[17] Ring

509 36 3
                                    

"Tadi Zayn datang, dia titip itu," kata Izzy begitu melihat Zhavia masuk ke butiknya. Dia menunjuk sebuah kotak mungil berwarna merah muda dengan corak hati menyemak. Ada pita satin terikat manis mempercantik kotak itu.

Zhavia tidak tertarik apapun yang berkaitan dengan Zayn saat ini. Melihat kotak yang begitu feminim itu, dia tergoda untuk membuka. Apalagi Izzy bilang titipan untuknya. Ah, dia tergoda, tapi... Sudahlah. Tidak erlu peduli. Paling sebuah permintaan maaf karena dia datang di saat yang tak tepat. Mungkin Zayn tahu Zhavia datang. Terlambat, dia sudah menutup hatinya untuk Zayn. Sejak ia melihat Kiara ada di sana.

Kecuekan Zhavia mengundang penasaran Izzy. Gadis itu masih saja keras kepala dengan sikapnya. Dia tahu Zhavia tidak bisa menutup mata terhadap keberadaan Zayn. Mau tidak mau, dia pasti terpanggil untuk membuka sedikit hatinya. Hm, ternyata Zhavia juga gadis yang rumit.

"Itu untuk kamu, mau sampai kapan cuek begitu? Sama sekali nggak keren, tau!" Izzy meninggikan suaranya. Pura-pura marah.

Zhavia berlaku sebaliknya. Dia melirik kotak itu, bergegas mendekati meja Izzy dan menyambar kasar.

"Puas?!" Tanya Zhavia. Emosinya meledak-ledak. Lantas keluar dari butik dengan kesal.

Izzy menggedikkan bahu. Entahlah, suasana hati perempuan mapan belum menikah memang susah ditebak.

Di luar, Izzy membuka jok motornya. Melempar kotak merah muda itu begitu saja ke sana.

Dasar tidak ada kerjaan!

Zhavia hendak pergi ketika Zayn tiba di sana. Dia tidak bisa mengelak karena lelaki itu sudah menaikkan tutup helm dan tersenyum lebar. Jantungnya berdegup kencang. Dia tidak bisa berkata-kata. Jatungnya berdegup, berharap semoga Zayn tidak melihat cara kasarnya membanting kotak titipan ke dalam jok motor.

"Hai, Zha. Sepertinya kita perlu bicara. Aku tahu kamu sepertinya tidak akan berminat untuk membuka kotak itu," terlmabat sudah. Zayn melihat tindakan konyolnya. Memalukan.

"Bicara soal apa? Saya tidak mau membuat masalah dengan Bu Kiara," Zhavia menggigit lidahnya. Bodoh sekali. Dia menunjukkan diri sedang cemburu.

"Kamu cemburu," Zayn tersenyum lebar. "Itu bagus!"

"Bagus?" Zhavia memalingkan wajah. Matanya melebar dan menatap Zayn tajam.

"Iya. Artinya kamu punya sedikit rasa untuk saya. Eum, saya tahu tidak salah memilih orang."

Mata Zhavia makin melebar. Salah tingkah oleh sikap Zayn yang super percaya diri, tapi Zhavia suka. Zhavia semakin gugup, "Orang apa? Sudah jelas-jelas kemarin kamu berduaan dengan Kiara. Kenapa sekarang ngomongin saya punya rasa. Mana buktinya?"

"Ini buktinya!" Zayn tertawa kecil. Dia melanjutkan ketika mata Zhavia semakin melotot padanya, "Kamu marah pada sesuatu yang belum terkonfirmasi kebenaran."

Kali ini Zhavia sudah tidak sabar. Dia menstarter motornya dan melaju memecah jalan satu jalur di depan butik Izzy. Zayn tersenyum senang. Puas dapat membuktikan bahwa Zhavia memiliki perasaan yang sama dengannya.

Zayn melangkah masuk ke dalam butik Izzy. Perempuan itu sedang mencoret-coret di atas kertas A4 putih dengan pensil 2B. Gaun pengantin yang indah. Sesuai dengan keinginannya.

Tanpa memberi salam dan mengganggu Izzy, dia langsung duduk di kursi di seberang meja kerja Izzy. Dia memperhatikan tangan telaten itu menggores sana sini. Memberi detil sana sini.

"Ternyata dugaanmu benar," kata Zayn begitu Izzy mendongak ke atasnya. "Zhavia masih belum bisa move on. Aku sekarang sennag sekali. Setidaknya ada peluang besar antara kami. Kamu yakin cara ini berhasil?"

Izzy mengangguk, "Aku perempuan dan berpengalaman."

Zayn tertawa. Siapa yang tidak tahu track record Izzy dalam kisah cinta. Gagal dan ia belajar. Dia selalu menganggap reputasi jelek ini sebagai kesuksesan dalam karie percintaan.

"Apa rencana selanjutnya?" Zayn mengerling pada Izzy yang kembali menarik garis halus di tengah gambar yang dibuat.

"Langsung saja ajak dia menikah. Aku yakin dia tidak menolak," sahut Izzy enteng. Seolah Zhavia adalah bagian dirinya yang lain.

"Kalau saja kamu tidak dekat dengan Zhavia. Aku tidak akan mengikuti cara gilamu. Sadar gila!" Cecar Zayn dingin.

"Mengaku saja. Kamu suka juga, kan?!" Izzy melirik Zayn dengan ekor matanya. "Asal kamu harus ingat janjimu."

Zayn tertawa, "Aku sudah bilang kalay Rayhan memang masih menyimpan rasa padamu. Hany saja, kamu perlu lebih sabar atau agresif."

Izzy mendengus kesal. Pensil yang terselip di antara jemarinya dia lempar begitu saja di atas meja. Urusan hati memang ribet.

❤️❤️❤️

Zhavia tidak tenang. Antara rasa bahagia dan kesal, dia tidak tahu mana yang lebih dominan kini. Setiap dia mengingat sikap dan blak blakan Zayn yang tak terduga, Zhavia senang sesenang-senangnya. Apa benar Zayn memiliki rasa padanya? Meskipun dia tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini.

Sejujurnya, masih ada nama Rama di hatinya. Selain itu, Rama masih terus menerus memberi harapan untuknya. Dia kesal, dia juga suka.

Kalau saja Zayn tidak hadir dalam hidupnya dan Izzy menghalangi Rama kembali, dia pasti sudah bersama Rama sekarang. Kata orang, lelaki yang mempertahankan perempuannlain saat mengejarmu bukanlah lelaki yang baik. Dia mwlihat Rama melakukannya. Rama pasti bukan lelaki yang baik.

Tiba-tiba Zhavia ingat kotak merah muda yang dia lempar ke dalam jok motor. Zhavia mengambip kunci motor dan berlari membuka jok motornya. Kotak itu sudah penyok tertimpa mukena dan sekilo buah pir.

Dia membuka kotak itu perlahan. Seolah takut kotak itu akan meledak jika Zhavia terburu.

Di dalam kotak ada sebuah surat dan sebuah kotak beludru merah berbentuk kotak mungil. Zhavia membuka kotak mungil itu dengan tangan bergetar. Ada sebuah cincin dengan mata safir di dalamnya. Jantung Zhavia berdegup kencang antara bahagia dan terharu.

Zhavia membuka kertas yang digulung dan diletakkan dalam kotak merah muda.

Will you marry me, XYZ?

Air mata Zhavia menetes. Tidak ada perasaan lebih bahagia selain hari ini.

"I do, I want to be your bride," jawab Zhavia sambil mendekap surat itu ke dadanya. Seolah Zayn bisa mendengar kalimat yang meluncur dari mulutnya.

Entahlah, malam ini Zhavia berbeda. Dia sangat bersemangat. Bahkan ketika ia mendapatkan pesan dari Zayn yang terlalu romantis dari biasanya, dia membalas dengan bahagia.

Zhavia bahkan mengubah nama Zayn di ponselnya. Tidak ada lagi Xavier Yusuf Zaynuddin. Nama ini sudah berganti menjadi My Future Husband.

Nama yang akan membuatnya selalu bersemangat untuk bangun pagi dan membuka ponselnya dengan gembira. Rasa ini sudah lama tidak dia nikmati. Rasanya bertahun-tahun lamanya. Sejak ia memasukkan Rama ke dalam hatinya, kemudian lelaki itu datang dan pergi meninggalkan luka. Sampai keberanian membawanya ke Aceh untuk seorang Zhavia yang baru.

❤️❤️❤️

T A M A T


Zayn ZhaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang