Tak tahu entah mengapa malam ini aku merasa lelah sekali. Usai menyiapkan makan malam untuk suamiku aku kembali ke kamarku dan beristirahat.
Malam ini malam kedua aku merasakan tidak nyaman dengan tubuhku. Tak seperti kemarin malam, kepalaku terasa lebih sakit. Tubuhku terasa sangat dingin meski cuaca saat ini sedang panas-panasnya. Aku tidak bisa memaksakan diriku untuk menunggu sampai Farhan selesai makan malam. Aku sangat letih.
"Dimana Najwa..." Batin Farhan.
Rupanya kehadiranku di sisinya saat makan sudah menjadi hal yang penting bagi dirinya. Dia mengkhawatirkanku. Dia memasuki kamarku untuk memastikan keadaanku. Dia meraba kulitku yang mulai panas. Aku demam. Dengan segera dia meraih air dingin dan sehelai kain tipis untuk mengompresku. Dia juga mengambil selimut miliknya lalu di balutkan pada tubuhku.
"Ya Allah... suhu panasnya gak turun-turun juga, padahal sudah hampir satu jam aku mengompresnya." Nadanya panik.
Dia lalu meraih handphone-ku yang ada di meja samping tempat tidurku.
"Vit... ini aku Farhan." Ucap Farhan setelah sambungam telponnya terhubung dengan Vita, salah satu temanku yang kebetulan tinggal di Bangkalan.
"Iya Han ada apa?"
"Najwa panas Vit, sudah hampir satu jam aku mengompresnya tapi gak turun-turun juga."
"Oh... belikan cool paper saja Han, Insyaallah panasnya cepat turun dan di apotik dekat rumah kamu itu Insya'allah ada Han."
"Ok, thanks ya Vit..."Dia lalu meraih kunci motor dan jaket miliknya lalu bergegas untuk membeli cool paper serta obat untukku. Setelah dia mendapatkannya dia pun langsung meletakkannya di dahiku. Dan Alhamdulillah setelah beberapa waktu suhu panas tubuhku mulai menurun. Keadaanku mulai stabil. Jam telah menunjukkan 22.30 dia memutuskan untuk beristirahat, tapi tidak dikamarnya, dia beristirahat di kamarku. Sebelum merebahkan tubuhnya terlebih dahulu dia mengatur waktuku untuk bangun malam. Dia mengakhirkannya tiga puluh menit dari biasanya. Dia pun menundukkan kepalanya di tempat tidurku, dan tidur. Ya. Dia tidur dalam keadaan duduk.
Beberapa menit berlalu. Farhan sudah terlelap dalam tidurnya.
Bruk... mendengar ada suara barang jatuh, Farhan terbangun dari tidurnya. Lalu melihat apa yang jatuh. Ternyata, jam bekerku. Farhan lalu mengambil jam itu.
Ketika hendak meletakkan jam beker itu kembali dia tak sengaja menjatuhkan buku agenda milikku yang di dalamnya terdapat semua curhat-curhatku sejak awal aku menjalin hubungan pernikahanku dengannya sampai detik ini. Dia tertarik untuk membacanya karena dari buku itu jatuh sebuah foto anak kecil yang tak lain adalah dirinya beserta kedua orang tuanya. Dia membalikkan foto itu berharap ada keterangan yang akan menjawab rasa penasarannya.
"Foto ini adalah foto suamiku yang aku dapatkan dari ibu mertuaku saat pertama kali aku tinggal di Bangkalan, beliau memintaku untuk menjaga foto ini terutama orang yang punya foto ini."
Dia mulai membaca buku itu.
12 juni 2017
Ibu... ayah... mulai hari ini aku tidak akan sendiri lagi, karena aku telah menerima lamaran dari seorang lelaki yang kalian pilih untukku dan aku berharap dengan hadirnya dia dalam hidupku akan memberi warna yang lebih cerah dalam lukisan sejarah hidupku.
12 juli 2017
Ibu... ayah... ternyata, harapanku masih belum bisa tercapai karena sikap suamiku yang masih tertutup padaku. Tapi aku maklumi itu, mungkin hal ini karena proses awal jadi aku harus bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga (Tamat)
Short StorySemua anggota keluargaku semunya menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka bisa bahagia, meski itu bukan pilihannya sendiri. Maka, aku yang mempunyai garis keturunan dari mereka harus terlibat perjodohan juga. Tetapi entah mengapa, aku mer...