Empat

10K 1K 109
                                    

Menikah ??
Siapa yang nggak mau ??
Tapi dengan siapa jika jodohku masih disimpan Tuhan.

💓💓💓💓💓

Dhita POV

Kuperhatikan interaksi antara Luna dan Badai, tawa Luna selalu muncul saat bersama Badai, terbiasa dengan Badai sejak dia mengenal Dunia membuat Putri kecilku itu menganggap Badai adalah figur Ayah untuknya.

Kenyataan yang membuatku miris, Luna bahkan sama sekali tidak mengenal Ayah Kandungnya, dan akupun tidak ingin jika Luna mengenalnya, bagiku dan Luna, Mahesa sudah mati, seperti Mahesa yang menganggap Putri kecil yang ada di kandunganku tewas karena ulah perempuan yang dicintainya itu.

Biarkan saja Mahesa menganggap anak yang ada di kandunganku itu tewas, aku ingin Mahesa seumur hidup dihantui rasa bersalah yang tidak berujung. Bahkan aku tidak Sudi menyematkan nama Permana di belakang nama Luna, dia putriku, dan dia hanya seorang Aria.

Katakan aku jahat, tapi Mahesa memang pantas untuk mendapatkan hal itu.

Tawa Luna kembali terdengar, menyeretku kembali ke kenyataan, menyadarkanku dari lamunanku akan Mahesa, bahkan setelah bertahun-tahun Mahesa masih menghantui fikiranku tanpa kusadari.

Keceriaan terlihat diwajah cantik Luna, bayangan pucat di wajahnya semalam kini sama sekali tidak terlihat, hatiku menghangat saat  melihat mereka berdua, Badai dan Luna terlihat seperti Ayah dan anak yang sesungguhnya, dan banyak yang salah mengira akan keakraban mereka.

Suara pintu ruang rawat yang terbuka memiliki Luna dan Badai menghentikan keseruan mereka, dan Luna dibuat menjerit bahagia saat melihat boneka Paul Frank yang dibawa tamuku kali ini.

"Ibram !!"

"Ipda Yudha !!"

Aku dan Badai menyapa bersamaan, sekilas aku melihat raut wajah tidak suka terpancar jelas di wajah Badai saat melihat Juniornya itu datang.

Dan seperti biasa sapaan antara Senior dan Junior, saling hormat dan dibalas dengan malas malasan oleh Badai.

"Mama, Mau itu .." nyaris saja Luna melompat turun untuk mengambil Boneka itu jika tidak di tahan oleh Badai.

"Papa ambilin .. bawa sini bonekanya .." ucapnya ketus pada Ibram.

"Makasih Om ganteng, Om ganteng banget sih kayak Papa Badai .. Om tangkap penjahat juga ??" Tanya Luna dengan mata berbinar melihat Ibram, ya bagaimana lagi, orang buta pun akan tahu kalo laki laki muda ini memang luar biasa tampan.

Apalagi anakku.

Aku tersenyum geli melihat reaksi Badai yang berlebihan itu, membuat Ibram langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah.

"Duduk sini .." kataku sambil bergeser, memberi ruang pada tamuku itu untuk duduk. Dan kembali tatapan mematikan diberikan Badai untuk juniornya itu.

"Nggak usah melotot Dai, ntar kalo matanya copot nggak ada yang jual gantinya .." tegurku padanya yang langsung membuat Badai melengos, " makasih lho udah nengokin Luna .." ucapku pada Ibram, laki laki yang tampak menawan dalam kaos polo biru Dongker itu hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Terimakasih ku.

Mata abu abu gelap itu membuatku terpaku saat kami beradu pandang, membuatku tidak mengalihkan perhatian untuk beberapa saat hingga akhirnya dering ponsel Badai berbunyi.

Raut wajah Badai berubah usai mendapatkan telepon itu, jika wajahnya sudah masam seperti itu, sudah bisa ditebak jika itu bukan hal yang baik.

"Aku dipanggil Komandan!!" Ucapnya padaku, "kamu nggak apa apa kutinggal ??" Tanyanya khawatir, aaahhh kenapa dia bertanya seolah olah aku ini bocah Lima tahun yang akan ditinggal mamanya pergi ke pasar.

Bukan Cinta Sendiri Tersedia Ebook Dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang