Sembilan

9.1K 1.1K 93
                                    

Kembali lagi ??
Apa untuk mentertawakan ku !!
Yang seakan tidak pernah bahagia setelah pernah mengambil BAHAGIAmu ??

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Kakak tunggu di mobil Ta, ambil waktu sebanyak mungkin buat kamu !!" Samar samar aku mendengar suara Kak Evan berpamitan, memberiku waktu untuk sendiri bersama mengenang Badai.

Dinginnya gerimis sama sekali tidak membuat ku ingin beranjak, bahkan setelah Papanya Badai, dan juga Kakak perempuannya memintaku agar turut pergi bersama mereka, aku tetap bergeming.

Bukan hanya aku yang kehilangan kata, Kak Sena bahkan sama linglungnya denganku, kehilangan secepat ini membuat kami seakan tidak percaya jika Badai telah meninggalkan kami.

Aku Masih ingin disini, memandangi pusara Badai yang masih merah bertabur segarnya bunga mawar, kembali, air mataku menetes melihat tempat peristirahatan terakhir Badai yang baru saja selesai diiringi dengan acara penghormatan.

Kini, benar benar tidak ada lagi Badai yang akan menawarkan bahunya untukku, tidak ada lagi Badai yang akan bercanda tawa dengan Luna.

Tidak ada lagi, hanya pusara ini yang tersisa. Secepat ini dia meninggalkanku, Badai dengan tega Membalasku dengan begitu kejam karena tidak kunjung membalas jawaban atas cinta yang ditawarkannya.

"Dia laki laki baik ..."

Tangisku berhenti saat mendengar suara yang menjadi mimpi burukku selama ini terdengar di belakangku. Katakan aku mimpi, bisa saja aku terlalu berhalusinasi saking kehilangannya diriku akan Badai hingga aku kembali mendengar suara yang menjadi momok akan hidupku.

"... Aku banyak berhutang Budi sama Dia, Badai Hermansyah .."

Aku berbalik, dan rasa duka yang kurasakan memperburuk segalanya, rasa benci dan kecewa yang kupendam selama bertahun tahun kini memuncak keluar, melihat sosok berseragam yang tengah berdiri di hadapanku.

Tidak ada yang berubah dari sosok yang kubenci ini, Lima tahun di pembuangan tidak membuatnya berubah sama sekali, bahkan tanda di bahu seragamnya masih sama seperti saat terakhir dia meninggalkanku, dan dia dengan tidak tahu dirinya dia datang ke pemakaman Badai.

Seulas senyum muncul di wajahnya melihatku yang hanya terdiam. Senyum yang dulu membuat ku jatuh cinta hanya sekali pandang. Tapi kini, hanya kebencian yang kurasakan, bahkan rasanya aku ingin sekali memukul wajah orang yang pernah menyakitiku begitu rupa.

"Walaupun dia tidak pernah mengatakan yang sebenarnya, setidaknya dia menjagamu dengan baik !"

Aku berdecih sinis, sama sekali tidak berminat menjawab ataupun memahami setiap kalimat yang meluncur dari bibir Mantan suamiku ini.

Mahesa mendekat, membuatku langsung mundur beberapa langkah, bernafas satu udara dengannya saja sudah membuatku sesak.

Sinar mata itu meredup, terlihat kecewa dengan penolakan yang kulakukan atas dirinya. Aku sudah cukup baik tidak langsung memukulnya kali ini.

"Kenapa kamu nggak pernah tanya apa yang udah terjadi Ta ??"

"......."

"Kenapa kamu nggak pernah mau dengar penjelasanku ??"

"........"

"Kenapa kamu pergi tanpa pernah sekalipun mendengar kenyataan yang sebenarnya ..."

Aku tertawa gamang, mendengar setiap kalimat bernada kepiluan yang terdengar jelas di suara laki laki yang pernah mendapatkan seluruh cintaku ini.

Bukan Cinta Sendiri Tersedia Ebook Dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang