnya untuk aegera mandi, dengan malas Anaya mengambilnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dua puluh menit selesai membersihkan diri, Anaya langsung di suguhi oleh Arjuna yang tengah berdiri di depan kaca besar dengan pakaian rapi dan santai.
"Mau kemana?" tanya Anaya dengan menatap punggung kekar Arjuna.
"Cepetan kering in rambut, kita keluar sekarang," balas Arjuna dengan menyemprotkan parfum ke beberapa titik ditubuhnya.
"Ya tapi mau kemana? Bukannya kamu pusing, sakit kepala dan mau istirahat?"
"Gue udah gak pusing lagi." balas Arjuna cepat, lalu merapikan rambutnya.
Cowok itu tampak tampan dengan dibaluti kaos putih sebagai in fit lalu di tambah dengan kemeja hitam bermotif sebagai out fit tanpa di kancingkan, celana jeans putih serta sepatu sneakers senada menambah ketampanan pesona sosok Arjuna Mahardika yang membuat Anaya kesulitan menelan si lavanya sendiri.
"Cepetan siap-siap Ay," ucap Arjuna membuat Anaya lantas tersadar.
Anaya berjalan cepat menuju meja rias milik Arjuna, mengambil Pouch make up dari tasnya dan merogoh lalu menemukan alat-alat yang ia butuhnya, wajahnya yang cantik hanya di tambah dengan make up natural seperti bedak, maskara, eyeliner, dan liptint saja, setelah siap ia merapikan hoodie cokelat pria milik Arjuna yang longgar ditubuhnya saking besar dan longgar karena tak sepadan hoodie yang seharusnya pas di tubuh Arjuna seketika menenggelamkan tubuh mungil Anaya hoodie yang panjang membuat setengah paha Anaya tertutup karena cewek itu mengenakan hot pants berwarna putih.
"Ayo berangkat, aku udah siap," ajak Anaya pada Arjuna yang duduk di samping ranjang seraya memainkan ponsel, Arjuna mendongkak dan mengamati penampilan Anaya cewek itu tampak cantik dengan make up seadanya.
"Sini," Arjuna yang langsung bangkit menarik sebelah tangan Anaya dan menggiringnya ke depan kaca besar dalam kamarnya.
"Apa lagi?" tanya Anaya pada Arjuna yang sudah mengambil satu lembar tisu bahas dan dengan tanpa permisi mengusap bibir Anaya yang tampak merah oleh liptint yang cewek itu gunakan.
"Kemenoran, gue gak suka."
"Ih Juna, itu kan liptint kesukaan aku!"
"Sejak kapan lo punya kaya gitu dengan warna-warna yang ngejreng kaya Tante-tante?" tanya Arjuna sedikit sebal.
Jujur ia tak suka jika Anaya menggunakan make up yang berlebihan, walaupun itu hanya pewarna bibir jelas Arjuna tak menyukainya apalagi hal itu akan membuat pria-pria diluar sana akan memandang Anaya dengan tatapan berbeda darinya.
"Lo sengaja mau buat gue cemburu?" tanya Arjuna dengan berdecap pinggang.
"Siapa juga yang mau buat kamu cemburu?" Anaya berbalik bertanya.
"Itu, maksud lo apaan pake-pake kaya gitu?" kesal Arjuna.
"Itu kan Liptint yang aku beli tadi waktu di mini market, aku suka sama warnanya dan ternyata ringan di bibir aku,"
"Ringan? Lo bilang ringan? Emang lo bisa nembak berapa ringannya benda itu di bibir lo, huh?"
"Juna kamu kenapa sih, kok kamu jadi posesif banget?"
"GUE POSESIF ATAUPUN ITU, YANG GUE LAKUIN ITU KARENA GUE SAYANG SAMA LO GUE GAK MAU CEWEK YANG GUE SAYANG MALAH DI LIRIK SAMA COWOK LAIN DI LUAR SANA ANAYA!" bentakan Arjuna yang sedikit keras membuat Anaya bungkam.
Tak ada air mata ataupun retina yang berkaca-kaca kali ini tampaknya, Anaya malah menyipitkan kedua matanya tajam serta kedua tangannya sudah menggantung di atas pinggang ramping miliknya.
"Terus gimana sama kamu huh? Kamu pake Parfume dan sebagainya apa itu gak akan di lirik sama cewek lain diluar sana?" tanya Anaya membalik dengan nada ketus.
Arjuna memijat pelipisnya, dengan cepat mengambil Pouch make up milik Anaya dan mengambil sesuatu dari sana Anaya yang kaget saat Arjuna mengoleskan sesuatu di bibirnya sontak memberontak.
"Diam!" titah Arjuna menekan.
Arjuna dengan telaten mengoleskan pelembab bibir berwarna bening pada Anaya, cewek hanya diam.
"Lo lebih cantik dengan make up natural kaya gini," kata Arjuna seraya menangkupkan kedua tangannya di kedua pipi tembam milik Anaya.
Cewek itu mendelik, lalu menepis kedua tangan Arjuna dari kedua pipinya.
"Kamu juga lebih ganteng kalau gak pake parfume berlebihan." ucap Anaya seraya menyindir, lalu meninggalkan kamar Arjuna dengan perasaan kesal.
Cowok itu mematung beberapa saat, lalu tersenyum lebar dan mengikuti langkah Anaya keluar dari kamarnya.
. . .
"Loh, kalian mau kemana? Mamah udah bikin makan malam," ujar Karina yang terkejut melihat Anaya dan Arjuna yang baru saja turun dari kamar dengan pakaian rapi khas ala anak muda yang siap bermalam minggu.
"Juna sama Anaya mau makan di luar mah," balas Arjuna.
"Loh kenapa? Mamah udah buru-buru siap in makan malam buat kita semua loh, tapi kok malah mau makan di luar?" ucap Karina pura-pura sedih.
Arjuna tersenyum kecut melihat Akting Mamahnya.
"Iya nih gak tau Juna, padahal kan Mamah udah capek-capek buat in makan malam malah mau makan di luar," ucap Anaya membela Karina, Karina tertawa kecil mendengarnya.
"Yaudah terserah, kalau lo emang mau makan malam di sini, gue mau makan di luar," ucap Arjuna memberikan ancang-ancang untuk pergi.
Anaya mengerucutkan bibirnya, membuat Karina yang melihatnya merasa gemas dengan sayang ia mengelus lembut kepala Anaya.
"Gak apa-apa, kalau mau makan di luar ya silahkan, lagian Mamah siap in banyak makanan karena buat teman-temannya Kyra."
"Sudah gue duga." cibir Arjuna.
Anaya tersenyum tak enak, ia melirik pada Arjuna yang kembali sibuk dengan ponselnya.
"Padahal Aya Pengen banget makan masakan Mamah, tapi ya karena ... Jadi yaudah lah, Aya minta maaf ya Mah karena gak bisa makan malam sama-sama," ucap Anaya tak enak hati.
"Gak apa-apa kok, kan besok-besok kita bisa makan sama-sama jadi gak apa-apa kalau Aya mau makan malam di luar lagian kan makan malam sama calon tunangan kan?"
"MAMAH!" seru Arjuna.
Karina tertawa sementara Anaya hanya tertawa binggung, entah kenapa jantungnya seketika mendadak berdegup kencang ketika melirik Arjuna yang secara kebetulan sudah menatapnya dengan tatapan biasanya.
"Ya-yaudah kalau gitu, Aya berangkat sekarang ya mah?" pamit Anaya.
Karina mengaguk lalu tersenyum.
"Kita berangkat mah," kata Arjuna, lalu berjalan terlebih dahulu keluar di ikuti dengan Anaya.
. . .
Di dalam mobil tak ada pembicaraan apa pun antara mereka berdua, hanya suara Sound musik mobil saja yang memecahkan keheningan mereka selama perjalanan, Anaya sibuk dengan pandangannya yang menatap pemandangan luar mobil sementara Arjuna tetap fokus pada jalanan.
Entah berapa menit selama perjalanan kini mobil mereka terhenti di sebuah Restoran di kawasan Jakarta Timur, Arjuna membuka pintu mobil di ikuti dengan Anaya yang tampak menyipit menatap kearah beberapa deret mobil yang tak asing dimatanya.
"Ini bukannya mobil, Kev--"
"Ayo." ajak Arjuna.
Kini tangan mereka saling bertautan satu sama lain, Arjuna mengajak Anaya masuk ke dalam Restoran dimana mereka berdua sudah di sambut heboh oleh para sahabatnya yang datang tanpa sepengetahuan Anaya sama sekali.
Cewek itu tersenyum sangat lebar ketika di sambut begitu heboh oleh para sahabatnya terlebih lagi Gavin.
"bu-bukannya kamu batal in acara pestanya?" tanya Anaya pada Arjuna.
Arjuna mengangkat kedua bahunya, lalu tersenyum tipis mengelus lembut kepala Anaya dengan lembut.
Anaya benar-benar terpaku dengan riasan indah meja mereka, yang di penuhi bunga serta balon-balon berbentuk hati memenuhi setengah ruangan restoran yang tampaknya sepi karena Arjuna mem-booking restoran hanya untuk mereka saja.
.
.
.
#Ekstra_Part_01_End ....
Follow me on Insta : @sintia.dewi172
Follow me on Wattpad : @SintiaDewi__172
My second fb page : Sintia Dewi & SintiaDewiThank you for reading 💛🙏💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√
Ficção Adolescente- BELUM REVISI MASIH BANYAK TYPO YG BERTEBARAN. HARAP HATI-HATI. - 🌻 Rank : 2 in #teenlife from 1.96k stories (05/21/21). 🌻 Rank : 1 in #teenlife from 1.97k stories (05/23/21). [ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! ] Anaya Queensha Maheswari, seorang...