Bab VII: Rentetan Kejadian Baru

147 11 5
                                    



Hari Senin kembali lagi dengan kekhasannya. Namun, mungkin salah satu hal yang menjadi ciri khas hari ini tidak dapat dilaksanakan karena langit sudah menangis di waktu pagi. Hujan turun membuat banyak murid agak terlambat datang ke sekolah, tidak terkecuali dengan Jeffrey yang notabenenya adalah seorang murid yang selalu sampai di sekolah sebelum pukul enam.

Dikarenakan hujan pun, Keysa terpaksa harus mengantarkan sang adik ke sekolahnya sebelum berangkat ke kampus. Beruntung, saat ini, mereka telah sampai dan Keysa sudah sangat siap untuk mengusir Jeffrey dari mobilnya.

"Udah, sana," ucap Keysa singkat tanpa menoleh sedikit pun.

"Kak, punya payung gak?" tanya Jeffrey sambil melihat-lihat seluruh isi mobil milik kakaknya, mengabaikan titah sang kakak barusan.

"Gak ada."

"Terus gimana?"

"Lari aja."

"Ujannya deres itu, yang ada langsung basah semua kalo lari mah."

"Bawel banget, sih," ujar Keysa kesal, tetapi tetap bergerak untuk mencari payung dalam tasnya.

Jeffrey hanya tersenyum polos sembari memperhatikan gerbang sekolah di depan sana. Kemudian, tidak butuh waktu lama sampai fokus Jeffrey jatuh pada seorang perempuan yang baru saja keluar dari taksi dengan payung yang melindunginya. Pemandangan itu seketika memberikan Jeffrey sebuah ide.

"Kak, gak jadi. Aku numpang orang aja," ucap Jeffrey cepat dan segera keluar dari mobil.

Bertepatan dengan itu, Keysa sudah mengeluarkan payungnya dan hendak memberikan itu pada Jeffrey, tetapi bocah itu sudah tidak ada di sampingnya. Seketika, Keysa ingin murka karena mendapati angin kosong di kursi penumpang setelah berusaha mengambil sebuah payung dari tasnya yang penuh dengan barang-barang. Ia pun mendapati Jeffrey yang sedang berlari dan menatapnya penuh kesal. Namun, tatapan itu dapat segera melunak ketika melihat adiknya yang menghampiri seorang perempuan.

"Cih. Udah pinter ngerayu, ya." Keysa hanya terkekeh pelan lalu bersiap untuk kembali melajukan mobilnya.








Jeffrey berlari dengan cepat menuju naungan payung yang dibawa oleh seorang perempuan dan segera berucap, "Numpang, ya. Aku gak bawa payung."

Perempuan yang tentunya terkejut ketika Jeffrey datang tanpa diundang itu pun hendak berprotes. Namun, ia kalah cepat dengan Jeffrey yang sudah mengambil alih genggaman payung yang ia bawa. Jeffrey menegakkan badannya setelah sempat membungkuk untuk menyesuaikan tinggi payung yang Kayra bawa. Tampaknya, Jeffrey sudah kembali lagi menjadi seorang pengganggu yang banyak bicara.

Perempuan itu, Kayra, tidak bisa membantah apa pun selain berpasrah diri. Lagipula hanya berjalan sampai gedung sekolah. Akan tetapi, rupanya tidak sekadar itu. Jeffrey, tanpa meminta izin terlebih dahulu, justru merangkul pundak milik Kayra dengan tangan kanannya yang kosong dan sukses membuat mata Kayra membulat. "Biar gak kena hujan," begitu ucap Jeffrey sebelum Kayra sempat berkata-kata.

Beruntung waktu berjalan dengan cepat dan mereka sudah sampai pada naungan si gedung sekolah. Dengan segera, Kayra mendorong tubuh Jeffrey sampai laki-laki itu menjauh. Ia segera berjalan pergi dari sana dan meninggalkan Jeffrey sendirian tanpa berucap satu kata pun.

Barisan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang