Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
from now on, i'll live without regrets. ㅡ
past, 21:45.
Seungyoun berjalan dengan langkah gontai. Lelaki itu masih dalam kondisi mabuk, bahkan setelah berlalu satu jam sejak tegukan terakhirnya.
Teman baiknya sudah terlebih dahulu pergi. Toh, memang ia yang meminta gadis itu untuk tak perlu mengantarnya pulang.
Tapi alih alih kembali ke rumah, kondisi Seungyoun yang semacam itu mengarahkannya pada rencana lain. Sebuah rencana yang mungkin tak tebersit di akal sehatnya.
Maka, disinilah lelaki itu berada sekarang. Di tepi jalanan perkotaan yang ramai oleh kendaraan.
"Darimana aku bisa dapat uang sebanyak itu?"
Seungyoun mengacak kasar rambutnya. Hutang ayahnya terlalu besar untuk ditanggungnya seorang diri.
Nyaris mustahil ia dapat melunasinya.
"Mati akan jauh lebih baik," bisik lelaki itu pada dirinya sendiri, lirih.
Seungyoun yang hilang akal oleh pengaruh alkohol, mulai maju satu langkah menuju jalan raya. Air mata mulai membasahi wajahnya, lagi.
"Aku.. tak akan menyesalinya, kan?"
Seungyoun maju selangkah lagi. Kemudian, ia melihat ke arah laju kendaraan. Cahaya lampu sen tampak berkilat cepat dalam lensa matanya.
Dengan suara setengah lirih dan terseret, Seungyoun berucap. "Jika aku menyesalinya.. waktu akan berulang. Biarkan waktu berulang.."
Ia maju beberapa langkah lagi. Tak bahkan terjeda, laju kendaraan melahap tubuh lelaki itu.
Dalam hempas, tangis dan sakit tak terperi, ia berbisik sangat lirih.
"Kenapa aku.. melakukan ini.."
present, 09:00.
Seungyoun: aku ke rumahmu ya Seungyoun: bersiap siaplah
Seungyoun melangkahkan kakinya dengan tenang menuju rumah teman baiknya setelah mengirim pesan singkat. Pagi ini terasa bak hari baru bagi lelaki itu.
Terlebih lagi, ia akhirnya mendapatkan titik terang setelah kekacauan semalam.
Keputusannya untuk menjual rumah mungkin memang terkesan terburu-buru. Tapi, Seungyoun tahu bahwa tak ada pilihan lain selain itu. Toh mengumpulkan uang banyak dalam batas waktu singkat nyaris mustahil dilakukan.
"Aku menjual rumahku. Tapi mengapa aku merasa mood-ku sedang baik hari ini?" gumam Seungyoun pelan, seiring ia berjalan.
Lelaki itu berhenti tepat ketika ia tiba di depan pintu gerbang. Tak segera menekan bel pintu, Seungyoun mengambil ponselnya dari saku celana.
Belum juga ada pesan balasan dari gadis itu.Ia pasti masih tertidur, batin Seungyoun.
Kemudian, lelaki itu tersenyum. Sembari menekan bel pintu perlahan, ia berbisik.
"Kau telah bekerja keras, tuan putri. Maafkan aku.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
end.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhirnya aku bisa selesaikan cerita ini!
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Boleh aku tahu pendapat kamu soal cerita ini? (mohon tulis disini yaaa)
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Mungkin masih ada beberapa yang bingung, tapi.. aku memang menyerahkan semuanya pada imajinasi kalian.
(kok bisa tiba tiba berganti waktu ke dua hari lalu? jawabannya ada secara tersirat di epilog, kalau tidak bisa menemukanya.. imajinasikan saja menurut kamu sendiri hoho)
Sebenarnya ending ini tidak terbatas pada itu, jadi kalian bisa terjemahin sendiri makna dan alur tersirat yang aku selipin dalam cerita ini.
Coba deh baca ulang ketika udah tahu endingnya. Mungkin kamu akan menemukan sesuatu?
Intinya aku mau bilang: Hiduplah dengan tanpa penyesalan. Karena bisa aja, penyesalanmu berimbas menjadi penyesalan juga bagi orang lain yang mencintaimu.
Akhir kata, terima kasih banyak sudah baca!
Komentar dan vote sangat berarti buat aku, jadi mohon kasih komentar akhir untuk cerita ini juga ya huhu 💛
Sampai jumpa di cerita lainnya! Kalau aku niat dan ada waktu tentu aja hehe