[1] do you feel the comfort?

3.6K 169 6
                                    

"Comfort is just a simple thing,
do you feel us?"

-

Akhir pekan. Satu minggu layaknya dua hari, terlalu cepat bagi Ryujin untuk bertemu dengan satu-satunya sosok yang menggetarkan hatinya-- jelas sekali, pegawai kedai kopi dekat tempatnya bekerja sebagai pegawai swalayan sembako.

"Hai, Ryu!" Sang waitress sekaligus barista itu tersenyum lembut kearah Ryujin yang baru saja menapakkan kakinya diatas ubin kedai, sepatu pantofel Ryujin terdengar mengetuk permukaan licin ubin berkali-kali seiring kakinya melangkah.

"Hai, bisa aku pesan kopi seperti biasa?" Ryujin tersenyum senang, dihadapkan ia dengan sosok yang begitu ia dambakan akhir-akhir ini. Si barista, Shin Yuna.

Barista itu sontak mengangguk tenang, "of course. Tunggu disitu, aku akan segera datang dengan pesananmu, nona cantik." Ujarnya seraya mengerling, membuat kedua pipi Ryujin menghangat dengan terbitan rona merah matang disana.

Tanpa menyahut, Ryujin sudah terlebih dulu menduduki area kosong yang seolah telah disiapkan khusus untuknya oleh sang barista. Belum saja ia sempat menyelaraskan kakinya, Yuna mendahuluinya duduk tepat disampingnya seraya tersenyum- tangannya menaruh kopi hangat didalam cangkir mungil favoritnya.

"Bagaimana harimu?" Tanya Yuna merobek kesenyapan, Ryujin mengisap sedikit kafein itu sebelum kembali ia letakkan diatas meja kaca. Yuna menatapnya penuh binar. Seperti bintang di angkasa, tak pernah gagal memikat hati Ryujin yang dingin seperti es.

"Biasa. Kau bahkan bisa menebaknya. Nothing special." Sahut Ryujin, kedua maniknya fokus pada Yuna yang menatapnya hangat; "you may think nothing special about your day. But don't think that i agree with you, because your appearance is the best thing that come in my day, Ryujin." Ujar Yuna seraya tersenyum hangat, hati Ryujin bergetar luar biasa; ia memutuskan untuk benar-benar menjatuhkan dirinya pada gadis itu.

-

"Apa kamu pernah berpikir bahwa suatu saat nanti kamu menikah dan meninggalkan Sydney?" Tanya Yuna, baru saja ia menuntaskan shift kerjanya pada pukul lima, senja hari. Ryujin hanya terdiam, tak hendak menanggapi pertanyaan Yuna.

Kini, mereka sama-sama mengistirahatkan tubuh mereka diatas bangku taman, dekat sungai-- menikmati sebungkus roti pandan dengan hembusan angin sepoi yang menaklukkan pikiran.

"Silence mean a yes. Karena kupikir, akan lebih baik untuk meninggalkan Sydney dalam waktu dekat. Meninggalkan semua kenangan yang pernah terlukis disini." Tambah Yuna, lagi-lagi Ryujin terdiam. Kali ini pikirannya kosong, jiwanya hampa. Tubuhnya lemas. Apakah Yuna akan segera menikah?

"Somehow, aku berpikir jika waktu yang aku tentukan tidak tepat baginya, bagi seseorang yang aku sayangi. Namun, aku tahu bahwa ia dapat memahami situasiku." lanjut Yuna, tatapannya yang hangat terasa sendu dimata Ryujin. Apakah hal ini juga disimpannya dalam masa-masa ini?

"Ryujin, i got it, maybe you won't really talk about this. But, i need your opinion." Kata Yuna seraya menoleh kearah Ryujin yang menatapnya kosong-- terlihat betul kilat kesedihan dari sepasang mata kedua insan itu. Ryujin yang patah hati dan Yuna yang sedikit berduka.

"Oh, right.. t-that's great! Kau tahu, aku akan selalu mendukungmu, anytime." Desis Ryujin, senyumnya mendadak terbit hingga whisker dimple-nya tergores apik dikedua pipinya. Tapi jelas, kedua manik sendunya tak sudi berbohong. Yuna tersenyum bahagia, kemudian ia memeluk Ryujin.

WINGS (胡蝶夢) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang