[4] Galau

320 33 1
                                    

"Selesai juga, ya. Alhamdulillah," Zhavia meraup wajahnya dengan kedua tangan. Xing tertawa melihat sikap Zhavia yang berubah sekarang. Dulu jangankan mengucapkan hamdalah. Dia lebih mendekati gaya orang yang tidak pernah melibatkan Tuhan dalam setiap aktivitas hariannya.

"Zha," Xing tergelitik bertanya sesuatu. "Lo, udah merit?"

Pertanyaan Xing seperti menghantam sudut hati Zhavia yang paling dalam. "Kenapa lo tanya begitu?"

"Karena gue teman lo. At least, pernah jadi teman komplotan lo di Kyoto." Xing mencari pembenaran.

"Belum. Mantan gue kabur dengan mantannya. Ribet banget kisah cinta gue. Lo? Jadi merit dengan si Taylor Swift?"

"Gue pilih Selena Gomez, Zha. Sayangnya, Selena juga memilih meninggalkan gue."

"Maksud lo? Dia balik dengan Justin Bieber itu?"

"Ya, setelah kita menikah tiga tahun. Dia juga ninggalin anak kita sama gue."

Zhavia kehilangan kata-kata.

"Hidup kita memang nggak ketebak, Xing. Gue merasa hidup nggak adil banget soal asmara. Berulang kali gagal dalam percintaan. Kayaknya gue memang harus pindah ke kota lain untuk buang sial," Zhavia tertawa lirih.

Xing tertawa, "Maksud lo, apa yang lo lakuim di sini cari jodoh?"

Zhavia tertawa, "Nggak lah. Jelek banget lo ngelihat gue, Xing."

Keduanya tertawa. Zhavia ingin bertanya lebih banyak perihal dia dan anaknya. Dari kejauhan dia melihat seseorang yang dipanggil Zayn mendekat.

"Xing, apa kamu punya waktu ngopi denganku?" Tanya lelaki itu. Sama sekali tidak melirik Zhavia. Jangankan mengajak, basa basi saja tidak. Bahkan melirik pun tidak.

"Of course, yes! Kapan lagi gue ngopi di Aceh, kan?! Gimana, Zha? Lo ikut kita, kan?!" Xing menyundut rokoknya di tembok kasar tempat dia bersandar.

Zhavia menggeleng. Sadar jika orang yang mengajak Xing tidak mengajaknya.

"Lo pulang kemana dan gimana?" Tanya Xing. Setia kawan masih dia miliki. Dia ingat sesuatu, "Lo pulang ke Jakarta kapan?"

"Ada Sita yang akan jemput. Teman gue di Aceh. Oh, soal pulang.. Gue belum putuskan."

"Oke, kalau lo pulang wajib kabari gue, ya."

Zhavia menautkan jempol dan telunjuk membentuk oke. Zayn berbalik dan langsung pergi sebelum Xing selesai berbasa basi meninggaljan Zhavia.

Zhavia menarik nafas. Sepertinya lelaki ini menyebalkan.

❤️❤️❤️

Zayn baru teringat sudah pernah berjanji dengan Xing untuk mengajak ngopi. Lelaki itu ingin menikmati secangkir kopi Gayo Arabica yang terkenal itu. Khususnya di warkop yang dikelola oleh orang Gayo sendiri. Rasanya pasti berbeda dengan yang diracik oleh barista lain.

Tidak sulit menemukan Xing jam segini. Usai ujian, pasti lelaki itu sedang merokok di pojok mana pun yang tersedia. Satu-satunya tempat merokok yang paling nyaman di dekat aula ujian hanya satu, di pintu samping. Jorok dan horor. Namun banyak mahasiswa dan pengguna aula melepaskan asap dari lintingan tembakau di sana.

Zayn langsung menuju ke sana. Langkahnya sempat terhenti. Dia melihat seseorang bersama Xing. Perempuan berinisial XYZ yang diperkenalkan oleh Xing kemarin. Beberapa detik Zayn menimbang antara pergi ke sana atau tidak. Dia malas berurusan dengan perempuan itu.

Satu menit menimbang, dia putuskan untuk menjemput Xing. Mungkin perempuan itu sedang mengajak dan menyusun rencana untuk ke suatu tempat. Mereka pendatang. Tentu saja Aceh tempat asing yang harus dikunjungi. Mumpung lagi di sini. Begitu istilah orang-orang.

Zayn ZhaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang