21

4.1K 562 88
                                    

Playlist: Lost For Words - Leslie Miles; Fractions - Gabriel Parker

.

.

.

Kebahagiaan dan kesejahteraan tidak diperuntukkan bagi setiap orang, suatu fakta tragis yang harus disuarakan. Setidaknya terdapat lima alasan seseorang untuk tidak bahagia, faktor-faktor yang menyerang secara bersamaan dan menjadi proyeksi bahwa hidupku tidak bahagia sebab aku memiliki masalah ini dan tidak memiliki penyelesaian atas ini, atau aku hanya akan merasa bahagia apabila mendapatkan itu, dan tidak ada cara lain kecuali apabila aku benar-benar mendapatkan itu. Kebahagiaan dan kesejahteraan tidak diperuntukkan bagi setiap orang, setidaknya, bagi mereka yang tidak pernah merasa puas.

Mokpo tidak memberi kebahagiaan pun kesejahteraan. Mokpo hanya sebuah kota, sunyi dan tertutup bagai tirai bambu Cina, yang konon segala kebusukan bersembunyi di setiap sudut jalan-jalannya. Mereka bilang, jangan tertipu dengan air yang mengalir tenang, sebab kau tidak akan tahu ombak semengerikan apa yang mampu ia ciptakan. Dan Mokpo adalah permukaan air tenang itu, yang menyimpan ombak-ombak penghancur, siap menggulung setiap pribadi yang mengganggu. Mokpo, sebuah kota indah di mana gunung dan laut hidup secara berdampingan, nyatanya merupakan sarang segala tingkat kriminalitas, bahkan kau hanya akan mengedikkan bahu pada mayat di selokan yang kau temukan keesokan pagi ketika kau hendak berangkat kerja, saking begitu biasanya hal itu terjadi.

Bukan tanpa alasan, tingkat pengangguran yang tinggi, berikut jumlah lapangan pekerjaan yang sempit, menjadi alasan paling utama. Setiap orang tanpa sadar menjadi gila dan tertekan, mengejar suatu konstruksi sosial yang disebut kebahagiaan. Segala hal pun siap dipertaruhkan, meski itu adalah nyawa seseorang. Dan dengan meningkatnya jumlah pengangguran di Korea Selatan, meski hanya sebesar 0,1%, membuat kota dengan jumlah penduduk tak lebih dari 250 juta jiwa itu kalang kabut. Mereka harus menjadi yang terbaik di atas yang terbaik, mereka harus menjadi yang paling bahagia di atas yang paling bahagia, dan mereka harus mendapatkan apa yang mereka mau, menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang lain, tak peduli mengenai konsekuensi benar atau salah. Dengan kata lain, pengangguran merupakan suatu bencana. Dan di musim dingin mencekik yang seolah semakin mengeruk kesadaran meninggalkan otak masing-masing orang, Youngho semakin berani melebarkan langkah dan menyebut diri sebagai seorang pahlawan.

Oh, ya, orang-orang menganggap vampir satu itu sebagai seorang pahlawan yang datang dengan sayap penuh kasih sayang dan pengorbanan, merupakan makhluk Tuhan yang dikirimkan ke muka bumi untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak mampu bahagia. Youngho memanipulasi itu semua, merentangkan kedua tangan lebar-lebar, menyambut setiap manusia tamak ke dalam pelukan hangat mematikan.

Kita semua tentu ingat mengenai proyek ilegal yang dilakukannya di sebuah gedung tertinggal di pinggir kota, tempat di mana semua orang putus asa dan tidak bahagia dikumpulkan, diberi kesempatan juga harapan, bahwa mereka akan merasakan apa yang disebut sebagai sebuah kesejahteraan yang tidak bisa diberikan oleh para pemerintah manusia. Orang-orang tamak itu bekerja untuk Youngho dengan tawaran upah yang bahkan otak tamak mereka tidak sempat duga; mereka itu adalah orang-orang yang tidak memiliki apa-apa, tetapi menginginkan hal mewah berupa rasa bahagia. Dengan itu, mereka mengumpulkan semua orang yang memiliki segalanya, namun tetap tidak bisa merasakan kebahagiaan, orang-orang kaya yang tuna pada nyaris segalanya.

Maka, Youngho berhasil mendapatkan relawan sebagai pasukannya dengan mudah. Dengan embel-embel menyejahterakan umat, Youngho memboyong semua sukarelawan yang ingin sehat, dengan menyalurkan darah dari tubuhnya ke tubuh orang-orang kaya; mendapat saluran dana berjuta-juta demi sebuah tugas sederhana: menciptakan vampirㅡketurunan-keturunan dari darahnya.

[✓] Ocean Eyes Arc #1 [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang