#25 MENGADA-ADA

155 11 0
                                    

Alina membesarkan sepasang matanya "Apa! Lo ngomong apa tadi?" Alvaro terkejut mengetahui Alika mendengar ucapannya.

"Gue congkel juga tuh mata" Balas Alvaro "Buruan makan! Sebelum gue berubah pikiran buat bayarin lo" Alvaro mengalihkan pertanyaan Alika melalui ancamannya.

Dahi Alika mengerut. Tak suka dengan penuturan Alvaro sebelumnya "Enak aja lo! Lo sendiri tadi yang nawarin ke gue"

Alvaro terkekeh "Buruan makanya!" Keduanya sama-sama beralih kemakanan masing-masing untuk menghindari perdebatan yang akan lebih panjang lagi.

Alvaro tersenyum melihat tingkah Alika yang benar-benar memacu laju kunyahnya, guna mendapatkan makan gratis dari Alvaro. Dia terlihat serius dengan makanannya hingga Alvaro sedang memperhatikannya sambil senyum-senyum tak ia sadari.
"Rakus" Ujar Alvaro tersenyum.

Alika yang mendengar ucapan Alvaro hanya mendelik tak suka. Hal itu sukses membuat Alvaro kembali terkekeh.

***

Alina sedang memakan makan siangnya di sore hari. Setelah beberapa menit yang lalu ia menghabiskan tenaganya untuk berbicara, memberontak, menolak, dan menangis. Membuatnya sadar akan kondisinya yang masih lemah dan harus mematuhi perintah dari dokter Gavin. Seperti, harus makan tepat waktu.

Ditemani oleh Gavin. Alina menghabiskan makanannya dengan tenang. Bergerak dengan pelan menyusuri piring berisi makanan tersebut. Gavin menunggu dengan sabar, sesekali ia mengecek ponselnya.

"Sudah selesai makannya?" Gavin kemudian bertanya melihat Alina yang telah menghabiskan makanan itu meski masih tertinggal beberapa sendok lagi.

Alina mengangguk.

Gavin mengambil nampan tersebut lalu meletakkannya kembali kenakas yang berada disamping ranjang Alina.
"Sekarang waktunya istirahat" Gavin tersenyum lalu menidurkan Alina dengan sempurna dan menarikkan selimut hingga seperut Alina.
Alina sama sekali tak bergeming, ia menuruti begitu saja apa yang dilakukan Gavin terhadapnya.

"Yasudah. Sekarang aku keluar ya. Kamu perlu istirahat yang cukup" Gavin tersnyum kemudian mulai memutar tubuhnya beranjak dari sana.

"Tunggu" sahut Alina seraya memegang tangan Gavin.

Gavin menoleh sembari mempertunjukkan ekspresi bingungnya. Gavin terdiam beberapa saat hingga Alina menyerukan perintah untuk menyuruhnya duduk.

"Duduk"

Gavin mengindahkannya. Ia duduk dengan tangan yang masih digenggam Alina. Ia masih diam menatap Alina dengan pertanyaan-pertanyaan yang begitu banyak muncul di pikirannya.

"Temenin gue tidur. Gue ga biasa tidur sendiri, biasanya mama yang nemenin" ucap Alina berbohong
"Setelah gue tidur lo boleh pergi" Entah mengapa Alina berbohong mengatakannya kepada Gavin. Yang jelas ia mulai ingin terus bersama Gavin.

"Baiklah" Gavin tak merasa keberatan dengan permintaan Alina. Ia mengingat beberapa menit yang lalu Alina mengamuk karena ketidak hadiran keluarganya disana, sepertinya menemani Alina tidaklah ide yang buruk.

Bibirnya mengembang begitu mendengar persetujuan dari Gavin "Gue boleh nanya gak?"

"Tentu. Kamu boleh bertanya apa saja yang bisa aku jawab" Gavin mulai tertarik dengan pembicaraan Alina. Alina semakin menunjukkan ekspresi senangnya saat Gavin dengan ramah menjawab pertanyaannya.

"Umur Dokter berapa?"

"Umur? Saya umur 21 tahun. Lusa saya ulang tahun yang ke 22. Kenapa? Saya kelihatan tua banget ya"

"Eh- enggak ko hehehe" Alina terkekeh "Malah Dokter terlihat lebih muda dari umur yang Dokter miliki"

"Serius kamu" Gavin tersipu. Wajahnya tidak terlihat merona. Akan tetapi sesuatu di dalam dirinya bergejolak senang.

MY TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang