2. Home

935 72 1
                                    

Sekarang aku sampai dirumah. Dan menyaksikan ibuku dengan seseorang, lagi. Hanya saja, ia seperti seumuran dengan ibuku.

Dan pria itu yang tahu adalah seorang CEO salah satu perusahaan ternama. Namanya Kim Nam Joon. Namjoon adjussi baik memang, hanya saja aku tidak terlalu dekat dengan beliau.

Sama halnya dengan Jimin, dulu aku juga tidak terlalu dekat dengannya. Namun entah bagaimana ceritanya, aku bisa menyukainya. Bahkan sekarang aku mulai mencintainya.

"Kau sudah pulang, Hee-ya?" Itu ibuku. Diusianya yang menginjak 42 tahun. Belaiu masih sangat cantik dan terlihat awet muda. Bahkan banyak mengira, ibuku adalah kakakku.

Ku anggukkan kepala dan pergi ke kamar. Tempat ternyaman menurutku adalah rumah. Rumah ku istana ku. Pepatah itu benar adanya.

Pikiran ku kembali kepada disaat dimana Seulgi menyatakan perasaannya padaku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin menjauhinya. Dia satu-satunya temanku. Ya, sejak pindah ke Seoul hanya Seulgilah sahabatku. Aku tidak memiliki banyak teman dulu, karena rumor ibuku yang memacari Jimin saat itu.

Menyebalkan memang. Bahkan sampai sekarang, banyak yang memandang ibuku rendahan

Ingin sekali aku mengumpat di hadapan mereka yang menjelekkan ibuku.

Dapat kudengar dari kamarku, Paman Kim pergi dari dalam rumah.

Aku bergegas keluar kamar dan melihat ibuku yang mematung di depan pintu.

"Bu." Panggilku. Namun tidak ada sahutan. Ku langkahkan kaki dan juga mematung disana kala pria yang baru saja kutemui tadi kini sudah berada di depan pintu apartemen kami.

"Jimin?" Lirihku. Dia, pria itu tidak menatap ibuku. Melainkan menatap lurus kearah ku sekarang.

"Apa benar ini rumah, Han So Hee?" Ujarnya formal. Ibuku terhuyung, aku lantas menahannya agar tidak terjatuh.

Aku mengantar ibuku sejenak kekamar, dan kembali menemui Jimin. Aku kembali membuka pintu dan dia masih disana. Berdiri membelakangi.

Ya Tuhan, aku benar-benar merindukannya.

Aku berdehem dan ia membalikkan tubuhnya. Menatapku dan tersenyum tipis.

"Maaf jika aku mengganggu malam malam, aku hanya ingin mengembalikan ini." Ponselku.

Aku menerimanya.

"Terimakasih." Ujarku canggung. Aku benar-benar canggung dengannya.

Tidak ada obrolan setelahnya. Kurasa ia tahu jika aku canggung. Akhirnya ia menyodorkan tangan kearahku.

"Aku Park Jimin." Katanya. Aku membalas jabat tangannya dan tersenyum. "Han So Hee." Jawabku.

Dia tidak pernah berubah, masih tampan seperti terakhir kali aku melihatnya ia bertengkar dengan ibuku dulu.

Disinilah kami, di rooftop gedung apartemen ku. Duduk di sebuah balok besar dan menatap kota Seoul yang penuh dengan cahaya lampu.

"Maaf jika aku lancang tadi." Ujarku menatapnya. Dia tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Tidak apa-apa, jika boleh jujur. Pertama kali melihatmu aku seperti pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tapi aku tidak ingat." Jawabnya menoleh menatapku.

Ku basahi tenggorokanku sebelum kembali berujar. "Kau pernah mengalami kecelakaan sebelumnya?" Tanyaku sedikit lirih.

Dan benar saja dugaan ku. Ia menganggukkan kepala dan tersenyum pahit.

"Aku mengalami kecelakaan tiga tahun lalu, itu yang di katakan kedua orang tuaku. Dan mengalami koma kurang lebih hampir 3 bulan." Aku terkejut.

Setelah mengantar Jimin ke basemant aku kembali ke apartemen. Dan kulihat ibuku yang kini tengah duduk di kursi dapur saat aku hendak mengambil airminum.

Between Us || Park Jimin[On GOING] [Slow UPDATE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang