16

1.5K 191 10
                                    

    Jisoo masih terduduk lesuh di sofa rumahnya. Sendiri dalam gelapnya ruangan. Dirinya hanya butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya yang cukup kacau. Bahkan dia tak mempersilahkan orang yang menjadi penolongnya, Oh Sehun, untuk mampir. Yang ada di pikirannya saat ini hanya potongan-potongan memori masa lalunya.

"Bagaimana dia bisa menemukanku?" Batin Jisoo. Mata indahnya meneteskan air mata, giginya menggigit rapat bibir bawahnya seolah menahan amarah yang kian membuncah.

    Jisoo keluar dari dalam rumah atapnya. Langit kini berwarna gelap tak ada bintang yang dapat dilihat. Hanya sinar redup bulan yang terhalang awan. Jisoo melangkahkan kakinya menuju tepi pembatas.

    Menatap ke jalanan dibawahnya yang begitu sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Menatap ke jalanan dibawahnya yang begitu sepi. Mungkin jarak antara tempatnya berdiri dan aspal dibawahnya tidak begitu tinggi namun cukup membuat jantungnya berdegup kencang. Direntangkan kedua tangannya lebar-lebar merasakan hembusan dinginnya angin yang menerpa tubuhnya. Matanya terpejam merasakan heningnya malam.

"KAU BODOH?!" teriak Sehun yang tiba-tiba saja berada di belakang Jisoo dan menarik tubuh ramping gadis cantik tersebut.

   Jisoo terlonjak kaget ketika tubuhnya tertarik kebelakang secara tiba-tiba. Jisoo menatap heran Sehun yang terlihat marah dan khawatir.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Sehun ketika Jisoo masih saja menatap dirinya. Sehun sadar akan ketampanannya yang dapat menghipnotis perempuan manapun tetapi tidak disaat seperti ini.

"Kenapa kau mengagetkanku dan berteriak dengan keras?" Tanya Jisoo dengan lugu. Jisoo masih nyaman bersandar di dada bidang Sehun dan dia tak mempermasalahkan lingkaran tangan kekar Sehun yang melingkar dipinggangnya.

"Aku tak tahu apa masalah hidupmu tapi kau juga jangan bodoh untuk mengakhiri hidupmu!" Cercah Sehun dengan tak sabar. Beruntung pikir Sehun dirinya tak langsung pergi setelah mengantar Jisoo.

"Aku? Mengakhiri hidupku? Maksudmu aku merencanakan bunuh diri?" Jisoo tersenyum mengejek. Dia tak mengira jika pikiran Sehun sedangkal itu.

"Lompat dari sini tak akan membunuhku tuan Oh. Mungkin aku hanya akan mengalami patah tulang dan gagar otak. Satu lagi, kau lihat pembatas tepi ini? Tingginya bahkan hampir sama sepertiku. Kalaupun aku menjatuhkan diri pasti akan kesusahan karena tertahan tembok ini" jelas Jisoo yang kini tak dapat lagi menahan tawanya karena melihat raut wajah malu Sehun.

"Tetap saja ini sangat berbahaya" bantah Sehun dengan dingin. Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Kau terlihat lucu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau terlihat lucu"

    Jisoo merubah posisinya dengan menghadap ke arah Sehun. Kedua tangannya mencubit pipi Sehun dengan  gemas. Jisoo merasa senang karena dapat tertawa dan melupakan semua beban pikirannya walaupun untuk sesaat.

"Kau butuh teman malam ini?" Tanya Sehun.

   Jisoo terdiam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya pelan. Tak ada salahnya menerima tawaran Sehun pikir Jisoo. Dia juga terlalu lelah dan mungkin butuh sandaran. Dan Sehun adalah sandaran ternyaman untuk Jisoo saat ini.

"Seberat apapun masalahmu jangan pernah melakukan hal bodoh yang akan merugikan dirimu sendiri dan orang-orang disekitarmu"

   Jisoo menganggukkan kepalanya saat Sehun memberikan nasihat kepada dirinya. Bahkan orang yang hidupnya sama hancurnya dengan dirinya masih bisa memberikan nasihat yang cukup bijak dan itu semakin membuat Jisoo jatuh semakin dalam kepada Sehun.

"Bagaimana kabarnya Lisa?" Tanya Jisoo. Sudah lama Jisoo tak mendengar kabar dari wanita cantik tersebut.

   Sehun terdiam mendengar pertanyaan Jisoo dan itu membuat gadis yang sedang berada di pelukannya merasa bersalah. Raut kesedihan terukir di wajah tampan Sehun.

"Pengobatannya berjalan dengan baik hanya saja trauma yang dialami Lisa masih belum membaik" ucap Sehun lirih.

    Sehun mendekat ke ceruk leher Jisoo. Mengecupnya pelan hingga membuat Jisoo meremang. Aroma tubuh Jisoo begitu memabukkan dan menjadi aroma favorit Sehun. Bahkan Jisoo tak memerlukan victoria's secret untuk membuat siapapun terpikat oleh aroma  manisnya menurut Sehun.

"Semua butuh proses"

    Jisoo mencoba menenangkan Sehun. Namun ucapannya terasa seperti bualan belaka. Bagaimana dirinya bisa memberika nasihat seperti itu jika dirinya sendiri bahkan tak mampu melupakan trauma masa lalunya yang sampai sekarang masih terngiang.

"Aku merindukan saat-saat berada di mansion milikmu. Saat kita bertiga bertengkar, tertawa, bahkan menggoda satu sama lainnya dan saat aku cemburu terhadap Lisa. Bagaimana Seungri oppa selalu membelaku dan membuatku tertawa kembali. Dia benar-benar sosok oppa yang ideal. Sungguh aku merindukannya" kenang Jisoo yang membuat pelupuk matanya berair. Dia tak bisa menahan air matanya jika mengingat semua kenangan singkatnya di mansion mewah milik Sehun dan Seungri. Bahkan Jisoo benar-benar berharap memiliki kakak laki-laki seperti Seungri. Figur seorang laki-laki yang akan selalu melindungi adiknya bukan malah menyakiti dan menyiksa.

"Mari kita mengunjunginya besok setelah kau pulang sekolah" ajak Sehun. Dia dapat merasakan perasaan yang sedang dialami Jisoo. Karena perasaan itu juga selalu dia rasakan. Rasanya menyesakkan ketika menanggungnya seorang diri.

"Kau akan menjemputku besok?" Tanya Jisoo girang. Dia merasa sangat bahagia ketika mendengar tawaran Sehun. Seolah menemukan seorang ksatria berkuda hitam yang akan selalu memberinya rasa aman.

"Tentu. Sekarang tidurlah ini sudah hampir tengah malam"

   Jisoo memejamkan matanya dengan bibirnya yang menyunggingkan senyum. Tak pernah dia merasakan sebahagia ini dalam beberapa waktu terakhir.

✖✖✖

Slow update
Slow slow slow kek siput yang sedang puasa

Mianhae fellas

Xoxo

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang