Sembilan belas

8.9K 1K 177
                                    

"Aku nggak tahu harus bagaimana ... Jika cinta, seegois itukah Badai?? Lalu apa yang sudah terjadi pada kita ?? " Akhirnya kata itu yang meluncur dari bibirku, semua hal yang terdengar di telingaku terasa sangat tidak masuk akal.

"Aku benar benar sampai buta, mana yang bisa kupercaya, menilai mana yang benar dan mana yang keliru ..."

Mulai dari apa yang di sembunyikan Mahesa, apa yang telah dilakukan Badai, dan semua hal yang dilakukan keluargaku dan keluarganya untuk benar benar menjauhkanku darinya, itu terdengar sangat tidak masuk akal dan terlalu menyakitkan untuk di terima otakku yang terlalu lurus dalam berfikir.

"Aku nggak minta kamu buat percaya sama aku..." Suara Mahesa terdengar bersamaan dengan deru mobil yang mulai terdengar kembali, melaju dengan kecepatan pelan kembali menuju rumah Bratayudha, mata hitam itu melirikku," ... Karena jika melihat semua kesalahanku, itu memang sulit buat kamu terima untuk percaya, tapi itu memang apa yang seharusnya kukatakan lima tahun lalu, dan aku minta maaf untuk itu Ta ... Maaf karena terlalu lemah hanya untuk nyampein kebenaran ini ..."

Suaranya semakin lirih, membuat perasaanku semakin tidak karuan, mungkin awalnya aku memang meledak ledak emosiku jika berhadapan dengannya, tapi nyatanya apa yang dikatakan Mahesa benar benar menggoyahkan akalku.

Membuatku dipaksa untuk berfikir diluar posisiku.

Jika semua hal sudah terjadi seperti ini padanya, apa aku akan tega bersikap begitu egois, karena jika dilihat dari sudut pandang orang ketiga yang berpikiran positif, maka harus kuakui jika Mahesalah yang paling banyak terluka.

Dipaksa menikahi perempuan yang sama sekali tidak dikenalinya.

Dipaksa meninggalkan kekasih yang telah menemaninya merintis karir dari nol.

Dipaksa untuk mencintai perempuan asing yang tiba tiba menjadi istrinya.

Hingga akhirnya, dia menyadari jika Pernikahan lebih penting dari pada janjinya pada kekasihnya, hingga saat semua telah berakhir dengan benar sesuai porsinya, masa lalu yang harusnya ditinggalkan mulai menagih janji untuk di selesaikan.

Dan aku, hanya bisa bersikap egois dengan memintanya agar mencintai dan menerimaku dalam pernikahan yang awalnya hanya aku yang jatuh hati seorang diri. Aku yang awalnya jatuh hati pada laki laki yang mencoba setia pada kekasihnya.

Dan disaat aku melihat satu kebohongan yang dilakukannya, berkaitan dengan masalalu, aku benar benar buta, terus menerus berlari tanpa mau, dan takut untuk mengahadapi.

Kini aku mulai berfikir, merangkai setiap kejadian yang telah terjadi dengan otak dingin dan tanpa emosi, mencoba menempatkan diriku sebagai penonton konflik pelik yang terjadi dalam hidupku sendiri ini dan aku menyadari, kesalahan dari Mahesa bukan dia mengkhianatiku, bukan dia meninggalkanku, bukan dia kembali pada masalalunya, bukan dia kembali memilih Kekasihnya, bukan dia yang membiarkanku kesakitan tanpa pertolongan.

Tapi ketidakjujurannya.

Tapi kebohongannya yang dianggapnya sebagai jalan keluar terbaik dalam pernikahan kami.
Membuat kebohongan tersebut menciptakan kesalahpahaman yang berakhir dengan fatal.

Aku menatap Mahesa yang masih memandang lurus kearah jalanan di depan kami.

"Daripada kamu lihatin aku dan makin benci sama aku, kamu bisa ceritain tentang Luna ... " Helaan nafas berat terdengar dari Mahesa saat mengutarakannya," pantas saja aku seperti melihat diriku sendiri waktu gendong dia tadi ... Ternyata dia memang anakku ..." Mahesa melihatku, " ... Bukan anakku lebih tepatnya, tapi dia memang hanya anakmu ... Terlalu nggak pantas kalo aku di sebut seorang Ayah ..."

Hatiku teriris mendengar suara datar itu, sungguh aku tidak menyangka jika mendengar suara itu aku akan ikut terluka, bukan, aku bukan terluka karena aku luluh pada Mahesa, tapi aku sangat terluka melihat betapa dia sangat sakit mengetahui kenyataan yang selama ini memang sengaja kusembunyikan.

Sebuah usapan kurasakan di tanganku, dan mata hitam pekat menatapku dengan senyuman yang dulu membuatku jatuh hati.

"Kamu tahu, aku nyaris mati waktu Papa dan Evan bilang kalo Anak kita nggak selamat gara gara ulah Alisha, rasanya lebih buruk dari kematian di saat kita nggak bisa nyelamatin orang yang kita sayang, aku nggak pernah tahu bagaimana dia tumbuh, dan aku hanya bisa dengar kabar kematiannya ... Rasanya berkali kali lipat lebih buruk daripada ucap talaq di depan Papamu ..."

Lidahku benar benar Kelu, entah Mahesa hanya mengiba atau bagaimana, tapi semua rasa yang ada di hatiku untuknya membuatku ikut merasakan kepiluan yang terdengar nyata di kalimatnya. Tapi semua itu lenyap saat aku mendengar nama perempuan pembawa bencana di kehidupan rumah tangga ku.

"Lalu .. Pacar setanmu itu ??" Mahesa menaikkan alisnya, khas sekali seorang Mahesa Permana jika kebingungan," kemana dia, kenapa kamu nggak balik sama dia ?"

Tawa Mahesa yang sarat dengan kegelian terdengar keras memenuhi mobil, bahkan dia harus berulangkali menutup mulutnya saat melihatku yang sebal sendiri.

"Menurutmu aku bakal nikahin dia setelah apa yang sudah terjadi, aku cuma mastiin dia sembuh dari trauma psikisnya dan nerima jika aku sama dia nggak bisa bersama lagi ... Dua tahun lalu dia sudah menikah dengan Dokter yang menangani traumanya, traumanya semakin parah saat dia kuberi tahu kalo bayi kita nggak selamat ..."

Aku mencibir, entah karena kebencian ku pada mantan kekasih Mahesa ini yang terlalu dalam atau bagaimana, tapi mendengar semua itu sama sekali tidak membuat ku bersimpati.

Justru aku berharap dia mendapatkan balasan yang lebih buruk atas semua kesakitan yang membuatku harus melahirkan Luna secara prematur.

"... Dan kamu tahu Ta, nggak tahu disebut karma atau bukan, tapi kini terakhir kalinya aku dengar dari Ndan Deni ..." Omnya Alisha," ... Kalo Alisha kesulitan buat punya anak, yaaah mungkin memang karma atas apa yang di lakukannya ke kamu ... Aku sama Alisha benar benar dapat karma yang setimpal ..."

Aku ternganga, bahkan aku harus menutup mulutku rapat rapat mendengar hal mengejutkan ini, karma seseorang benar benar nyata dan tidak salah sasaran, kalimatku yang tidak sengaja mengatakan jika dia, yang telah membuatku menderita harus merasakan apa yang lebih sakit benar benar dibayar tunai oleh Tuhan.

Katakan aku jahat, tapi aku juga manusia biasa yang merasakan luka atas apa yang dilakukannya, memaafkannya hal mustahil untuk ku.

"Dhita ..." Aku menoleh saat mendengar namaku disebut, dan entahlah, aku merindukan namaku yang dipanggil oleh Mahesa.

"Aku bisa minta satu hal ke kamu Ta ?"

Aku mengangguk pelan, suaraku mendadak hilang untuk saat sekarang ini.

"Bisa kamu kenalin aku ke Luna, nggak perlu langsung sebagai Papanya, tapi seenggaknya, aku mau kenal lebih jauh dengan anakku ..."

TBC

Yang bosen baca part Mahesa Dhita Cung dong !!
Yang ngerasa masih kesel sama Mahesa cung juga dong !!
Sabar sabar
Masalah diselesaikan satu persatu, nggak bisa ujug ujug Booom Duuuaaar
Entah bagaimana kedepannya kehidupan mereka seenggaknya masalah yang mengganjal harus diselesaikan.
Dinikmati dulu ya

Bukan Cinta Sendiri Tersedia Ebook Dan NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang