14. I (Will be) FINE

29 3 4
                                    

"Hyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hyung. Aku tidak menyangka Sejin hyung benar-benar mengizinkan kita pergi." Hoseok terkekeh membayangkan wajah Sejin yang dengan berat hati mengizinkan mereka pergi meski petuahnya sepanjang rel kereta api. 

Setelah kakinya menapak ke tangga teratas menuju lorong dimana one room Emilia berada, Seokjin berbalik menatap para dongsaeng di belakangnya, "Memangnya apa yang bisa kalian lakukan kalau kita tidak diijinkan?" 

"Kabur lah. Memang apa lagi?"

Mendengar sahutan Jimin, mereka semua tertawa dan berjalan kembali menuju one room Emilia. 

"Hyung!" Jungkook menarik sisi belakang padding putih Jin. Mereka kembali berhenti. "Apa kalian mendengar seseorang meminta tolong?" Mata besar Jungkook semakin membulat. Detik selanjutnya, sebuah insting membuat kakinya berlari lebih cepat menuju pintu paling ujung di lorong lantai dua ini. 

"Apa yang terjadi?" Hoseok tertular panik melihat maknaenya menggila mencoba membuka pintu berkunci digital itu. 

"Suara itu. Suara minta tolong itu suara Emi Noona. Aku yakin!" Jungkook tetap mencoba mendobrak pintu kokoh itu. "Ah! Sial pintu ini!!!"

Jimin menggeser posisi Jungkook dari pintu, ia menempelkan telinga demi mendengar suara dari dalam. 

"Jangan aku mohon! Bunuh saja aku. Biarkan aku mati!"

Setelah mendengarnya Jimin tambah panik, "HYAA!!! NOONA! APA YANG TERJADI! BUKA PINTUNYA!! 

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" Hoseok menggigiti kukunya. 

Di sebelahnya Jin mengumpat di depan papan sandi. "Sial! Bagaimana aku bisa tahu passwordnya!" 

"Tanggal debut kita, Hyung!" Jimin berteriak dari sampingnya. 

Jin mengangguk dan mengetiknya dengan cepat. "AISH! Salah. Bukan itu." Lalu menengok Hoseok yang sibuk dengan ponselnya. "Yang lainnya?"

"Apa lagi? Ulang tahunnya. Ulang tahun kita." Jimin kembali memberi usul yang melintas di kepalanya. 

"Jungkook! Jungkook biasnya. Ulang tahun Jungkook!!!" Hoseok langsung berteriak di belakang tubuh Jin. 

Jari patah Jin kembali berlarian memencet sandi hingga terdengar bunyi klik di pintu. "Daebak!" teriak Jin bangga dengan kemampuan mereka. 

Tanpa menunggu, Jungkook melemparkan kakinya untuk mendobrak pintu di depannya. Betapa jantungnya seakan melorot hingga sepatu putih berlogo puma melompat, saat dilihatnya seseorang pria sedang menindih tubuh Emilia yang nyaris telanjang. Tepat saat lelaki itu akan melepas celananya, Jungkook berlari dan nyaris terbang dengan mendaratkan kakinya pada tubuh lelaki itu hingga tubuhnya tergelimpang ke lantai. "BRENGSEK!"

Emilia bergerak mundur hingga sudut dinding, memeluk dirinya sendiri dengan tubuh yang gemetar hebat. Hoseok berjalan perlahan untuk mendekatinya, seraya melepaskan coat hitam dan syalnya. "E-Emi-ssi..."

"Pergi... hiks. hiks. Jangan... jangan..." Emilia melantur dalam ketakutannya yang tidak juga berkurang. 

Melihat keadaan Emilia yang benar benar nyaris telanjang dengan tubuh bagian atasnya yang jelas terekspos. Hoseok tanpa pikir panjang lagi langsung menuju Emilia, menyelimuti tubuh mungil itu sebisanya dengan coat dan syalnya.

Alih-alih tenang, gadis itu justru semakin histeris. "Jangan!! Pergi!! Pergi! Hiks. Hiks...."

Hoseok memeluknya, ia tak akan mampu membayangkan bila gadis ini adalah kakaknya. Hatinya benar-benar seperti disengat sekawanan lebah. Meski gadis dalam pelukannya berontak, ia tetap merangkum tubuh itu hingga tenggelam di dadanya. 

"Tenanglah, Emilia. Tenang. Kamu aman. Kami ada di sini menolongmu. Tenanglah..." Hoseok mengulangnya seperti mantra hingga tubuh dalam pelukannya luruh, dan pingsan... "Hya! Emi-ah. Hya! Bangunlah!! Hyung! Jin hyung!!"

Jin yang peka pendengarannya melihat ke arah Hoseok yang panik menepuk pipi Emilia. Tapi ia harus lebih dulu melerai dua dongsaengnya yang menggila. "HYA!!! CUKUP. JIMIN-AH. JUNGKOOK. GEUMANHAE!! KALIAN BISA MEMBUNUHNYA!!" Ia menarik tubuh Jimin dan Jungkook juga setelahnya. Kedua dongsaengnya benar-benar nyaris membunuh Dong Min, lelaki itu bahkan babak belur dengan wajah penuh luka hingga kehilangan kesadaran. Bagaimana tidak, nyaris semua orang tahu bahwa Jimin adalah pemegang sabuk hitam dalam Taekwondo dan ia pun memiliki keahlian dalam beladiri Korea. Sementara Jungkook pun jelas seorang maknae yang hanya dengan melihat pun ia mampu menguasainya. 

***

Seorang dokter dan Sejin keluar dari kamar tamu dorm Bangtan, kamar yang biasa ditempati oleh manajer atau staf yang jika menginap di sana.

Semua member kompak berdiri. "Hyung..." Namjoon buka suara. 

"Bagaimana dengannya?" Yoongi tak dapat membendung rasa penasarannya. 

"Secara fisik, nona Emilia baik. Kalian datang di saat yang tepat." Dokter itu melipat stetoskop yang melingkar di lehernya dan memasukkan di saku jas putihnya. "Tapi..." ketika mengatakannya, semua member kompak menatap dokter dengan waspada, "Kejadian ini pasti meninggalkan luka untuk mentalnya."

"Ia gadis yang kuat, kita harus meyakininya." Sejin menghibur member dengan keyakinannya, pun menghibur dirinya. "Mari, Dok. Saya antar sampai depan."

Semua member sibuk dengan pikirannya ketika beberapa menit kemudian Sejin duduk kembali di antara mereka, "Aku sudah mengurus semuanya. Agensi tidak tahu banyak tentang ini. Hanya aku dan Bang PD Nim. Aku harap kita dapat menjaga rahasia ini dengan baik. Dan untuk orang itu..." Sejin menggantungkan kalimatnya. 

"Ia tidak termaafkan dan harus dihukum!" Membayangkan lelaki itu membuat darah Jimin mendidih kembali. 

"Dia ternyata sepupu dari Emilia." Setelah mengatakannya, Sejin menangkap berbagai eks[resi terkejut member. "Ia bahkan pernah mencoba melakukannya, maksudku, mencoba melecehkan Emilia sebelumnya," Lalu ia menangkap ekspresi ngeri dan tak percaya. 

"Bagaimana bisa?" Jungkook menegakkan tubuhnya, lalu ia menatap Jimin, "Hyung! Harusnya kita benar-benar membunuhnya."

"Apakah jika mereka adalah keluarga, lalu hukuman tidak berlaku padanya?"

Sejin menggeleng pada pertanyaan Namjoon, "Seharusnya tidak. Ia akan mendapatkan hukuman yang pantas."

***

"HYAA!!! HYUUUUNG!!!" Suara Jungkook mengudara di seluruh penjuru dorm bahkan hingga celah tersempitnya. 

Hoseok tergopoh mendatanginya, sembari membawa serta kemeja yang belum sempat digantungnya. Ia menemukan Jungkook yang kemudian berlari menuju Yoongi yang sedang menyeruput hot Americano di ruang makan. "Ada apa ini?"

"Hyung. Aku tidak menemukan Emi Noona di kamar. Apa dia__"

"Dia sudah pergi." Yoongi menjawabnya dengan tanpa mengabaikan kopinya. 

Mata Jungkook membulat kaget, "Bagaimana mungkin? Kenapa kamu membiarkannya, Hyung? Dia bahkan pergi sendiri?"

"Jin hyung memesan taksi untuknya." 

Jungkook tidak lagi mengerti tentang bagaimana ia harus bereaksi pada respon super biasa dari hyung keduanya. 

Seokjin datang dari arah dapur, di tangannya ada dua tumpuk sandwich buatannya. Ia duduk tepat di samping Yoongi, "Aku tak habis pikir. Dia benar-benar gadis yang luar biasa kuat. Aku memaksanya tinggal karena aku pikir dia tidak baik-baik saja. Tapi dia benar-benar memaksa pergi dan meyakinkan kami kalau dia akan baik-baik saja." 

.

.

.

.

(To Be Continued)

EUPHORIARMY [Yoongi|Emilia|Jungkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang