HENTAI!!!

168 34 16
                                    

Bento berbalut kain biru muda masih tertata rapi di pangkuan [Name].
Sejak tadi ia hanya meringis, menahan nyeri yang terus menyapa pergelangan kakinya.

Bukan. Kakinya terkilir bukan karena gadis-gadis cantik bak model majalah fashion tadi pagi. Mereka hanya menghujat.

Sedangkan kakinya terkilir baru beberapa saat yang lalu. Dijegal oleh siswa sekelasnya yang lain ketika dirinya akan pergi menuju tempat biasa ia makan siang.

"Sembuh satu, tumbuh seribu," gumam [Name] sembari mengelus pergelangan kakinya.

Merasa cukup dengan pijatan kecil di pergelangan kaki, [Name] membuka bentonya dengan cepat, khawatir jam istirahat segera habis.

Sambil menyantap, kepala [Name] tak henti menoleh kanan dan kiri. Khawatir salah satu pembully-nya muncul dan membuang bentonya begitu saja. Saat ini ia sendiri di belakang gedung sekolah. Duduk diatas kursi taman yang sedikit berkarat, ditemani angin sepoi yang membelai dengan lembut.

Membuang makan siangnya adalah hal terburuk dari segala yang pernah mereka lakukan pada [Name]. Karena, gadis itu tak memiliki waktu untuk sarapan, paginya dihabiskan dengan kegiatan super sibuk untuk mengurusi rumah dan ibunya yang selalu berangkat kerja pagi buta.

Bayangkan jika makan siangnya menjadi korban para pembully? Mungkin kejadian beberapa bulan lalu akan terulang. Pingsan di tengah kegiatan belajar.

Tinggal satu suapan telur gulung lagi, harusnya ritual [Name] sudah selesai. Namun, tubuh siswi kelas 2 Kirisaki Daiichi itu tengah membeku. Tak berkutik sama sekali setelah telur gulung terakhirnya berakhir begitu saja di dalam mulut Hanamiya Makoto.

Entah datang darimana pemuda itu. Tiba-tiba saja muncul lalu mengambil alih sumpit [Name], dan memakan telur gulung terakhir tanpa permisi.

Apa [Name] harus marah? Tetapi otaknya terlanjur ikut membeku setelah sepintas pemikirannya menganggap ia dan Makoto  berciuman secara tak langsung.

Benar, kan?

Makoto menatap [Name] yang sejak tadi diam. Seringai kecil muncul. Tangannya dengan cepat mengetuk kening [Name] menggunakan sumpit yang tadi direbutnya.

"E-eh?!" Respon [Name] gagap.

Keduanya diam saling tatap. Dalam hati [Name] merutuk. Mengapa Makoto tidak segera pergi dari hadapannya. Malah pemuda itu dengan santai berjongkok sambil memainkan sumpit miliknya ketanah.

'Apa aku kabur saja, ya?' batin [Name] gamang.

Angin berhembus sedikit kuat saat [Name] sedang sibuk memikirkan apa yang harus dilakukannya. Alhasil, roknya sedikit terangkat, membuat wajah gadis bernama keluarga [Last Name] itu memerah bak tomat yang baru matang.

Jantung [Name] berdetak kencang, rasanya ia ingin menendang wajah Makoto sekarang juga. Tatapan Makoto yang kini berjongkok dihadapannya tampak menyebalkan. Seringainya pun berubah aneh. Setelah berkedip beberapa Kali, akhirnya Makoto berdiri tegap.

"Pilihan warna yang bagus," bisik Makoto dengan senyuman aneh.

Refleks [Name] berdiri. Tangannya menyambar kotak bento, lalu melemparkannya tepat ke kepala Makoto yang lebih tinggi darinya.

"HENTAI!!!" jerit [Name] sembari melarikan diri.

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang