"ABANGGG!" teriak adek sekeras mungkin sambil duduk, reflek memegangi dadanya yang naik turun. Mendengar seorang berteriak yang dapat di pastikan itu adalah adek Jimin langsung masuk ke dalam kamar adek, kebetulan dirinya belum tidur untuk menyelesaikan tugas kuliah yang belum selesai
"Hei hei, dek?" ucap Jimin langsung memeluk adek
"Abang, adek mimpi buruk" dan selanjutnya menangis sambil memeluk Jimin
"Shutt dek, itu cuma mimpi heum? Tenang ya"
"Adek mau tidur di peluk abang"
"Sebentar" kata Jimin
"Abang, adek takut abang pergi"
"Pergi kemana emang sampe adek takut?"
"Ya pergi, terus gak bisa balik buat nemenin adek"
"Maksud adek pergi itu meninggal?" mengangguk kecil dalam dekapan hangat Jimin
"Dek dengerin abang, abang sayang banget sama adek sama bunda sama ayah. Abang sayang banget. Abang juga gak mau sampe ninggalin kalian semua. Dan perlu adek tau, gak ada orang yang mau pergi ninggalin semua sumber kebahagiannya. Gak ada yang mau dan gak akan ada yang siap atas itu. Kecuali takdir kematian yang udah di rencanakan Tuhan—" adek semakin memper erat pelukannya kepada Jimin, Jimin mengambil nafas panjang untuk melanjutkan omongannya
"—kecuali takdir kematian yang udah Tuhan rencanain. Sekuat dan dengan apapun cara orang itu menolak jika sudah waktunya maka siapapun tidak akan bisa memghindari. Dan akhirnya mau tidak mau orang itu harus pergi, selamanya. Dek, kamu harus yakin apa yang udah di tentukan Tuhan itu yang terbaik. Mungkin ada takdir yang bisa kita ubah kecuali tentang takdir kematian itu. Mungkin juga dengan cara mengambil nyawa seseorang tersebut itu cara Tuhan menyembuhkan seseorang dari penyakit lamanya atau dari masalah yang gak seharusnya dia sendiri yang cari jalan keluarnya. Em, gimana ya lebih singkatnya? Gini, bisa jadi Tuhan ngambil nyawa seseorang itu karna Tuhan lebih sayang ke orang itu, Tuhan memerdekakan orang itu dengan cara ngambil nyawanya. Di ganti sama surga di alam selanjutnya. Bisa jadi kan?" jelas Jimin panjang lebar
"Tapi kasihan orang yang di tinggal, jadi ngerasa sendiri banget" ucap adek dengan suara parau dan mata yang sudah berkaca kaca
"Itu ujian terberat yang harus di lewati semua orang. Bisa gak bisa, mau gak mau harus bisa dan harus mau. Kasihan juga yang udah meninggal jadi ngerasa sedih banget ngelihat orang yang di tinggal sedihnya berlarut larut, jadi gak tega mau bahagia di surga karena di bumi ada yang masih belum ikhlas nerima orang itu pergi"
"Harus ikhlas ya bang?"
"Harus dong" jawab Jimin sambil menarik tubuh adek kedalam pelukannya, sebelum itu Jimin mengecup sayang puncak kepala adek
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Short StoryBerada di satu kota ajaib. Kota yang tidak begitu besar dengan penduduk yang tidak banyak. Kota yang menyimpan sejuta kebahagiaan. Kota itu seperti sebuah kotak berisi keajaiban di dalamnya. Selamat datang di "Magic Shop"