8

2K 48 16
                                    

Apapun yang ku lakukan kini hanya terasa berat, kenapa rasa ini hadir meski baru mengenal?
...

Azrel Kinza Alvaro itu nama yang di berikan ayah dan ibu padaku, anak kedua dari dua bersaudara itulah fakta tentang diriku, sejujurnya aku tidak terlalu menyukai keluarga ku yang otoriter, meski beruntung ini adalah kutukan bagiku.

Abrisam Bryan Alvaro, seorang kakak yang sangat patuh pada perintah ayah ku, bagi ayah ku dia adalah seorang kepercayaan di kantornya sedangkan aku? Peran pengganti tentunya apa lagi jika bukan itu, yah meski ku akui kerja kakak ku memang bagus.

Malam acara keluarga adalah sesuatu yang paling ku benci karena ini membuat ku canggung terlebih berkumpul dengan ibu dan ayah ku, ku akui mereka memang berperan penting dalam setiap aspek kehidupan ku tapi aku tetap tidak suka keluarga ini.

Dia masih asik dengan suasana berkumpul keluarga yang jarang di lakukan, kakak memang punya kedekatan yang baik dengan orang tuanya di banding diriku, dan aku yang tak nyaman mulai memecah keheningan saat santap menyantap  makanan.

" Maaf semuanya saya pamit kebelakang dulu. " Ucap ku yang langsung pergi begitu saja.

" Dasar anak itu selalu saja begitu. " Gumam sang ayah.

Kini aku sudah sampai di  toilet pria dengan tergesa, hati ku dilanda resah sejak tadi, hatiku rasanya resah memikirkan Aurel aku segera menghubungi rumah berharap masih ada maid disana.

Ringing ringing ringing

Tepat, telfonnya telah di angkat tanpa ada suara maid, dengan tergesa mulutku mulai berbicara selayaknya tuan yang baik.

" Saya ingin tahu keadaan rumah apa semuanya baik? " Tanya ku pelan.

" Semua baik tuan, ada yang tertinggal di rumah? " Tanya sang pelan dengan sopan.

" Tidak, apa Aurel ada di rumah? " Tanya ku kembali.

" Sebentar tuan saya cek terlebih dahulu nyonya Aurel. " Jawab sang pelayan kembali

Sambungan telfon itu masih tersambung tanpa suara cukup lama, aku mulai jengah menunggu kabar seorang pelayan dengan ragu karena ini menyangkut Aurel,  dan kini pelayan itu kembali menjawabnya.

" Tuan Azrel nyonya Aurel kabur. " Ucap pelayan dengan parau.

" Apa?! Bagaimana bisa? " Pekik ku kaget karena fakta Aurel tak ada di mansion.

" Tidak tahu tuan, hanya saja banyak darah berceceran di lantai kamar nyonya Aurel. " Ucap sang pelayan itu kembali.

" ... "

Sambungan telfon pun ku putuskan sepihak  karena mana mungkin seorang pembantu berani memutuskan sambungannya terlebih dahulu.

Diriku gusar karena Aurel yang tiba-tiba menghilang, aku segera mencari informasi Aurel lewat anak buah yang di pimpin oleh tangan kanan ku, dan amarah ini kian  memuncak, tak ada yang bisa ku lampiaskan dengan keadaan masih berada di restoran tapi aku sudah berjanji setelah pulang kakak ku pasti akan mendapatkan yang seharusnya dari tadi ia dapatkan, iya yang perlu Abrisam dapatkan kini karma.

' aku harap kau baik baik saja Aurel '

🌠🌠🌠

CRAZY LOVE [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang