Tipenya

133 33 9
                                    

Hanamiya Makoto suka gadis bodoh.
Bukan bodoh dalam pelajaran, tetapi bodoh dalam bertindak. Contohnya [Full Name].

Sejak awal berjumpa dengan Makoto, gadis itu sama sekali tak berubah. Sifatnya masih sama. Senang menolong, tidak mau merepotkan orang lain, dan lainnya.
Entah siapa yang mengajari, yang jelas, sikapnya membuat Makoto semakin ingin [Name] berada disekitarnya apapun yang terjadi.

Makoto bukanlah pemuda baik nan romantis. Bukan pula pemuda humoris yang pengertian. Makoto itu jahat, manipulatif, dan licik. Ia akan menggunakan cara kotor demi memperlancar rencananya.

Namun, meski sikapnya itu tak layak di apresiasi, Makoto tetaplah manusia, kan?
Sifat alamiah manusia seperti Makoto lebih kentara dari pada yang lain. Sayangnya tidak semua mengerti hal itu. Semua orang menganggap Makoto jahat, padahal nyatanya, ia hanya tidak bisa berpura-pura baik.

Pipinya kemerahan, dan bibirnya yang terkatup erat itu tampak bergetar. Kentara sekali gadis didepannya ini sedang ketakutan.

Makoto tahu. [Name] bukanlah gadis pendendam. Entah siapa yang menanamkan sifat seperti itu padanya. Sedikit menyebalkan memang, tetapi karena hal itu pula ia menaruh perhatian pada [Name].

"Kau suka aroma parfumku, kan?"

[Name] menggeleng kuat. Wajahnya sudah merah seutuhnya sekarang. Kotak susu –milik Makoto– yang sejak tadi masih di genggamannya di sodorkan. Tepat mengenai wajah Makoto yang terlampau dekat padanya.

"Nggak!"

Makoto terkekeh. Ia menyaut kotak susu tersebut dari tangan [Name], lalu menusukkan sedotan dengan santai.

"Yasudah," sahut Makoto kalem.

[Name] menghembuskan napas Lega. Sambil membenarkan letak tas Makoto yang melorot dari lengan kanannya, [Name] lalu mengambil selangkah kecil untuk mendekati  sang majikan yang kini bersandar pada tiang listrik.

"Apa?" tanya Makoto. Dari lirikannya,  masih terlihat jelas rona merah yang menjalar dari pipi hingga telinga [Name].

"Bisa kita ke sekolah sekarang? Sejak tadi hanya mutar-mutar saja," tanya [Name]," kita bisa terlambat." Lanjutnya lirih.

Makoto diam sejenak. Setelah menyeruput susunya beberapa kali, akhirnya ia menegakkan badan. Bersiap untuk mengambil langkah.

"Oke."

Baru selangkah, Makoto membalik badan, kembali berhadapan dengan [Name].

"Aaaa," anjur Makoto. [Name] mengernyit bingung. Namun, akhirnya ia mengikuti gerakan mulut Makoto.

"Habiskan." Makoto memasukkan sedotan putih tepat saat mulut [Name] terbuka, lalu memaksa gadis tersebut untuk memegang kotak susu yang isinya tinggal setengah.

[Name] terperanjat. Ia menatap punggung Makoto yang menjauh dengan ekspresi terkejut.

"Akhh!! Awas-awas! Minggir!!"

Sepeda dengan dua penumpang di atasnya melaju kencang menuju [Name].
Dua pemuda yang berusaha mengendalikan satu sepeda di jalan menurun itu saling hujat. Seolah dengan begitu sepeda hilang kendali tadi bisa berhenti.

"Rem anjir! Rem!!"

"Blong ini bego! Nabrak nih pasti!"

"Ada cewek itu setan! Cepet rem pake kaki!"

"Bacot njir! Susah!"

Pemuda bersurai pirang yang menduduki saddle kerepotan mengendalikan stang.
Dengan rem yang tak bisa digunakan, jelas menaiki sepeda di jalan menurun seperti ini bukanlah hal bagus.

[Name] tergagap, bingung mau minggir kekanan atau kekiri. Saat ia memutuskan untuk melompat kekanan, dentum tabrakan terdengar nyaring.

Dua pemuda tadi terjatuh dan sedikit terguling mengikuti jalur menurun. Sedangkan sepeda yang menjadi topik keributan tadi tampak teronggok begitu saja di celah parit.

"Hanamiya-kun!"

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang