Bab V: Kamis yang Mengejutkan

173 19 2
                                    



Sebuah motor besar melaju di tengah lingkungan perumahan pada hari yang sudah mulai kehilangan cahaya senja. Motor yang mengangkut sepasang manusia berlainan jenis itu berhenti di depan salah satu rumah di sana, rumah tingkat dua yang bernuansa putih dengan gerbang berwarna hitam sebagai pelindungnya.

Perempuan yang duduk di belakang, Kayra, turun dari motor dengan gesit, tampak sudah terbiasa menaiki motor milik seniornya itu, Daniel. Setelah kakinya sudah menapak tanah, ia melepaskan helm dan memberikannya pada Daniel.

"Makasih ya, Kak. Maaf banget ngerepotin. Kamis nanti aku traktir abis latihan, gimana?" tanya Kayra sembari merapikan rambut panjangnya yang berantakan karena memakai helm tadi.

"Boleh. Kakak denger di deket sekolah ada resto steak yang baru buka," jawab Daniel seraya mematikan mesin motor lalu melepas helm di kepalanya dan turun dari sana.

Kayra menatap seniornya itu dengan sinis sebagai candaan, "Kakak emang gak pernah buang kesempatan buat ditraktir, ya."

Daniel merespons dengan menyentuh pipi Kayra sekejap menggunakan telunjuknya, "Jadi gak nih traktirannya?"

Kayra tertawa kecil, "Iya, jadi, jadi."

"Ngomong-ngomong, tadi, itu yang namanya Jeffrey?"

Kayra hanya mengangguk dan memberikan dehaman sebagai jawaban dari pertanyaan Daniel.

"Anak baru, 'kan? Kamu udah kenal dia?" tanya Daniel, lagi-lagi seputar Jeffrey.

Kayra sempat diam beberapa saat, matanya seperti menunjukkan emosi yang sulit untuk Daniel artikan saat menatapnya. Namun, emosi itu segera hilang dan Kayra tampak menutupinya dengan sebuah senyuman kecil, "Gak kenal. Aku cuma bantu dia pulang aja."

Daniel hanya mengangguk paham. Sebenarnya, laki-laki itu ingin bertanya lebih banyak, tetapi ia sadar saat ini bukan waktu yang tepat karena hari sudah mulai gelap dan Kayra tampak tidak ingin membicarakan apa pun lagi, "Ya udah, kamu masuk sana, Kakak juga udah harus pulang sekarang."

Kayra mengangkat sebelah tangannya, memberikan sebuah tinju sebagai salam kepada Daniel dan langsung dibalas dengan semangat oleh laki-laki itu, "Maaf banget, ya. Kakak pulangnya jadi lama."

"Gapapa, kali. Kayak sama siapa aja. Masuk cepetan," ujar Daniel yang sudah menarik tangannya kembali.

Kayra pun mengubah genggaman tangannya menjadi sebuah tanda perpisahan, "Hati-hati ya, Kak. Aku masuk sekarang."

Daniel membalas lambaian tangan Kayra dan membiarkan perempuan itu berbalik, memasuki gerbang rumahnya. Setelah memastikan Kayra benar-benar pulang dengan aman, Daniel berencana memakai helmnya kembali. Namun, dering ponsel dari saku celana membuat Daniel harus lebih dahulu menjawab panggilan itu.

"Woi, lu di mana? Ke toilet lama bener. Kabur lu, ya? Kalo kabur, tasnya dibawa juga dong, ah," oceh seseorang dari ujung sana, terdengar cukup kesal.

"Sorry, gua ada urusan mendadak tadi. Tas gua, lu bawa pulang dulu boleh, ya? Gue jauh dari tempat les ini."

Embusan napas terdengar melalui sambungan telepon itu, "Iya, dah."

"Lu emang temen gue."

"Serah. Besok-besok, jangan nyusahin lagi lu."

"Iya, santai. Gue anter ke sekolah deh besok."

"Amit, mending berangkat sendiri. Dah, ya. Gue mau pulang."

"Thanks, Daff," ucap Daniel di akhir obrolan dengan temannya itu.

Setelah menaruh kembali ponselnya, Daniel memakai helm lalu menaiki dan menyalakan motor, melaju pergi dari sana.

Barisan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang