Empat Belas

9.2K 977 49
                                    

Jika aku mengatakan bahwa sekarang aku jatuh cinta, maka mungkin semesta akan mentertawakanku.
Seorang Ibram Bratayudha yang selalu menganggap perempuan hanya sebagai trofi penghargaan kini dibuat jungkir balik hanya untuk bisa mendapatkan perhatian dari perempuan yang dikejarnya.

Mungkin ini doa bagi mereka yang pernah merasakan sakit hati karenaku

Entahlah

💓💓💓💓💓

"Gila !! Cakep banget tuh," suara teguran Kanitku membuat ku terlonjak, bagaimana tidak, mataku yang fokus memperhatikan Potret candid Luna dan Dhita yang kuambil tempo hari. "Pacarmu Bram ?"

Ternyata bukan hanya aku yang mengakui betapa cantiknya perempuan yang tengah terlelap dengan putri cantiknya di pangkuannya. Foto yang kuambil sesaat sebelum aku turun usai mengantarkan ibu dan anak ini setelah bermain menjadi foto favoritku.

"Cantik ya Pak ??" Kataku sembari memamerkan foto yang menjadi wallpaper ponselku itu kepada Pak Rizal.

Dan kembali, kudengar decakan kagum terdengar dari beliau," Beneran Pacar apa cuma gebetan ??"

Aku mengusap tengkukku yang tidak gatal, ditanya seperti ini seperti di interogasi, aku seperti seorang tersangka sekarang ini.

"Niatnya mau langsung dilamar kalo mau .." jawabku yakin.

Kembali Ndan Rizal memperhatikan potret Dhita dan Luna dengan seksama setelah mendengar jawabanku yang bahkan diluar dugaanku sendiri.

"Cantik banget .. nggak heran kalo mau langsung kamu ajak Nikah Bram,  penyayang banget lagi, ini sama adiknya apa sama siapa ??" Tanya beliau sembari menunjuk potret Luna.

Aku terkekeh, lucu sekali mendengar Pak Rizal mengira jika Luna adalah adiknya Dhita, memang sih, tidak akan ada yang mengira jika mereka ini Ibu dan Anak, sama seperti saat pertama pertemuan ku dengan sipemilik Iris coklat emas itu.

"Itu anaknya Pak ..."

Dan seperti yang kuduga, atasanku ini membulatkan matanya karena terkejut, sama persis dengan reaksiku dahulu.

"Jadi ini .." tunjuknya pada ponselku Yang baru saja beliau kembalikan padaku, terlihat sekali jika beliau tidak yakin dengan apa yang difikirkannya.

"Janda satu anak Pak .."

Tapi yang kudengar justru helaan nafas lega," ya nggak apa apa Janda Bram, daripada kamu gangguin Bini orang .." tambah beliau dengan tawa gelinya, sungguh sikap supel yang dimiliki atasanku ini awalnya membuatku segan, tapi kini, walaupun usia beliau tidak lagi muda, beliau layaknya seorang sahabat bagi para junior dan bawahannya.

"Ya nggak dong Ndan !! Saya masih cukup waras .."

"Dia berarti udah pernah gagal dalam rumah tangga, jangan kamu mainin Bram, kasihan !! Mundur aja kamu daripada bikin anak orang sakit hati .."

Dahiku berkerut mendengar kalimat Komandanku ini," laaaaaahhhhhhh saya nggak ada niatan buat mainin dia Ndan, jangankan mainin dia, orang bikin dia lihat ke saya saja susahnya minta ampun .."

Komandanku ini tidak tahu, bagaimana usaha kerasku mendekati Dhita yang bahkan tidak dilihatnya barang sebelah mata, jika tahu bagaimana cueknya Dhita padaku, tidak mungkin Ndan Rizal akan menyarankanku untuk tidak bermain-main, aku benar-benar dirundung karma, jika dulu perempuan yang berlomba-lomba mendekatiku, maka kini aku yang dibuat jungkir balik hanya agar dilihat Dhita.

Kurasakan pukulan ringan di bahuku, membuat fikiranku yang sedang terbang ke Dhita langsung buyar karena serangan Ndan Rizal ini, bahkan kini Ndan Rizal tertawa kecil melihat ku yang gelagapan dari lamunanku" ... Jadi Ibram Bratayudha yang jadi omongan semasa Akpol gara gara sering bikin Taruni sama Perempuan nangis patah hati kini benar benar jatuh hati .."

Astaga, kini mendengar aibku diucapkan oleh Komandan ku ini membuatku meringis malu, menyadari betapa memalukannya tingkahku dulu sampai menjadi perbincangan semua orang yang mengenal namaku .

Prestasi yang tidak patut di banggakan.

"Harus banget Ndan itu disebut sebut .."

Kini tawa Ndan Rizal yang awalnya hanya kekehan kecil berubah menggelegar memenuhi pelataran mushola, mengundang tatapan tanya rekanku yang lain apa yang membuat komandan tertinggi kami ini tertawa begitu lepas saat bersamaku. Asem tenan kok !!

Dan yang bisa kulakukan hanya menutup wajahku, menahan diriku sendiri dari rasa malu sembari menunggu tawa Komandanku ini mereda.

Akhirnya, setelah banyak tatapan tanya yang terlempar dari rekanku, tawa Ndan Rizal akhirnya surut juga, tapi sisa sisa kegelian beliau masih tergambar jelas, bahkan hanya untuk kembali berbicara padaku.

"Kamu mau saran dariku Bram ?? Buat naklukin hatinya Perempuan yang udah nolak pesona playboymu ??"

Astaga !! Harus banget Kata kata Playboynya tersemat dikalimat beliau ?? Tidak bisakah hanya saran dan menghilangkan kata kata yang memalukan ini ??

Melihat wajahku yang masam karena terus menerus di ejek membuat Ndan Rizal tidak tega, sebisa mungkin beliau menghilangkan kekehan gelinya yang tidak kunjung reda itu.

"Kalo mau deketin single parent itu ya deketin anaknya !! Kamu sayang nggak sama anaknya ?? Jangan cuma mau sama emaknya, anaknya nggak mau ! Awas saja kamu punya mental kayak gitu, tak usulin ke atasan buat buang kamu ke pedalaman sana!"

Walaaaahhh, suara tegas dan sorot mata tajam Ndan Rizal membuatku mengerut ngeri, tenggorokanku terasa terganjal duri kedondong hanya untuk menjawab Beliau, jika seperti ini, Ndan Rizal seperti perpaduan antara Komandan dan juga, mungkin, Bapaknya Dhita. Aku jadi membayangkan bagaimana ngerinya bertemu Ayahnya Dhita.

"Heiii jawab kamu, Bram !! Ini malah bengong lagi"

"Astaghfirullah Ndan !!" Aku langsung mengusap dadaku, suara keras beliau benar benar membuat nyaris jantungan. "Ya sayang dong sama anaknya, kalo nggak mana mungkin saya yang notabene nggak punya saudara perempuan mau jadi Bucinnya anak TK .. Nih ya Ndan, bukannya mau riya' apa bagaimana, mungkin kalo di hitung, frekuensi saya ketemu Luna, ini bocah cantik, itu jauh lebih banyak ketimbang ketemu Emaknya .."

Kini bukan pukulan di bahuku, tapi sebuah tepukan bangga yang diberikan Ndan Rizal mendengar apa yang ku katakan, tidak tahu bagaimana, tapi kalaupun aku tidak menaruh hati pada Dhita, aku memang sudah terlanjur di buat sayang oleh gadis kecil bermata hitam pekat itu, bersama Luna, aku seperti menjadi pelindung untuk gadis kecil itu, dan jika hal ini menjadi poin lebih Dimata Luna, itu hanya sebagai bonus.

Karena aku memang tulus menyayangi bocah cantik itu.

"Baguslah !! Saya bangga dengarnya .. jangan patah semangat !! Jangan lelah berusaha, batu karang saja bisa hancur karena terkikis air, apalagi dengan hati perempuan, kalo perlu lamar langsung anak perempuannya .."

Haaaahhhhh," looh kok yang dilamar si Luna ??" Tanyaku tidak mengerti.

"Haaaahhhhh Luna ??" Ulang Ndan Rizal.

"Namanya Luna Ndan !!" Tunjukku pada foto Luna di layar ponselku, yang disambut anggukan Ndan Rizal," dan Mamanya ini namanya Dhita .."

"Aaahhh iya Luna !! Kalo si Luna ini Nerima lamaran kamu buat jadi Ayahnya, Mamanya bisa apa ?? Buat para perempuan, kebahagiaan anaknya itu diatas segalanya, bahkan cinta itu nomor sekian, cinta datang dari rasa sayang, rasa terbiasa .."

Aku terdiam, terpaku mendengar setiap kalimat Ndan Rizal yang tidak ingin kulewatkan sedikitpun.

"Dan lagi Bram, menikahi janda itu banyak berkahnya, saya bangga, kamu tidak memandang status dalam sebuah cinta .."

Bukan Cinta Sendiri Tersedia Ebook Dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang