PART 04

117 27 40
                                        


ketika kamu ingin menjadi nakal sepenuhnya maka berpikirlah, jangan sampai nakal mu merusak masa depanmu.

***

Sore yang cerah, mungkin hujan saat ini enggan untuk keluar. Langit kali ini menampilkan warnanya yang indah sejauh mata memandang.

Beda halnya dengan Vanya sore ini, ia masih kesal atas kejadian siang tadi yang membuat moodnya ancur seketika. Ia kini sedang bergulung selimut tebalnya, ia bosan dikurung oleh Bundanya.

"Huhhh, gimana caranya gue kabur yah?" Gumamnya yang kini tengah duduk selonjoran.

Memikirkan itu hanya membuat pikirannya pusing tujuh keliling. Vanya melangkah kan kakinya menuruni anak tangga. Seharian bergelut dengan dunia semunya, rasanya lapar sekali.

Ya asal kalian tau, Vanya itu mempunyai hoby membaca dari kecil. Tapi ia hanya bisa membaca novel. Well Vanya ahli dalam mengingat alur novel SAJA. Ingat alur novel SAJA. Ia kurang ahli dalam hal mengingat pelajaran. Apalagi mengingat rumus fisika. Sudahlah Vanya angkat tangan.

Langkah kakinya menuntun Vanya sampai ke meja makan. Tangannya terulur menggenggam gelas yang sudah ia isikan air putih sebelumnya. Sesekali ia memasukkan keripik kentang yang berada toples yang sebelumnya ia buka.

"Bi, nanti kalo misalkan Vanya nyariin saya, bilangnya saya lagi arisan."

Kegiatan mengunyah Vanya terhenti dikala ia mendengar suara sang Bunda dari ruang tamu. Ruang tamu dengan ruang makan hanya terhalang oleh dinding jadi Vanya masih bisa mendengar percakapan Bunda dengan pembantunya, walaupun samar-samar.

Ide gila kini sudah mulai bermunculan di otaknya. Ia segera membereskan toples yang kini sudah berserakan akibat ulahnya. Ia berjalan mengendap-ngendap menuju dinding penghalang antara ruangan itu.

"Ouh iya nyonya." Jawab bi sumi.

Rasa penasaran Vanya masih belum terjawab. Kalian ingat perkataan Bunda Vanya 'Bilangnya saya arisan' kini percakapan itu tidak terdengar lagi. Vanya menyembulkan kepalanya di balik dinding. Ia melihat bunda bergegas pergi keluar dari rumah.

"Yess!! " Ia segera memposisikan kembali kepalanya dikala bi sumi mulai berjalan menuju dapur.

"Neng Vanya teh lagi apa? " Tanya bi Sumi ketika melihat sang anak majikannya seolah kegirangan.

"Vanya nggak lagi apa-apa kok bi." Jawabnya sambil memamerkan deretan giginya. Tanpa berpikir lama Vanya pergi melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia memasuki kamar yang bertuliskan "KAMAR TUAN PUTRI!! MAKHLUK ASING DILARANG MASUK".

Sekarang Vanya bergegas mengganti pakaian. Ia memakai kemeja tangan panjang dipadukan dengan jeans, tidak lupa ia memakai snikers kesayangannya.

Vanya bergegas menuruni anak tangga, kaki jenjangnya menuntun Vanya kearah kamar sang Bunda. Ia melirik kanan kirinya mendeteksi keadaan. Setelah dirasa aman Vanya menggerakan kenop pintu kamar sang bunda.

" Kampret, kamarnya dikunci."

Vanya harus berpikir kembali bagaimana ia masuk ke kamar sang bunda. Kalian tau Vanya mengincar kamar ini karena apa?

Karena kamar ini merupakan kamar dimana semua asetnya terjabel. Mulai dari kunci mobil, kartu kredit juga barang-barang berharga lainnya.

Vanya ingat, kamar Bundanya memiliki dua kunci. Kunci pertama dipegang langsung oleh sang Bunda dan kunci kedua kemungkinan dipegang oleh bi Sumi.

Vanya melangkahkan kakinya menuju dapur tempat bi Sumi bekerja. Tapi langkahnya terhenti ketika ide lainnya terlintas di otaknya.

"Jangan, gue nggak boleh ambil kunci cadangan kamar Bunda. Ntar kalo bi Sumi ngadu— " Ucapan Vanya terpotong, ia hanya menggelengkan kepalanya.

A L E S G A R A       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang