Cap Aneh

215 43 7
                                    

Jalanan terasa lenggang sejak kaki ringkih itu melangkah menuju rumah.
[Name] mendorong kacamatan ke posisi semula. Langkahnya tenang, meski sebenarnya ada rasa sakit yang terus menusuk sekujur tubuhnya secara perlahan.

Gadis itu sudah terbiasa. Terbiasa akan penindasan yang selalu ia dapat selama sekolah. Terkadang ia berpikir untuk melawan. Namun, dengan apa yang dipunya, rasanya semua akan percuma. Bisa jadi nantinya [Name] pula yang harus angkat kaki dari sekolah karena mencoba-coba.

"Ho, mata empat, ya ...."

Kepala yang tadinya tertunduk itu terangkat cepat, memastikan siapa yang memanggilnya barusan.

"...." [Name] membisu. Tatapannya tersirat rasa takut yang sulit dikendalikan. Dihadapannya, kini berdiri Hanamiya Makoto. Siswa yang terkenal dengan julukan "Bad Boy" seantero Kirisaki Daiichi.

Entah nasib apa yang kini harus dihadapi. Yang jelas, [Name] selalu berharap dirinya tidak perlu berhadapan dengan pemuda bersurai hitam itu sampai kapanpun.

"Permisi," gumam [Name] pada akhirnya. Dengan cepat ia menyerongkan langkah, mencuri celah disebelah kiri Makoto yang menjulang tanpa niat bergeser.

Baru akan melewati tubuh tegap Makoto, [Name] yang tengah memeluk beberapa buku membatu ketika lengan kokoh menghadangnya dengan telapak tangan yang menempel pada pagar dinding rumah orang.

Napas [Name] tersendat. Nyeri di tangannya semakin terasa berkat tubuhnya yang tidak sengaja menabrak pinggang Makoto.

"A-ada apa?" cicit [Name]. Ia mengadah, terkejut melihat wajah Makoto yang sangat dekat. Luka memar di pipi, serta sudut bibir yang menggoreskan sedikit darah menjadi obyek pertama yang mencuri perhatian [Name].

Terbersit pertanyaan tentang apa yang terjadi pada pemuda itu, tapi gadis bersurai [hair color] itu tak berani melanjutkan pemikirannya.

"Hmm .... Tidak ada, sih." Makoto memundurkan tubuhnya. Memberi ruang lebih pada [Name] yang berkeringat dingin. Seringai setia tampil di wajah, semakin membuat [Name] merasa ketakutan melihatnya.

"Pergi sana," usir Makoto. [Name] mengangguk kuat, lalu melangkah dengan cepat. Baru beberapa meter, [Name] kembali berbalik. Mengejar Makoto yang sudah melanjutkan langkah.

"Ha-Hanamiya-san!"

Makoto berhenti melangkah sambil memutar tubuh. Didapatinya [Name] berlari kecil kearahnya sambil meringis kesakitan. Alis tebal Makoto terangkat sebelah, mempertanyakan kelakuan gadis yang baginya bodoh itu.

"Pegang." [Name] memaksa Makoto memegangi bukunya, lantas ia sendiri membongkar tas dengan brutal.

Makoto diam. Menunggu apa yang akan dilakukan [Name].

"Silahkan. Bawa saja, kau harus membersihkan lukamu."

Dua benda tersodor kehadapan Makoto. Selembar sapu tangan hijau muda dan sebuah kantung air yang tidak jelas kegunaannya. Makoto menatap [Name] tajam, sedangkan yang ditatap tampak meneguk ludah dengan kasar.

"Ma-maaf lancang. Ini ke-kebiasaan ...," gagap [Name] pelan. Keduanya masih berhadapan, hingga akhirnya Makoto menjatuhkan semua buku yang dititipkan [Name] tadi tanpa dosa.

"Maafkan aku!" [Name] secepat kilat memungut bukunya secara asal, lalu segera ambil langkah seribu untuk menjauh dari Makoto yang masih bergeming di tempatnya.

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang