"Mas, aku boleh minta tolong?"
"Iya sayang minta tolong apa?"
"Perutku sakit sekali sejak tadi pagi mas. Mungkin ini saatnya aku melahirkan. Tolong antarkan aku ke tempat dokter Anisa."
Dia langsung mengambil kunci mobilnya dan menggandengku menuju mobil dan membawaku. Begitu aku turun dari mobil beberapa perawat langsung melarikanku ke ruang persalinan.
"Dokter ijinkan mas Farhan menemani saya."
"Silahkan tidak masalah."Detik demi detik terlewati, menit demi menit berlalu. Dan sudah hampir satu jam namun bayiku belum juga keluar. Mas Farhan mulai gelisah. Dia juga ikut mengeluarkan keringat-keringat dingin dari saking gelisahnya.
Allah.... Sesekali lafadz itu terlontar saat aku hendak menarik napas. Dadaku terasa sesak. Dengan sisa-sisa tenaga yang ku miliki aku tetap bertahan demi bayiku meski sakit yang ku rasa sangat menyiksaku. Beberapa waktu kemudian terdengar suaranya menangis. Aku terkulai lemas setelah mati-matian memperjuangkannya.
"Dokter Anisa, dimana anak saya, saya ingin melihatnya."
"Tunggu sebentar ibu Najwa... bayi anda masih dibersihkan dan mau dimandikan."
"Dokter Anisa, saya mohon... sebentar saja."Suaraku mulai terdengar pelan. Aku sudah merasa tak berdaya. Seluruh kekuatanku sudah habis saat berusaha melihatnya tersenyum melihat alam ini.
"Sayang.. sabar sebentar ya!"
Beberapa saat kemudian seorang suster membawa bayiku masuk ke ruanganku. Aku menggendongnya.
"Cantik sekali kamu nak. Ibu kasih nama kamu Fatimah Alya sesuai kesepakatan ayah dan ibu beberapa waktu lalu."
Bahagia rasanya saat aku masih ditakdirkan untuk bisa melihat senyum anakku saat dia pertama kali membuka mata di dunia ini.
Selamat datang di duniamu yang baru anakku.
Aku tak henti-hentinya mencum keningnya.
"Sayang... Maafkan ibu ya. Setelah ini ibu tidak akan bisa merawatmu lagi nak. Kamu nggak akan bisa minum air susu ibu seperti ini..."
Tak tahu entah mengapa aku merasa tak akan bisa menyusuinya kembali. Aku merasa waktu itu adalah yang pertama dan terakhir aku menyusuinya.
"Maafkan ibu. Tapi kamu gak usah khawatir masih ada ayah yang akan ngurus kamu sayang. Kamu baik-baik ya sama ayah. Jangan nakal dan semoga kamu bisa tumbuh menjadi anak yang sholihah sayang. Ibu mau ketemu sama kakek dan nenekmu, kasihan mereka sudah lama menunggu ibu."
Aku tetap menggendong Alya. Dia begitu cantik. Senyum yang tersungging di bibirnya terlihat begitu anggun.
"Mas... tugasku sudah selesai. Aku sudah kangen banget sama ayah dan ibu."
Setitik air matanya jatuh. Aku menghapusnya dari tangan kananku.
"Mas gak boleh nangis, mas harus kuat untuk anak kita. Aku titip Alya ya mas, jaga dan rawat dia dengan baik."
"Najwa... siapa yang akan ngerawat Alya, aku gak bakalan bisa sendirian. Kamu tahu kan aku gak punya saudara, saudara-saudara kamu juga jauh kan dari aku?"
"Mas Farhan tenang saja ya, Alya akan aman bersama mas Farhan karena ada Allah yang menjaganya mas. Allah yang menjamin keamanan hidupnya."
"Kalau mas Farhan memang butuh seseorang yang akan merawat Alya, menikahlah mas! Insya'Allah aku ikhlash... tapi satu yang aku pinta, carilah ibu yang benar-benar bisa menerima kehadiran Alya mas."Air matanya semakin deras mengalir dan akupun terus menghapusnya. Aku tak ingin ada setitikpun air mata yang menggenangi pelupuk matanya.
"Mas udah ya, jangan nangis terus. Aku sedih banget lihat kamu kayak gini mas. Mas... mas Farhan jangan nangis dong...!"
Dia menggenggam tanganku erat dan menciumnya. Tak ingin sebentar pun dia melepasnya, dengan air mata yang terus bercucuran.
"Nggak Najwa, kamu harus kuat... aku yakin kamu pasti bisa.. tolong, aku nggak bisa hidup tanpa kamu..." Ucapnya dengan suara yang semakin parau.
"Mas, aku yakin kamu pasti bisa..."
"Nggak Najwa, aku nggak bisa..." Dia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mas lihat aku, aku mohon sama kamu, jangan kayak gini... please!"
"Aku minta maaf jika selama ini aku berbuat salah sama mas. Maafkan Najwa mas... Aku pamit mas..."Keringat-keringat dingin telah membasahi setiap bagian tubuhku. Sedikit demi sedikit tubuhku mulai dingin. Aku tersenyum untuk yang terakhir kalinya. Setelah aku selesai melafadzkan dua kalimat syahadat dengan sempurna, napasku telah benar-benar berhenti. Sudah tiba saatnya aku pergi dari dunia ini. Farhan tertunduk layu. Wajahnya pun mulai meredup. Rintik-rintik air mata telah menghujani daratan pipinya.
"Ya Allah, aku sudah menjadi saksi atas kebaikan hatinya. Wanita ini yang telah mengajariku untuk bersyukur atas nikmat yang telah Engkau berikan. Dia juga yang mengajariku untuk bisa bersabar, ikhlash dan tabah dalam menjalani hidup yang selalu diwarnai dengan cobaan dan ujian. Dia yang mau menerima perlakuanku dengan lapang dada dan tak pernah mengeluh. Dia pantang menyerah untuk menyadarkanku dan membangunkanku dari mimpiku, yang selalu mengharapkan orang lain dan membiarkannya. Tuhan, hari ini Engkau telah berkehendak untuk memanggilnya kembali ke sisi-Mu. Ikhlashkan hati ini untuk bisa menerima kepergiannya ya Allah. Kuatkan hati yang tak berhenti merasa gundah dan hancur dengan kepergiannya ini Tuhan..."
"Terimalah semua kebaikan yang telah dia perbuat selama hidupnya dan ampunilah setiap kesalahan yang pernah dia perbuat juga Tuhan. Semoga kepergiannya ini menjadi akhir yang husnul khotimah, Aaamiin..."
"Najwa... terima kasih untuk semua yang telah kamu lakukan untukku. Aku berjanji aku akan selalu menjaga anak kamu sekuat aku bisa meski tanpa kamu. Seharusnya aku yang meminta maaf karena selama ini aku yang selalu menyakiti hatimu dan membuat kamu susah. Maafkan aku Najwa..."
"Sekali lagi, terima kasih telah hadir dalam hidupku. Dan, maafkan aku yang tidak bisa sempurna membuatmu bahagia berada di sisiku. Maafkan apa yang telah aku perbuat padamu."
"Selamat jalan isteriku... aku tidak akan mengkhawatirkanmu, karena aku yakin kamu akan bertemu dengan kedua orang tuamu dan akan ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya."
"Doaku akan selalu menyertaimu. Aku berjanji akan mendidik anak kita dengan baik agar dia bisa menjadi wanita sholihah sepertimu."
"Tak akan ada yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku Najwa... kamu akan selalu hidup dalam jiwa dan ragaku, karena kamu adalah Bidadari Surgaku; NAJWA AZ ZAHRA."THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Surga (Tamat)
Cerita PendekSemua anggota keluargaku semunya menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka bisa bahagia, meski itu bukan pilihannya sendiri. Maka, aku yang mempunyai garis keturunan dari mereka harus terlibat perjodohan juga. Tetapi entah mengapa, aku mer...