Duabelas

9.2K 983 215
                                    

"ehemmbbb !!"

Aku berdeham, membersihkan tenggorokanku yang mendadak menjadi Kelu mendengar ungkapan Ibram, astaga !! Brondong satu ini kenapa seserius ini sih.

Tapi raut wajah serius Ibram berubah menjadi seringai jahil melihatku yang salah tingkah seperti ini, tangan besar itu kembali terulur, mengusap rambutku hingga berantakan.

"Nggak usah di fikirin !! Jangan anggap kata kataku tadi sebagai beban .."

Tuhkan !!

" ... Tapi aku benar benar serius !!"

Looohhhh !!!

Buru buru aku bangun, berbicara dengan Ibram tidak hanya menguras moodku, tapi juga cadangan air di dalam tubuhku.

"Aku mau beliin Luna minum .." ucapku sambil beranjak pergi, tapi belum sempat aku melangkah, tangan besar itu kembali mencekal tanganku, seakan menyalurkan aliran listrik yang membuatku terpaku di tempat .

Ibram turut berdiri, tubuh tinggi itu sedikit menunduk dan berbisik tepat di telingaku," kamu nggak lagi salah tingkah ngehindarin akukan ??"

Pipiku memerah, kenapa dia tahu apa yang ada di otakku, terlalu memalukan jika sampai dia tahu kalo aku kebaperan dengan ulah playboynya itu.

Aku menatapnya, mengangkat daguku tinggi agar dia tahu jika tebakannya itu keliru. Kukeluarkan senyum paling manis yang ku miliki, senyum merayu para klientku yang rewel dan mau ini itu.

Kusentuh kerah jaket bombernya dan balas menatap bola mata abu abu gelap milik laki laki di depanku ini, kini bukan aku yang salah tingkah, tapi Ibram yang terlihat gugup karena aku berani membalas godaannya.

"Kamu harus belajar banyak buat ngeyakinin single parents kayak aku Boy ... Jurus playboymu nggak mempan buatku .."

Kutepuk bahu berotot itu pelan sebelum meninggalkannya yang masih mematung kehilangan kata di tempat.

Salah siapa dia menggodaku, hey boy !!! Jam terbang kita sudah berbeda.

"Ibram ..." Aku memanggilnya saat hampir mencapai eskalator, laki laki tampan yang sedang tidak menggunakan pakaian dinasnya itu menoleh saat mendengarku memanggilnya. "Jagain Luna ..."

Kulihat wajah Ibram yang melongo, mungkin dia mengira aku akan mengatakan hal lain, bukannya memerintahkannya untuk menjaga Putri kecilku, tawaku pecah melihat reaksi laki laki itu, membuat Ibram berganti yang mengacungkan jari tengahnya padaku saking kesalnya.

"UNTUNG SAYANG !!!"

Dasar bocah tidak tahu malu, tapi senyum yang sejak tadi menghiasi bibirku sama sekali tidak luntur, justru aku merasa senang melihat wajah Ibram yang kesal karena kupermainkan.

Ternyata menggoda brondong ganteng junior Badai di Kepolisian ini menyenangkan, pantas saja Luna begitu mudah menempel pada Ibram. Ternyata bukan hanya Luna, ternyata aku juga terhibur berada di dekatnya.

💓💓💓💓💓


Dua cup Boba drink kesukaanku dan Luna kini sudah ada di tangan, membayangkan wajah senang Luna saat menerima minuman yang hanya ku ijinkan minum untuk sesekali ini membuatku tersenyum.

Hari ini, mungkin ini kali terbanyak aku tersenyum setelah kehilangan Badai, bahkan kini aku merasa bibirku pegal setelah sekian waktu tidak pernah tersenyum selepas ini.

Tapi senyuman yang tersungging di bibirku harus pudar saat aku menemukan pemandangan di depanku. Di depan Tempat bermain, Luna tidak hanya dengan Ibram, tapi gadis kecilku itu tengah tertawa riang bersama seorang perempuan seusia Ibram.

Bukan Cinta Sendiri Tersedia Ebook Dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang