Bab VI: Sudut Pandang Kayra

159 14 3
                                    



Lingkungan sekolah memang akan sepi ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi. Para murid yang sudah tidak sabar berada di rumah mereka pun bergegas cepat untuk pulang. Meskipun begitu, tetap saja ada setidaknya beberapa murid yang masih berada di sekolah untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti Kayra misalnya. Perempuan itu sudah cukup lama berada di sekolah sejak bel yang berkumandang pada pukul tiga. Di minggu ini, terhitung sudah tiga kali ia mulai bergegas pulang ke rumah setelah jam sudah menunjuk angka lima.

Dengan tas yang setia berada di punggungnya, perempuan bernama Kayra itu berjalan menyusuri koridor dengan senyum yang mengembang. Perasaan hatinya sangat baik karena ia melewati berbagai jenis ujian susulan dengan lancar. Sepasang kaki itu menuntun Kayra untuk menuju tujuan utamanya sekarang, sebuah bangunan besar yang akhir-akhir ini menjadi objek pengamatannya sehabis pulang sekolah.

Tidak butuh waktu lama bagi Kayra untuk sampai di depan pintu bangunan tersebut. Alih-alih membuka pintu, Kayra hanya menaruh daun telinganya pada pintu. Kemudian, ia berjalan menjauh dan duduk di sebuah bangku panjang yang terletak agak jauh dari sana. Ia sempat melihat jam pada tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 17.15.

"Udah jam segini kok masih dipake lapangannya," ujar Kayra berbicara pada dirinya sendiri. "Tunggu bentar lagi deh."

Sembari menunggu, Kayra mengeluarkan ponsel dan langsung sibuk memainkan sebuah game favoritnya. Saking asiknya bermain game membuat Kayra melupakan waktu yang sudah berlalu dengan cepat, bahkan jarum jam sudah hampir mendekati angka enam. Lantas, Kayra membelalakkan matanya dan segera berjalan mendekati pintu tadi. Ia kembali menaruh daun telinganya di sana, tetapi ia tidak mendengar suara seperti pertama kali ia mengeceknya. Kayra pun kembali berdiri tegap dan beralih pada ponselnya untuk menelepon seseorang.

Setelah nada sambung dari panggilan itu terhenti, Kayra berucap tanpa jeda, "Ini udah jam enam. Kamu masih pake lapangan?"

"Hah? Maksudnya?" sahut seseorang dari ujung sana.

"Kok belum keluar-keluar juga? Udah sore banget nih."

"Apaan, sih, Kay?"

"Lapangan. Buruan pulang, entar kesorean!"

"Hari ini gue gak ke lapangan."

Kayra terdiam, "Terus, ini di dalem ada siapa?"

"Gak tau. Jeffrey doang kali. Kalo iya, suruh dia pulang aja."

"Hah? Gila kali. Gak bisalah!"

"Udah, ya. Gue sibuk."

"Fathan! Kan—" tepat setelah itu, panggilan terputus begitu saja. "Fathan!"

Kayra memandangi ponselnya dengan kesal, "Gak ada pedulinya dikit ya?"

Selepas menetralkan rasa kesal yang ia rasakan, Kayra menyimpan kembali ponselnya dan bergerak untuk membuka pintu di hadapannya. Ia membuka pintu itu dengan perlahan dan memasuki ruangan.

Kayra sempat mengedarkan pandangannya sebelum menemukan seseorang yang sedang duduk membelakanginya di tengah lapangan. Kayra mengembuskan napas pelan dan segera menghampiri orang tersebut.

Barisan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang