"Ntahlah, Zha. Menurutku lo memang harus cari tahu dulu sebelum menuduh yang bukan-bukan tentang Zayn. Menuduh lelaki baik-baik berbuat tidak baik itu hukumnya fitnah," Izzy menatap Zhavia dengan tatapan serius ketika berkata ini.
Zhavia menggeleng lemah, "Sudahlah, Zy. Lo nggak usah berikan gue any advice. Toh gue nggak bakalan lagi cari tahu tentang dia apalagi berpikir kalau dia punya masa depan yang mulus dengan gue. Gue capek. Lelaki kan bukan Rama dan Zayn saja."
"Iya, lo benar. Gue kenal Safir, lho. Dia lelaki yang baik. Mungkin Kiara saja yang keganjenan. Hmm, secara mereka pernah bertunangan," Izzy berkata ragu.
Ekspresi wajah Zhavia berubah. Tampak dia memang sangat kaget dengan informasi ini. Selain itu, dia juga tidak percaya jika berhadapan dengan mantan tunangan lelaki yang ditargetkan sebagai imamnya di masa depan. Apalagi yang harus diperjuangkan? Dia memang harus menyerah kalah.
"Zha, lo serius tidak ada perasaan pada Zayn?" Tanya Izzy hati-hati.
"Gue nggak tahu. Kayaknya sih nggak," Zhavia menjawab ragu.
"Kayaknya, Zha?!" Izzy menatap ke manik mata Zhavia. "Lo ingat-ingat, deh. Apa dia pernah membuat lo bergetar atau cemburu?"
Zhavia teringat hari ini. Dia memang merasa tersingkirkan saat melihat Kiara di rumah Zayn. Serius? Dia cemburu!
"Nggak, gue nggak cemburu!" Zhavia jelas berbohong.
Izzy menangkap kebohongan ini, "Hari ini lo juga nggak cemburu?!"
Zhavia mengangguk ragu. Izzy tertawa kecil, "Lo cemburu! Lo hanya mencoba menutup hati lo untuk berkata jujur."
"Ntahlah!"
"Akui dan pikirkan. Zayn pasti punya hal baik untuk lo akui. Percayalah, lo sebenarnya sudah menyimpan perasaan pada Zayn. Perasaan yang besar sekali, Zha."
Zhavia diam. Menunduk.
"Gue pulang dulu, deh," Zhavia menyambar tas tangannya. Ia mengeluarkan kunci motor dan berjalan menuju motor matik yang terparkir di halaman butik Izzy.
Berada di butik Izzy dan berhadapan langsung dengan pakar cinta bisa membahayakan kapasitasnya sebagai Zhavia. Hanya satu pertanyaan dan kedipan mata, Izzy bisa menelanjangi isi hati Zhavia.
"Zha, pikirkan lagi kata-kata gue!" Izzy muncul di depan pintu butik dengan suara keras.
Zhavia tersenyum lemah sebelum menstarter motornya meninggalkan butik Izzy. Perlahan, lalu menajam ke jalan raya.
❤️❤️❤️
"Hai Xing," sapa Zhavia ketika melihat Xing dengan wajah kusut duduk di meja nomor 19. Cafe Lantana siang itu sepi oleh pengunjung, musik yang dinyalakan dengan volume besar mencuri menguar mengisi ruang berisi bangku kayu berpelitur.
Xing mengangkat wajahnya. Menciptakan segurat senyum terpaksa ketika melihat Zhavia di depannya. Aroma kopi yang mwnguar dari mesin roasting singgh di hidungnya sebelum meninggalkan jejak di kemeja abu-abu tidak tersetrika.
Zhavia duduk di depan Xing tanpa dipersilahkan. Dia tahu temannya sedang galau. Makanya dia langsung ke Cafe Lantana padahal belum sempat masuk ke dalam rumahnya. Dia baru sampai di halaman dan berniat mencari kunci rumah ketika menlihat notifikasi dari Xing di layar ponsel. Pastilah sesuatu yang serius sedang terjadi.
Begitu pikiran sederhana Zhavia mengingatkan.
"Gue cerai! Sudah resmi," Xing berkata datar dan dingin.
Zhavia tidak berkomentar. Memilih diam dan menjadi pendengar yang baik. Bagaimana bisa dikatakan bahagia sedangkan Zhavia tidak pernah tahu bagaimana kehidupan rumah tangga Xing. Dia juga tidak tahu bagaimana menyemangati temannya ini.
Zhavia bertemu banyak orang yang bercerai. Kasus mereka beda-beda. Sikap mereka juga tidak sama. Dia melihat Izzy yang bahagia setelahnya. Bahkan kabarnya Rayhan mulai mendekatinya lagi. Duda satu anak yang selama ini hidup dengan mengingat dan terus mendoakan Izzy dalam diam. Zhavia menyimpulkan, perceraiam hanya batu loncatan untuk menuju jembatan pernikahan yang lebih baik dengan jodoh pilihan. Allah mempertemukan dengan orang yang salah dulu sebelum mempertemukan dengan orang yang tepat.
Itu Izzy.
Bagaimana dengan Xing?
Xing juga sama dengan Izzy. Dia bercerai dan punya satu anak.
"Gue udah mutusin untuk menikah dengan mahasiswa gue," kata Xing lirih dengan suara yang tegas.
"Apa?" Zhavia kaget luar biasa, "Lo baru cerai dan sudah memutuskan kawin lagi?"
"Itulah lelaki, Zha. Gue lebih baik menikah duluan sebelum naik darah dengan mantan bini gue yang nggak tahu diri."
Zhavia hanya menggeleng-geleng tidak mengerti. Apa yang dipikirkan lelaki saat memutuskan memulai hubungan, menargetkan seseorang, menikah, menceraikan, dan menikah lagi? Hidup di mata lelaki sepertinya sangat sederhana. Lebih sederhana dari pada berbicara soal perasaan dan logika.
Zhavia menggeleng. Bingung.
"Lo juga harus pikirkan hubungan lo untuk masa depan. Asal lo tahu, Zayn lelaki yang baik. Tidak akan mengkhianati lo. Lo sebaiknya berpikir untuk menikah dengannya."
"Gila! Apa lo pikir gue nggak trauma dengan melihat pernikahan kalian. Izzy cerai. Lo cerai. Gue? Jelas nggak mau jadi target selanjutnya, Xing!"
"Percaya sama gue. Zayn orang baik dan gue yakin dia punya rasa sama lo. Tinggal menunggu waktu saja. Lo akan dilamar oleh Zayn."
Zhavia menggeleng-geleng. Luar biasa temannya ini. Dalam hati muncul satu pertanyaan besar.
Apa kata-kata Xing bisa dipegang?
❤️❤️❤️
Dear Olivers,
Selamat hari Selasa. Terima kasih sudah membaca dan terus mengikuti kisah Zayn Zhavia, ya. Bulan ini saya akan ngebut untuk menamatkan novel Zayn Zhavia. Atas dukungan kalian, novel ini masih bisa saya lanjutkan dengan penuh cinta dan kasih sayang.Jangan lupa tetap berikan semangat dengan vote, ya.
Salam sayang,
_Olivia Ailinna_
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn Zhavia
RomanceZayn tidak percaya perasaannya bisa berubah saat bertemu Zhavia. Baginya, janji terucap 5 tahun lalu cukup kuat sebagai pondasinya. Ia tidak akan menikah sebelum Kiara menikah. Namun, saat ia merasakan masa depan dari Zhavia, haruskah ia melanggar j...