Bab XII: Makna yang Sebenarnya

127 5 0
                                    



Siang ini, tepat setelah bel istirahat berbunyi, lelaki berkacamata itu alih-alih melangkahkan kakinya menuju kantin, ia justru menuju sebuah bangunan yang berada di koridor yang berlawanan dari sana, perpustakaan. Meskipun Fathan sudah membujuknya habis-habisan untuk pergi ke kantin agar mengisi perut atau sekadar menemaninya saja, lelaki tersebut tetap teguh pada pendiriannya.

Kurang lebih sama seperti hari-hari biasa, koridor menuju perpustakaan dapat terbilang sepi dan sunyi, tidak banyak murid yang berlalu-lalang di sana. Lelaki itu, Jeffrey, kini adalah salah satu dari sekian sedikitnya murid di sana. Jeffrey melangkah dengan cepat untuk memasuki perpustakaan. Hari ini, Jeffrey sendiri tidak begitu yakin untuk apa ia pergi ke sana. Akan tetapi, ia merasa ingin pergi dan hatinya mungkin bisa lebih tenang apabila mengunjungi tempat tersebut. Ketika Jeffrey membuka pintu perpustakaan, aroma buku dapat samar-samar Jeffrey hirup. Ia berjalan memasuki ruangan tersebut dan sempat melemparkan senyum sebagai sapaan singkat kepada ibu penjaga yang selalu siap dan setia berada di mejanya.

Jeffrey melanjutkan perjalanannya untuk menyusuri rak-rak di sana. Walaupun dirinya memang merasa bahwa setidaknya ia dapat menenangkan pikirannya dengan berada di perpustakaan, nyatanya ia belum merasa demikian. Jeffrey meluangkan waktunya lebih lama pada beberapa buku di salah satu rak yang ia hadapi, berusaha mencari kenyamanan yang sedang ingin ia temukan. Jeffrey pun mengambil sebuah buku yang menarik perhatiannya dan membawa buku itu menuju salah satu meja yang berada cukup dekat dengan sudut belakang ruangan lalu mulai membaca buku dengan tenang.

Kegiatan membaca Jeffrey dimulai dalam sekejap mata, hanya dentingan jarum jam yang menemaninya saat ini. Tidak ada yang spesial. Kegiatan Jeffrey terus berlangsung cukup lama sampai suara pintu perpustakaan yang terbuka seketika menarik atensinya. Jeffrey mendongak, merasakan sesuatu yang seharusnya ada dan terasa familiar. Namun, yang ia dapati hanyalah seseorang yang tak ia kenal yang muncul dari balik pintu sana.

Jeffrey ingat, harusnya ada seseorang yang lain, yang pernah melewati pintu itu, yang juga mengambil fokusnya, bahkan dalam waktu yang lebih lama. Jeffrey ingat perempuan itu. Kala Jeffrey bertanya-tanya kepada dirinya sendiri tentang apa makna dari semua keputusan yang dia ambil selama ada di sekolah ini, itu semua karena Kayra, gadis yang ia temui di balik pintu tadi. Gadis itu anehnya selalu terasa familiar. Jeffrey kembali menyadari bagaimana rasa penasaran, senang, kesal, bahkan frustrasi yang kadang ia rasakan ketika pikirannya berurusan dengan Kayra. Ia seharusnya bisa menyadari satu hal penting sebelum larut dalam perasaan yang tidak jelas kemarin, sebelum Ayah Hanan yang harus mengatakannya pada Jeffrey.

Tanggung jawab, hal yang Ayah Hanan katakan kepada Jeffrey di malam hari yang telah berlalu itu. Bukannya terus-menerus merasa terpuruk, melainkan Jeffrey seharusnya bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah ia ambil dan semua itu berawal dari Kayra. Jeffrey kembali memaknai tujuannya selama ini. Ia ingin mengenal gadis itu, siapa dia sebenarnya, sampai-sampai Jeffrey selalu merasa ada yang mengganjal ketika berhadapan dengan si dia. Tujuan yang baru saja ia maknai itu pun menyadarkan Jeffrey bahwa detik di mana ia memutuskan untuk datang ke sini dengan harapan mencari rasa nyaman yang ia inginkan membuat Jeffrey tahu dari mana seharusnya kenyamanan yang ia cari sedari tadi berasal.

---


Latihan basket baru saja usai. Banyak anggota yang sudah memilih untuk pulang, ada yang masih beristirahat sejenak di lapangan, dan ada pula yang sibuk dengan berbagai peralatan basket yang telah selesai dipakai. Jeffrey dan Fathan menjadi bagian dari mereka yang berada di tipe kedua, mereka masih sibuk menghilangkan penat sehabis latihan dengan duduk di salah satu tribun di lapangan basket indoor sekolah. Jeffrey sesekali menyeka keringat yang mengucur deras di pelipisnya dengan handuk sebelum menyampirkannya pada pundak, sementara Fathan masih sibuk dengan game online-nya.

Barisan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang