13

4.9K 773 267
                                    

Terima kasih untuk respons bagus buat cerita ini ^^ Udah 2k votes dan 10k views :") Semoga bab ini nggak mengecewakan. Enjoy yaa~!

.

Playlist: Sometimes - Goldmund, Somebody Else - The 1975

.

Jeno menghela napas, memandang punggung sempit Haechan. Lelaki itu sudah duduk selama satu jam, agaknya, tanpa mau bicara. Ketika Jeno menemukannya, atau hampir menabraknya, lelaki itu tampak kacau dan dengan segera meminta Jeno untuk membawanya pergi ke mana pun. Jeno tak punya satu pun kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada Haechan, ia hanya menurut, dan satu-satunya tempat yang terpikir di otaknya tatkala mendapati Haechan yang terisak di boncengan sambil meremas bajunya, adalah tebing di atas pantai. Di tempat itu, udaranya berupa angin laut yang dingin, dengan bau pepohonan pinus yang bercampur bau asin dari lautan. Jeno sering datang ke sana, apabila tempat itu sedang tak terpakaisebab ia tahu bahwa ada sosok yang sering datang ke tempat itu dan ia tidak mau sampai bersinggungan dengan merekadan menenangkan diri dalam embusan angin, dengan suara burung camar di kejauhan, serta memandang ombak menerjang karang atau kapal-kapal besar menuju pelabuhan. Tetapi, ia tidak tahu hal ini akan dapat memberi pengaruh yang lebih baik bagi Haechan.

Sejak mereka tiba di sana, Haechan langsung mendekati ujung tebing dan duduk dengan kedua lutut yang terpeluk erat di dada, mengabaikan Jeno yang berdiri di dekat motor, di belakangnya. Haechan seolah kehilangan dirinya. Bagaimana tidak apabila hal yang terjadi membuat ia terkejut tanpa kendali? Haechan jadi merasa cemas dan kebingungan yang masih bersarang tidak dapat membantu. Ia mencoba berpikir dan berusaha mengambil titik temu dari apa yang terjadi antara ia dan sang ibu. Kejadian beberapa waktu lalu membuat Haechan yakin bahwa ibunya mengetahui sesuatu, tentang keanehan yang terjadi pada diri Haechan, sehingga wanita itu sampai menyodorkan darah padanyaㅡdarah dari tangannya sendiri. Apa maksud semua itu, Haechan belum dapat memahami. Namun, ia tetap tak bisa menahan pikiran untuk tetap diam. Segala posibilitas terlintas di kepala, mulai dari konspirasi sang ibu dan Youngho yang mungkin tengah melakukan percobaan ilmiah pada tubuhnya. Mungkin ia dijadikan mutan, atau paling buruk, dijadikan persembahan bagi iblis. Haechan memejamkan mata dengan erat dan menggeleng-gelengkan kepala tatkala pikirannya terus berseliweran.

Tak ada hal yang paling Haechan inginkan selain menemui ayahnya. Ia tak tahu bagaimana, sejak makam pria itu berada di Seoul, dan ia pun tak sempat membawa potret maupun ponselㅡuntuk menatap foto sang ayahㅡsebab kepergian yang tak direncanakan. Ia memang sudah tidak lagi menangis, namun rasa sakit dan tak nyaman masih bersarang di hatinya, hingga pada tahap Jeno pun enggan mendekat. Mungkin, pemuda itu menyadari betapa suram aura Haechan saat ini, dan Haechan berterima kasih atas sikap perhatian itu. Bagaimanapun, ia hanya ingin pergi menjauh dari sang ibu demi mendapat waktu sendiri dan berpikir.

Meski demikian, Haechan masihlah lelaki yang bisa bersikap. Setelah merasa bahwa dirinya jadi lebih baik, ia menolehkan kepala ke balik bahu, mendapati Jeno yang tengah berdiri di belakangnya, tak terlalu jauh namun juga tak terlalu dekat, menjaganya. Pemuda itu memperhatikannya sedari tadi dan Haechan sedikit merasa tak enak telah membuat Jeno sampai terlibat, hanya untuk mengabaikannya selama kurang lebih satu jam.

"Jeno," panggilnya kemudian.

Jeno tersentak menuju kesadaran. Bibir tipisnya tertarik membentuk senyuman, memberi ulasan menenangkan bagi sosok lelaki kecil di depannya, membuat Haechan merasakan kehangatan yang perlahan menyusup memasuki hatinya. "Hai. Sudah lebih baik?" tanyanya sambil mengibas poni yang sedikit menutupi mata akibat angin.

Haechan mengangguk, bergerak bangkit. "Maaf," adalah ucapan yang keluar dari mulutnya ketika mendekat ke arah Jeno. "Apa aku menghambat pekerjaanmu? Duh, aku bodoh sekali. Aku memaksamu membawaku pergi, tanpa tahu apa yang sedang atau akan kaulakukan."

[✓] Ocean Eyes Arc #1 [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang