17

5.1K 675 261
                                    

Thank you fullsins  for betaing this chapter 💖

• • •

[Playlist for this chapter: Colors - Halsey; La Lune - Billie Marten; and Afterlife - Hailee Steinfeld (for the ending scene)]

• • •

Sebuah sedan metalik melintas memasuki perbatasan Mokpo ketika langit menyemburkan semburat pucat, merah merambat. Warna jingga jatuh meluncuri jalan, menjadi pertanda bahwa senja telah datang dan ratu malam siap menelan cincin siang. Gumpalan awan membumbung menjauh satu demi yang lain, membiarkan sang cincin melesakkan cahaya terakhir sebagai penutup hari, dan di dalam lingkup sinar hambarnya, sedan metalik itu melaju langgas.

"Sebentar lagi musim dingin," ujar salah seorang di dalam mobil, sosok lelaki yang duduk di samping kursi kemudi. "Mungkin dua atau tiga hari lagi salju sudah turun." Kepalanya, yang semula memandang ke luar jendela, teralih menuju pemuda yang menempati kursi kemudi di sampingnya. Rambut karamelnya berlonjakan seiring gerakan itu. "Ya, kan, Samuel?"

Pemuda di balik kemudi menganggukkan kepala singkat. Senyuman terbit di wajah berstruktur tegasnya, sambil mata tak lepas-lepas dari jalanan yang semakin lama semakin gelap. Lampu mobil dinyalakan, mengganti tugas sinar senja sebagai penerangan. "Dan kita datang tepat waktu," ujarnya sambil memutar kemudi melewati belokan di sekitar tebing batu.

"Apa mungkin kita bisa menghabiskan seluruh musim dingin di rumah Sungwoo?" tanya si lelaki berambut karamel. "Lagi pula, aku dan Jihoon Hyung sudah jarang bertemu sejak Jinyoung memutuskan pindah ke Mokpo. Tidak setiap hari kita berkumpul."

"Daehwi benar."

Samuel, pemuda di balik kemudi, nyaris berteriak saking terkejutnya. Suara berat seorang pemuda dari arah kursi penumpang di belakang membuat kesadarannya menyentak tanpa tanggung. Seiring dengan umpatan yang ia lantunkan dalam benak, suara gonggongan anjing menyahut, berikut tawa Daehwi di sampingnya.

"Lihat? Lucas dan Myongi saja setuju."

Seekor anjing betina, berjenis newfoundland berbulu hitam, menggonggong dari tempat duduknya di kursi penumpang, di samping pemuda berkulit pucat yang menyengir lebar, memamerkan deretan gigi-giginya. Dari cara duduk si pemuda, kedua lutut yang tertekuk nyaris mendekati dada, menunjukkan tinggi tubuh yang tak kira-kira. Tangan pemuda itu, yang dari jari-jarinya pula terlihat betapa kalsium menguasai tubuhnya, menjulur ke arah kepala si anjing, mengusap gemas, menimbulkan gonggongan girang.

"Kau senang kita meninggalkan Seoul, Myongi?" tanya Lucas dan anjing itu menggonggong lagi.

"Aku sampai lupa kalau kau ikut, Lucas," ujar Samuel, kembali mengalihkan fokus ke arah jalan dan mengabaikan Daehwi yang menertawakan keadaannya.

"Hyung," ujar Lucas, dengan maksud mengoreksi panggilan Samuel terhadapnya. "Ingat, walau tidak kentara, aku lebih tua dibanding kau."

Samuel memutar mata dan itu Lucas dapati melalui kaca spion di atas kepala. "Setelah bertahun-tahun tampaknya itu tidak ada gunanya," gumamnya. "Mau kau yang lebih tua atau aku, tidak kelihatan! Lagi pula, rupa kita tidak akan berubah."

"Kulaporkan ayahmu atas ketidaksopanan ini, kalau begitu," ancam Lucas.

"Ayah akan berpihak padaku. Status calon menantu milikmu masih belum cukup kuat. Coba lain waktu, Kawan."

"Yang ada, Sungwoo akan memukul kepala kalian berdua karena bersikap kekanakan," timpal Daehwi sambil terkekeh.

Samuel mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Tapi sejak menikah denganmu aku jadi mendingan, tidak seperti orang itu, yang sudah mau menikah tapi masih sama saja."

[✓] Ocean Eyes Arc #1 [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang