Part -18

13 2 1
                                    

Happy Reading 🌻

Jamkos. Kebahagiaan tersendiri bagi manusia berotak menengah ke bawah pasal nya mereka terbebas dari ribuan pelajaran yang tak pernah dimengerti.

Harusnya sekarang pelajaran keempat sedang berlangsung tapi ntahlah, tak ada satu guru pun yang masuk.

Keadaan kelas Vanya yang tadi nya riuh kini semakin memelan, kala puluhan kaki jenjang berlarian ke arah lapang outdoor. Mereka semua saling menatap meminta penjelasan, sampai salah satu siswa kelas nya mencegat salah seorang siswi yang ikut berlari.

"Ada apa?" tanya Noval, ya siswa yang mencegat siswi tersebut adalah Noval.

"Katanya Pelita Merah nantang Cempaka!" jawab siswi itu, setelah nya ia kembali berlari menyusul teman nya yang sudah jauh.

Semua murid sudah tahu, futsal pasti nya.

Semua bersorak.

Ada tontonan gratis, katanya.

"Ikut yuk Vaa!" ajak Cikha kala ia melihat teman sekelas mereka, satu persatu mulai berlari.

"Males!" seadanya.

"Aaaa seru pasti nya! Ikut yukk! Ayok!" ajak nya lagi.

"Males!" jawaban yang sama.

"Lo harus ikut pokoknya!" Paksaan itu sudah beberapa kali Cikha ajukan, tapi ia masih saja mendapatkan penolakan.

"Males, gue nggak suka sama bola!" tolak Vanya yang ntah keberapa kalinya.

Malas, sungguh. Ia tidak begitu menyukai dunia sepak bola. Ia kadang heran dengan 'mereka' yang suka dengan dunia bola, menunggu satu bola masuk ke gawang lawan, menurut nya membuang waktu saja, kenapa tidak langsung masuk coba?

"Nggak mau tau gue! LO HARUS IKUT!" tukas Cikha dengan menggenggam lengan Vanya ah—lebih tepat nya menyeret lengan Vanya.

"Eh lo!" ketus Vanya sambil sesekali ia berusaha melepaskan tangan yang menyeret nya. Tapi ntah kekuatan apa yang sedang Cikha keluarkan sampai dirinya tak bisa memberontak.

Tapi seenggaknya gue terbebas dari les!

Dengan muka yang ia pasang se datar mungkin, kini Vanya duduk di ujung lapangan dengan Cikha di dekat nya.

"OMG! Asli, cakep banget yang pake baju item! Liat tu Vaa!" tunjuk Cikha sambil terus memekik.

"... "

"Aelah gue ngomong di tanggepin dong!" ketus Cikha kala tak ada sahutan dari teman nya itu.

"Yang mana bege! Mereka pake baju item semua!" aneh, Vanya harus melihat cowok dengan baju hitam yang mana coba kalau semua cowok di sebrang sana memakai baju yang sama.

Minus akhlak memang!

"Ouh iya yah! Saking terlalu fokus sama yang itu, ampe nggak keliatan kalau semua nya pake baju item!" ujarnya sambil tertawa lepas.

Humor nya terlalu receh.

Vanya menggeram, pekikan Cikha terus masuk ke gendang telinga nya kala para pemain satu persatu turun dan berkumpul dilapangan, apa tidak bisa santai, dirinya saja bisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A L E S G A R A       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang