Kebohongan

129 35 0
                                    

Pagi-pagi sekali [Name] dan Makoto sudah beriringan menuju sekolah seperti kemarin.

Yang membuat beda hari ini, Makoto sudah sarapan, dan [Name] memasang wajah aneh tak biasa.

"Wajahmu belum disetrika?"

[Name] tak menjawab. Ia tetap melangkah sambil mendekap erat tas Makoto yang ia bawakan.

Makoto memperlambat langkah, memperhatikan punggung [Name] yang tampak lesu dari biasanya. Padahal, kemarin-kemarin [Name] akan tetap tegap meski perlakuan yang didapatkan saat sekolah tidak layak.

Namun, hari ini, gadis aneh itu malah terlihat kehilangan semangat hidup. Seolah ada sesuatu yang terjadi di luar pengamatan Makoto.

"Ne, Hanamiya-kun."

Makoto bergumam untuk menanggapi. Ia masih tetap setia berjalan dibelakang [Name]. Tak memiliki pemikiran untuk menyalip langkah lambat itu.

"Apa kau mempermainkanku?"

"Huh?"

"Kau mempermainkanku, kan?"

"Sejak awal aku masuk ke Kirisaki Daiichi, kau sudah membullyku. Membuat hari-hariku berjalan seperti di neraka. Lalu, belakangan ini sikapmu berubah aneh. Kau tetap memperalat dan menindasku, tapi perlakuanmu sedikit berbeda. Aku tahu. Rasanya, ... kau sengaja membuatku berharap perubahan sikapmu seutuhnya, padahal nyatanya kau hanya mempermainkanku."

Ungkapan panjang dan aneh itu terngiang. Langkah Makoto maupun [Name] sama-sama terhenti. Namun, [Name] tak berbalik. Ia tetap membelakangi Makoto sembari memeluk tas pemuda itu semakin erat.

"Kalau bicara itu yang jelas, Bodoh," jawab Makoto pada akhirnya. Jujur saja sebenarnya ia paham maksud [Name]. Hanya saja ia bingung bagaimana mau menanggapi.

[Name] berbalik. Manik [eye color]nya. Berkaca-kaca. Jelas ia sedang menahan air mata agar tak turun saat itu juga.

"Maaf, aku cuma merasa ... sakit."

Makoto terdiam. Tak ada seringai di wajah seperti biasanya. seharusnya ia ingat, [Name] hanya bodoh di tindakan saja, bukan di cara pikirnya.

[Name] semakin menunduk. Menyembunyikan air mata yang mulai berjatuhan.

"Lucu sekali kau." Tarikan paksa di kunciran rambutnya membuat [Name] tengadah paksa. Makoto menatapnya lekat, ada sepercik amarah di matanya.

"Sakitmu itu karena apa? Dari mana? Apa kau sudah jatuh kedalam permainanku?"

[Name] terhenyak. Dari awal harusnya ia percaya akan pemikiran akal sehatnya. Namun, sayang ada yang menolak dalam diri. Seolah ia ingin percaya bahwa Makoto tidak membuat permainan apapun, dan apa yang Makoto lakukan belakangan ini karena tulus.

"Bodoh."

Perasaan [Name] tersayat. Entah yang mana, tetapi jelas itu membuatnya sesak. Tanpa diberitahu pun dirinya sudah sadar diri. [Name] bodoh, ia tahu. Memangnya siapa yang sudah ditindas, sudah di perlakuan buruk sedemikian rupa, bisa dengan mudah jatuh hati dengan perlakuan manis sekilas saja.

Bodoh, kan?
BANGET.

"Ah, tidak seru. Kau terlalu cepat jatuh." Makoto mengambil langkah melewati [Name] seraya menyambar tas miliknya. 

[Name] menarik napas saat Makoto mulai melangkah menjauhinya. Dalam hati ia ingin menahannya. Namun, saat ia ingat apa yang sudah terjadi, seketika [Name] mengurungkan niat. Itu semua hanya akan membuat segala menjadi kacau.

Biarlah semua seperti ini. Setidaknya [Name] sudah mendapatkan jawaban dari apa yang belakangan dipertanyakan. Meski jawaban tadi kentara sekali tidak jujurnya. Sangat di buat-buat.

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang