once upon a time, 01

315 46 19
                                    

“ah—”




teriakan minghao tertahan. ia mengerjap kaget. punggungnya tegak. hidungnya berulang kali mengambil napas. dada dan pundaknya naik turun. tubuhnya bersimbah keringat.




setelah terdiam beberapa menit, barulah laki-laki itu mengedarkan pandangan. kesulitan melihat benda-benda di sekitarnya karena gelap.




ternyata masih di kamar.




tangan minghao beralih meraba nakas, mencari gawai. bertanya-tanya pukul berapa sekarang.




dini hari. pukul tiga malam.




minghao menghela napas gusar. ia kembali bertanya-tanya; kenapa terbangun sekarang? kenapa tidak nanti saja? sekalinya bangun, susah sekali yang namanya kembali tidur.




sang tokoh utama menyibakkan selimutnya, bermaksud untuk bangkit dan membasuh wajah. ia duduk di samping ranjang, bersiap berdiri.




ketika menapakkan kakinya ke lantai, minghao meringis kecil. betisnya terasa perih. tapi tidak ia hiraukan. minghao terus lanjut berdiri, membiarkan kaki menopang tubuh.




tepat setelah ia berdiri sempurna, minghao terjatuh. keluhan keluar dari mulutnya. kakinya sakit luar biasa, ia tidak bisa berdiri.





“uh, ini kenapa—”





tiba-tiba sekelebat memori lewat di ingatannya.








seseorang menjalankan sepeda motor dengan kecepatan tinggi di jalanan sepi dan gelap. ia menabrak pohon. betis kanannya tertusuk kayu tumpul yang meruncing di bagian ujungnya.








minghao menekan saklar lampu.














... betis kanannya membiru.

ONCE UPON A TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang