Bab XVIII: Basket dan Pemandu Sorak

36 1 0
                                    



11 Mei 2017

Lapangan sebuah sekolah menengah pertama di pusat Jakarta itu tampak dipenuhi oleh para siswa yang sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler mereka, dua di antaranya adalah para anggota basket dan pemandu sorak pada bagian lapangan berbeda yang saling bersebelahan. Di sana, ada sosok Jeffrey tanpa kacamatanya, berlarian di tengah lapangan sambil mendribel bola oranye dengan satu tangan.

"Jeff! Sini!" Seruan itu terdengar dari sisi kanan Jeffrey. Jauh di sana, ada Fathan yang mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, seakan berharap Jeffrey dapat melihat dirinya.

Jeffrey sempat berhenti berlari sambil masih mendribel bola di tangannya sebelum benar-benar mengoper bola tersebut kepada Fathan dengan cepat. Begitu bola oranye itu sudah berpindah tangan, Fathan segera menembak bola tersebut dari titik di mana ia dapat memperoleh tiga poin. Namun, bukannya berhasil menambah poin, bola yang Fathan tembak barusan justru mengenai ring dan jatuh ke tanah.

"Ya! Latihan sampai sini dulu!" Seruan itu terdengar dari pelatih mereka tepat setelah kegagalan Fathan mencetak poin.

Fathan sendiri berdiri dengan kikuk di tempatnya sambil perlahan melirik ke kiri, sudah dapat menduga bahwa akan ada seseorang yang mendatanginya, Jeffrey. Lantas, ia pun langsung berlutut di atas lantai lapangan dengan kedua tangan yang disatukan, tampak sedang bersimpuh. Cengiran canggungnya itu pun turut ditampilkan.

"Ampun, Kapten, saya mohon maaf," ujarnya dengan nada memelas, seakan memohon kepada seorang bos tertinggi.

Jeffrey yang sudah berdiri di hadapan sahabatnya yang "bersimpuh" itu hanya bisa mengembuskan napas. "Udahlah, nanti latihan lagi aja," ujarnya, lalu pergi dari sana menuju tempat istirahat di pinggir lapangan.

Beruntung tidak mendapat ocehan maut seperti biasa, Fathan tersenyum senang sambil berdiri dari posisi bersimpuhnya, lalu berjalan menuju arah yang sama dengan Jeffrey.

Keduanya kurang lebih melakukan hal yang serupa, mengistirahatkan diri dan mengisi cairan tubuh sebelum nantinya berkumpul kembali untuk mengikuti sesi evaluasi bersama dengan pelatih.

"Than," panggil Jeffrey sambil menghadap kepada sahabatnya yang sedang berdiri tepat di sampingnya. "Lihat mata gue."

Fathan yang diminta demikian bergidik tanpa sempat menoleh, ia masih fokus mencari botol minum dari tasnya. "Aduh, Jeff, kan tadi gue udah minta maaf. Lain kali deh latihan lagi."

"Bukan itu," sergah Jeffrey. "Mata gue ini, kelilipan. Tolong lihatin dong, ada apaan."

"Oh, bilang dong," sahut Fathan yang kini sudah bersedia untuk menatap Jeffrey, agak mendekatkan diri dan menyipitkan matanya, memperhatikan mata kiri milik sahabatnya itu. "Gak ada apa-apa."

Jeffrey pun melepaskan tangannya pada bagian mata kirinya. Ia sesekali mengedipkan mata untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang ia rasakan pada matanya itu. "Kok aneh ya, perih banget."

"Lagian lo ngapain sih nyoba pake softlens segala, pake kacamata kan bisa," celetuk Fathan yang kini sudah duduk pada bangku di pinggir lapangan itu.

"Minus gue nambah. Ribet harus pakai kacamata khusus buat latihan, apalagi tanding, jadi pakai softlens aja," jawab Jeffrey yang kemudian turut duduk di samping Fathan. Matanya sesekali menggosok pelan bagian ujung mata kirinya. Hampir saja ia ingin menggosok matanya dengan kencang kalau saja tidak ada tangan kecil yang menahannya dengan lembut. Jeffrey belum sempat menoleh kepada si pelaku, tetapi yang pasti pelakunya bukan Fathan.

"Udah aku bilang, jangan sembarangan dikucek pakai tangan kayak gitu," ujar si pendatang yang tangannya masih menahan tangan Jeffrey.

Jeffrey mulai mendongak dengan sebelah matanya yang ia pejamkan. Di hadapannya sekarang, ada Kayra dengan seragam pemandu soraknya dan rambut yang seperti biasa dikuncir tinggi dengan beberapa helai poni yang jatuh menjuntai dengan manis. Jeffrey kali ini tersenyum lebar, lebih tepat disebut sebuah cengiran sebenarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Barisan BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang