"Bagaimana Zhavia menurutmu?" Zayn tiba-tiba mencegat Izzy yang baru keluar dari mushalla kampus UIDA. Ia menunggu Zhavia untuk ke showroom.
"Maksudmu? Dia masih sendiri dan tidak ada ikatan dengan siapapun. Kalau itu maksudmu," Izzy tersenyum. Di saat yang sama dia mencoba menyembunyikan pesonanya.
Zayn menarik napas lega. Seolah inilah informasi yang paling dia tunggu-tunggu. Dia ingin bertanya banyak pada Izzy. Beberapa jamaah masjid mulai keluar, sekilas melempar pandang pada mereka. Banyak juga yang tidak peduli.
"Ayo, Pak. Buruan, sebelum dilamar orang. Izzy itu boh lam oen. Ntar menyesal kalau keduluan disalip orang," Izzy tersenyum lagi. Cepat-cepat dia memakai sandal. Kemudian membungkukkan kepala sedikit untuk berpamitan, "Saya izin pulang dulu, ya. Ada janji juga dengan Zhavia. Jika kamu penasaran kemana, boleh tanyakan langsung pada Zhavia."
Zayn kehilangan kata-kata. Dia merasakan wajahnya memerah. Semoga Izzy tidak menangkap perubahan wajah itu.
Sayangnya, Izzy melihatnya. Dia tidak bisa menahan kikikan kecil begitu jauh dari Zayn. Dalam perjalanan ke parkiran, Izzy mengetik sesuatu di ponselnya untuk Zhavia.
Gue ketemu Zayn di masjid. Lo harus tahu sesuatu tentang dia. Lo nggak akan percaya, Zha.
Semenit, tiga menit, sepuluh menit. Sampai Zhavia tiba di depan kontrakan Zhavia. Perempuan itu sepertinya tidak menyadari ada hal baru yang ingin diceritakan oleh Izzy padanya. Dia belum mengecek ponselnya.
"Nggak baca WA, ya?!" Tembak Izzy begitu Zhavia masuk ke dalam mobil.
"Lagi malas pegang hape. Rama datang ke Aceh. Gila banget, stress gue! Ngapain juga manusia setengah salmon itu kemari? Hah, dia pikir gue harus baikan apa sama dia? Nggak sudi gue! Najis banget bekas dicipok sama nenek lampir!" Cecar Zhavia tanpa rem.
Izzy mengklakson dua kali. Di depannya segerombolan sapi tersesat ke tengah kota. Pengendara yang lain sama paniknya dengan dirinya. Mereka berlomba membunyikan klakson. Seolah tidak ada yang lebih penting daripada waktu yang sedang mereka habiskan di jalan.
Beberapa menit terjebak di antara sapi, mereka lolos. Izzy kembali meningkatkan kecepatan menyetirnya. Tidak jauh dari sana, dealer sepeda motor Honda sudah menunggu.
"Tadi gue ketemu Zayn di masjid," lapor Izzy tanpa diminta.
"Terus?" Zhavia tidak berminat. Dia melepaskan seat belt dan membuka pintu mobil.
Izzy mengikuti dan mengunci mobil sambil berjalan dengan remote pada kunci. Keduanya berjalan bersisian ke dalam dealer. Keduanya lupa soal Zayn dan terpesona dengan motor-motor keluaran baru.
"Aku suka yang ini," Zhavia menunjuk Honda Beat keluaran terbaru.
"Kredit 12 bulan kakak akan dapat ponsel Redmi, kak. Kalau 24 bulan kakak akan dapat Redmi dan cashback satu juta. Kalau kredit 36 bulan sama juga, tapi cashback lebih banyak," sales perempuan cantik itu dengan cekatan menjelaskan keuntungan dari pengambilan dengan kredit.
"Kalau beli cash saya dapat keuntungan apa?" Tanya Zhavia. Dia sudah menebak tidak akan mendapatkan keuntungan sebanyak pengambilan kredit.
"Kakak akan dapat jaket, helm, dan cashback satu juta rupiah," sales tersenyum lebar. Seolah keuntungan yang ditawarkan sama mahalnya dengan ponsel buatan China tersebut.
"Saya ambil cash, deh."
"Nggak kredit saja, kak?! 12 bulan saja, bisa dapat ponsel Redmi, lho. Ini harganya setara dengan satu juta setengah," rayu sales itu lagi. Dia mulai muram.
"Nggak, deh. Saya beli saja ponsel Redminya di toko ponsel," jawab Zhavia acuh. Izzy terkikik.
Siang itu, Izzy pulang ke kontrakannya dengan mengenderai motor baru. Dia berpapasan dengan Zayn di jalan. Zayn ragu itu Zhavia. Zhavia pun tidak berminat menegur kolega yang sudah membuatnya kesal setengah mati.
❤️❤️❤️
Zhavia memarkir motornya di samping Zayn. Tidak sengaja. Dia kaget ketika melihat Zhavia datang sendiri tanpa Izzy. Jantungnya berdegup kencang. Bingung bagaimana cara memulai percakapan dengan gadis itu.
Dari kejauhan Jae dan Zur memperhatikan Zayn yang terpana dan salah tingkah dengan dosen baru itu. Keduanya terkikik. Apalagi saat Zhavia dengan cueknya melenggang masuk ke ruang dosen tanpa mempedulikan keberadaan Zayn.
Zayn melangkah lunglai ke ruangannya melewati Zur dan Jae. Kedua sahabat ini tertawa.
"Bagaimana, Pak. Sikat, pak. Sikat!" Jae semangat.
"Memangnya baju?" Celetuk Zayn.
"Pak, perempuan seperti Bu Zhavia pantasnya dihalalkan, dibawa ke rumah, baru bisa dikerjai sesuka hati. Nggak bisa kalau cuma dipandang-pandang saja, pak." Celoteh Zur.
Zayn diam. Berpikir. Kemudian berkata, "Apa tidak ribet mengajak menikah perempuan ibukota? Bukannya nanti jadi urusan, ya?!"
"Itu perempuan lain, Pak. Kalau yang ribet nggak usah perempuan ibukota. Perempuan lokal sama ribetnya. Lebih ribet lagi," Jae menanggapi.
"Kami siap jadi tim sukses Pak Zayn," tambah Zur cepat.
Zayn tersenyum. Ia menepuk pundak Zur sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan.
❤️❤️❤️
"Zhavia sayang," Rama menyambut Zhavia yang baru pulang dengan tatapan bahagia dan penuh rindu.
Zhavia nyaris menabrak pagar kontrakannya begitu menyadari ada orang lain di sana. Rama Andika, dia di sini. Ada urusan apa dia di sini?
"Rama?!" Tidak tertahankan, panggilan itu keluar dari mulut Zhavia.
"Iya, Zha. Ini aku. Aku sudah putuskan, Zha. Aku akan menikah dengan kamu. Ayo, Zha. Balik ke Jakarta denganku," kedua tangan Rama bertumpu di pundak Zhavia.
"Kenapa kamu ke sini?" Zhavia menatap Rama dengan bulir bening hendak berjatuhan.
"Aku rindu kamu, Zha. Aku cinta kamu. Itu sebabnya aku menjemput kamu. Kita kembali ke Jakarta, Zha. Kita menikah, Zha."
Zhavia menepis tangan Rama kasar, "Jangan pernah muncul lagi di depanku. Asal kamu tahu, Rama. Aku sudah memutuskan untuk menikah dengan seseorang di sini."
Sinar mata Rama meredup, "Siapa, Zha?"
"Seseorang yang sangat baik dan tidak pernah membandingkan aku dengan perempuan lain," Zhavia membayangkan sosok cool di kampus.
Dari kejauhan, seseorang yang mendengarkan percakapan dan melihat adegan itu naik ke motor bebeknya. Dia langsung menarik gas dan menghilang di balik tekongan. Bahkan dia tidak mendengar percakapan Rama dan Zhavia selanjutnya.
"Dia siapa, Zha?" Rama bertanya, "Kalau kamu mengatakan siapa, aku akan pergi sekarang."
"Dia dosen di UIDA. Orangnya baik. Namanya Zayn."
❤️❤️❤️
Dear Olivers,
Selamat berpuasa dan menunggu waktu berbuka, ya. Bagaimana puasamu tiga hari ini? Alhamdulillah lancar, kan?!Yuk, kasih dukungan untuk Zayn Zhavia biar saya semangat buat nulis di sela-sela kesibukan Work From Home dan Writing From Heart.
Salam Sayang,
Olivia Ailinna

KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn Zhavia
RomanceZayn tidak percaya perasaannya bisa berubah saat bertemu Zhavia. Baginya, janji terucap 5 tahun lalu cukup kuat sebagai pondasinya. Ia tidak akan menikah sebelum Kiara menikah. Namun, saat ia merasakan masa depan dari Zhavia, haruskah ia melanggar j...