[10] Bayang-Bayang Biru

245 29 2
                                    

"Ada kembaran bapak di sini, anaknya lucu. Manis banget. Saya sudah ketemu," kata Zur pada Zayn.

Zayn sedang mengecek nama mahasiswa baru dan membagikan dosen pembimbing akademik. Kegiatannya terhenti. Dia tidak berminat lagi mengecek nama dosen yang lowong untuk diberikan DPA dalam waktu dekat.

"Bapak nggak mau lihat? Safir Safira. Wow banget namanya kan, pak,"

Safir masih diam. Dia tidak berminat dengan perempuan itu. Dia sudah tahu siapa yang dimaksud oleh Zur. Bahkan kemarin dia sudah keceplosan menyakiti gadis itu. Tidak ada maksud melakukannya. Kosa kata yang meluncur itu saja tidak terkontrol berhamburan keluar.

Serius.

Dia menyesal mengeluarkan kalimat tersebut begitu melihat Zhavia terbengong dan terlihat bodoh. Sekejam itu dirinya.

"Kalau bapak mau kenalan, boleh saya kenalkan. Kami berencana minum kopi di RAC sore ini," Zur memberi informasi.

"Tidak! Terima kasih," masih dengan nada dingin Zayn menjawab.

Minum kopi di RAC nanti sore. Hmm..

Perempuan macam apa dia? Keluar sesuka hati dengan lelaki yang tidak dia kenal. Ck, perempuan ibukota memang tidak bisa diatur. Perempuan lokal saja bisa sesuka hati dan tidak membuatnya nyaman, apalagi perempuan macam Zhavia.

"Pak Safir," sebuah suara nyaring melengking terdengar dari pintu. Perempuan bertubuh tinggi semampai berjalan meliuk ke arahnya. Zur pamit kembali ke ruangannya.

"Pak Safir, saya harus bicara dengan Anda," Kiara langsung duduk di depan Zayn tanpa menunggu dipersilahkan.

Zayn menarik nafas panjang. Dia sedang tidak mau berurusan dengan perempuan ini.

"Saya tidak setuju jika harus menjadi partner sahabat untuk bu Zhavia. Tolong bapak pertimbangkan lagi. Saya tidak bisa bekerja dengan orang sombong seperti dia," Kiara mencampakkan selembar kertas dengan bagian sudah dihighlighter.

"Partner apa?" Zayn tidak tahu menahu soal ini. Dia mengambil kertas dan membacanya.

Di sana tertulis, Pendampingan dan Orientasi Dosen CPNS Universitas Islam Darussalam Aceh. Oh, ini program baru universitas untuk memberi pendampingan bagi dosen baru berstatus CPNS. Dia menemukan namanya di sana untuk mendampingi tiga orang nama asing. Dia melihat nama Xing ada di daftar pendampingan untuk Kiara.

"Kenapa Anda tidak mau?" Tanya Zayn tanpa melihat mata Kiara.

"Karena... Ya, karena.... Dia itu menyebalkan. Tidak menyenangkan." Kiara berusaha keras mencari alasan, "Bapak tahu sendiri kan bagaimana perempuan ibukota? Benar-benar menyebalkan dan sok hebat, pak. Dia pikir dia itu siapa? Sok paten!"

"Ibu mengenalnya?" Tembak Zayn langsung. Cara dia membicarakan Zhavia seperti ada dendam pribadi.

"Saya pernah bertemu dengannya beberapa kali, pak. Saya setuju kalau dia agak aneh dan menyebalkan. Saya rasa bapak juga setuju. Tolong ditukar, Pak. Jangan saya!"

Dendam pribadi yang tidak jelas. Ini tipikal Kiara. Apa yang dia ributkan dari orang yqang dia tidak kenal.

Oh, mungkin saja Kiara hanya mencari alasan untuk bertemu dengannya. Dia harus menyelesaikan sesuai dengan keinginan Kiara.

"Kalau begitu, saya akan bantu ngomong untuk bertukar dengan ibu," sebelum Kiara sempat memprotes, dia sudah menghubungi Jae, "Tolong gantikan pendampingan, ya. Xing dan Zhavia tolong berikan di bawah saya saja."

Kiara terpana.

"Apa?!" Kiara menekan pertanyaan yang dia sendiri tidak mengerti. "Maksudnya ganti dengan bapak apa, ya?!"

Zayn ZhaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang