Tiba-tiba saat aku hendak membawa mas Farhan masuk, aku sudah mendapati kak Fahri berdiri di depan rumahku. Dia kembali menjengukku dan mas Farhan. Aku mendorong kursi rodanya agak cepat untuk menghampirinya. Dia langsung memeluk tubuhku erat. Tampak di matanya bilur-bilur air mata.
Ya Allah... betapa bahagianya hatiku saat kakakku ini memelukku. Aku merasakan kehadiran ayah. Aku merasakan ayah sedang memelukku dan berusaha menenangkan hatiku yang sebenarnya sangat kalut. Aku pun ikut menangis. Ingin rasanya aku memintanya untuk memanjakan diriku karena aku benar-benar penat. Lama kami larut dalam isak tangis kami.
“Kakak kesini bersama adikmu.”
Kak Fahri melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya.
“Kak Najwa...”
Weny, Ya. Adikku yang tinggal di Bekasi. Aku memeluknya erat. Teringat sudah hampir empat tahun kami terpisah dan baru hari ini bisa bertemu kembali.
“Weny kangen banget sama kak Najwa... kak Najwa gimana kabarnya? Weny minta ma'af kak, Weny baru sampai ke rumah kakak sekarang. Suami Weny ternyata orang yang sangat sibuk kak. Sampai-sampai dia punya sedikit waktu untukku. Dan Weny gak bisa kemana-mana jika tanpa dia.”
“Iya sayang gak papa. Lagian kamu lihat sendiri kan kakak baik-baik saja?”Aku mencium lembut kening adikku itu. Aku biarkan air matanya meleleh mengguyur pipi merahnya yang semakin membesar layaknya bakpau. Allah... betapa sangat bersyukurnya hati ini, karena dibalik luka ini hamba bisa dipertemukan dengan saudara-saudara hamba yang sangat hamba rindukan setelah bertahun-tahun berpisah. Aku kembali merasakan kehangatan di tengah-tengah keluargaku.
“Kakak benar-benar bahagia Najwa, karena begitu kakak tiba disini dan melihat kegembiraanmu dengan Farhan luka di hati kakak terobati. Dan kakak sudah gak akan kepikiran untuk meninggalkanmu sendiri disini.”
“Doakan Najwa agar selalu kuat kak.”Aku kemudian membawa kak Fahri, Weny dan mas Farhan masuk dan menikmati jamuan makan seadanya yang ku simpan di lemari es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga (Tamat)
القصة القصيرةSemua anggota keluargaku semunya menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka bisa bahagia, meski itu bukan pilihannya sendiri. Maka, aku yang mempunyai garis keturunan dari mereka harus terlibat perjodohan juga. Tetapi entah mengapa, aku mer...