part 8

993 25 0
                                    

Mereka berdua menikmati sarapannya di meja makan kamar hotelnya. Karena kedua orang tua mereka terlebih dahulu meninggalkan hotel dan kembali ke rumah masing-masing. Sambil menikmati makanannya dalam hening, Bara memecah keheningan itu dengan membuka suara terlebih dahulu.

"ekheem... Jadi apa rencanamu setelah ini?".

Cinta mendongakkan kepalanya dan menatap Bara. "Rencana? Maksudnya?".

"Cinta, aku tahu pernikahan kita terjadi karena perjodohan orang tua. Dan aku yakin kamu tidak mencintaiku, begitu pun aku. Bagaimana kalau kita membuat pengaturan." jelas Bara.

Cinta menatap penuh arti kearah Bara. "Jadi, apa pengaturannya?".

"Bagaimana jika kita saling menghormati keputusan 1 sama lain. Kita tidak saling ikut campur urusan satu sama lainnya. Pernikahan kita hanya sebatas perjodohan dari orang tua kita. Kita tetap menjalani aktivitas seperti biasanya. Bagaimana menurutmu?".

"Ok aku setuju!" jawab Cinta kilat sambil tetap memakan sandwich di tangannya. Kepolosan sikapnya yang ini membuat Bara menatap dalam seperti apa sebenarnya pribadi Cinta.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Mereka berdua memutuskan untuk segera kembali ke rumah menemui orang tua mereka masing-masing. Bara melajukan mobilnya menuju ke rumahnya terlebih dahulu untuk memgemasi barang-barangnya. Karena hari itu juga mereka akan pindah kerumah baru hadiah pernikahan dari kedua orang tuanya.
Setelah itu baru mereka ke rumah orang tua Cinta untuk berpamitan juga.
Sesampainya disana Cinta langsung berlari menuju pintu rumahnya. Bara hanya menatap datar, entah apa yang dilakukan Cinta. Seperti berpisah lama saja.

"Mama!!! Papa!!!". Cinta langsung berhambur ke pelukan Mamanya, kemudian bergantian ke arah papanya.

Dielusnya kening anaknya, menatap heran seperti tidak bertemu bertahun-tahun. "Kamu ini ya! Seperti berpisah dengan mama dan papa bertahun-tahun saja. Kamu sudah menikah loh!.

"Biarin aja! Cinta kangen!". Jawabnya ketus. Matanya mulai berkaca-kaca.

Bara baru muncul dari arah belakang hanya menggelengkan kepalanya melihat pemandangan di depan matanya. "Benar-benar anak manja". Gumamnya lirih, bahkan hampir tidak terdengar.

"Kalian mau langsung pindah hari ini?". Tanya Atma, pada anak dan menantunya.
Bara mengangguk." iya pa, Cinta akan berkemas hari ini dan kami langsung ke rumah baru kami. Terimakasih hadiahnya pa!".

Dengan merangkul menantunya dan sedikit menggiring menantunya menjauh dari ibu dan anak yang sedang berpelukan, pak Atma memberikan wejangan penuh arti. "Bara!. Papa tahu, pernikahan kalian berkat perjodohan. Tapi papa minta dengan setulus hati papa, tolong jangan sakiti hati anak papa yang paaa...ling papa sayang itu. Hatinya mudah rapuh. Cinta memang anak yang sedikit manja. Tapi dia juga bisa mandiri ketika tidak bersama kami. Kami sering meninggalkannya sendiri, dan itu juga sering membuat kami khawatir. Tapi setelah menikahkan anak papa dengan kamu, papa sepenuhnya percaya padamu. Papa percayakan anak kesayangan papa, dengan kamu".

Bara menegang mendengar permintaan papa mertuanya. Rasa bersalah tiba-tiba muncul di hatinya. Seorang ayah yang sangat mempercayakan putrinya padanya. Dia tadi bahkan membuat pengaturan tentang pernikahannya. Lalu apa yang akan terjadi jika mertuanya tahu kehidupan pernikahannya? Juga kedua orang tuanya. Otaknya kini berfikir keras, antara rasa bersalah dan rasa ego nya. Tak ada jawaban lain untuk situasi kali ini, selain mengiyakan dan menerima permintaan mertuanya. "Papa tidak perlu khawatir, Bara pasti menjaga Cinta. Tanpa papa meminta pun Bara pasti lakukan".

Yahhh... hanya itu yang bisa dijawabnya, lalu apalagi?.

Cinta pov

Hari ini aku mengunjungi rumah mama dan papaku, setelah tadi aku juga sudah mengunjungi mama yuli dan papa wira di rumahnya.

Kulihat papa dan kak Bara sedang berbicara serius. Karena wajah mereka sama-sama tegang. Aku dan mama pun menghampiri mereka yang sedang mengobrol di sofa, ingin ikut dari bagiannya juga. Tiba-tiba papaku mengajakku duduk di sebelahnya dan meraih lembut puncak kepalaku dan membelainya.
Papaku kemudian berbicara. "Anak papa sayang, sekarang sudah tidak sendiri ya?". Aku hanya tersenyum tanpa berbicara.

"sayang, dengar. Besok mama dan papa akan berangkat ke London. Mengurus cabang bisnis papa yang baru".

Aku terlonjak kaget, sampai-sampai mulutku menganga lebar mendengar bahwa papa akan pergi meninggalkanku untuk perjalanan bisnisnya. "apa-apaan ini? Aku baru menikah. Dan laki-laki ini kan orang yang baru ku kenal, walaupun dia suamiku sekarang. "teganya papa meninggalkanku.

"papa kok tega ninggalin aku lagi. Apa jangan-jangan ini alasan mama sama papa mempercepat pernikahanku?". Ucapku lirih. "berapa lama?". Lanjutku

"satu sampai dua tahun. Tergantung bagaimana nanti kondisi bisnis papa disana". Hatiku sedikit sesak mendengar papa akan pergi dalam waktu yang lama. Papaku tidak pernah pergi selama ini. Tentu saja aku sangat sedih. Tak terasa air mataku menetes, dan aku hanya memeluk erat tubuh papaku. Kak Bara? Aku bahkan tidak ingat ada dia di hadapan kami.

"Sudahlah sayang. Mama papa kan pergi hanya perjalanan bisnis. Kamu juga bisa mengunjungi kami disana, tentunya dengan suamimu".

Walaupun mamaku mencoba menghiburku dengan berkata aku boleh mengunjunginya, tetap saja ini tidak mudah. Ini bukan perjalanan Jakarta-Bandung atau Jakarta-Jogja.
Aku menangis sesegukan dipelukan papa, dan mama juga ikut berpelukan. Kami bertiga pun berpelukan layaknya teletubbies. Sedang Bara hanya memandangi kami, sesekali ia menunduk.

"Cinta pasti bakal rindu kalian disini. Sering-sering telfon cinta ya ma, pa!".

Mama papa pun mengangguk bersamaan sambil tersenyum manis.

Hari ini sungguh kejutan yang sangat-sangat tak terduga. Perjodohan dengan orang yang tak kukenal, menikah diusia 19tahun, bahkan mama dan papa pergi mengurus bisnisnya di London dalam waktu yang lama. Haaah... Tragisnya hidupku.

ISTRIKU...MAHASISWIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang