Pindah

136 35 0
                                    

Tak ada yang salah dari rasa suka. Siapapun berhak memilikinya. Bahkan orang-orang dengan otak licik seperti Hanamiya Makoto dan antek-anteknya.

Jadi, saat Furuhashi dan Hara tahu bahwa pelatih sekaligus kapten basketnya Kirisaki Daiichi menyukai salah satu korbannya, mereka tak banyak komentar.

Seperti saat ini contohnya. Furuhashi dan Hara diam saja memperhatikan Makoto yang tiduran santai diatas kursi karatan belakang sekolah.

Mereka berdua tak berniat mengganggu, tak pula berniat mengingatkan bahwa saat ini jam pelajaran pertama sudah dimulai. Makoto itu jenius. Jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan.

Hara dan Furuhashi? Kalau mereka sudah jelas sengaja bolos. Itu memang rutinitas yang sulit di hilangkan. Jadi jangan heran kalau keduanya sering tampak berkeliaran di sekolah bahkan saat jam pelajaran berlangsung.

"Anak yang disukai dia itu juga sering duduk disitu waktu makan siang, kan?" Hara membuka percakapan dengan santai. Ia mengadah, menatap langit biru yang terlihat cerah di bawah teduhnya bayangan gedung sekolah.

Furuhashi mengangguk saja. Tak peduli Hara melihatnya atau tidak.

"Orang sinting banyak sekali di dunia ini. Sayangnya semua mengaku waras."

"Kau salah satunya," balas Furuhashi tiba-tiba. Hara terkekeh. "Mana ada. Aku ngaku kalau aku sinting, tuh."

"Goblok."

"Kau itu."

Makoto mendecih. Ia mendudukkan diri dan menatap kearah dua manusia tak asing di seberangnya. "Berisik kalian."

Hara melemparkan botol minuman dingin, dan ditangkap Makoto dengan tepat.

" Besok latihannya?" Furuhashi mengalihkan topik. Ia menyimpan ponsel ke saku, lalu menatap Makoto dengan tatapan ikan mati andalannya.

"Lusa saja. Aku malas."

Inilah enaknya jadi pelatih abal-abal. Mengatur jadwal sesuai moodnya saja. Namun, siapa memangnya yang berani menentang? Mau tak mau, siapapun harus mengikuti aturan yang dibuat Makoto.

°°°

[Name] menatap ibunya yang kini sibuk membereskan berkas-berkas diatas meja.
Sejujurnya ia penasaran. Apa yang sejak tadi mengalihkan fokus ibunya?

"Mungkin 2 atau 3 hari lagi kamu pindah sekolah."

Napas [Name] terangkut.

"Siapkan baju-bajumu. Kita juga akan pindah. Apartemen biasa, yang penting kita bisa tinggal."

"Jangan khawatir tentang pekerjaan Kaa-san. Itu bisa di atur. Yang penting kita pindah."

[Name] sama sekali tak menjawab. Sejak mendengar kata 'pindah' perasannya sudah tak karuan. Ada rasa lega, tapi sebuah perasaan asing juga menguasai dirinya. Seperti ... tidak ingin pergi.

"[Name]?" Ryoko mendekap map yang sudah tersusun rapi, bersiap berdiri.

"Y-ya?"

Senyum Ryoko terukir tulus. "Jangan khawatir. Kaa-san pastikan sekolahmu yang baru tidak seperti disini." Ryoko beranjak pergi setelah melambaikan tangan.

Deru mobil taxi yang tadi dipesan Ryoko secara online terdengar semakin jauh. Meninggalkan [Name] yang kini tertelan oleh perasaan anehnya.

"Kenapa?" gumam [Name]. Tangan kanannya terangkat perlahan, menyentuh dadanya yang terasa nyeri tiba-tiba.

Sekelebat rasa nyaman menyapa, saat [Name] teringat tepukan singkat dikepalanya tadi pagi. Bayangan pemuda itu terngiang. Membuat [Name] semakin yakin jika dirinya sudah jatuh kedalam permainan Makoto.

Betapa menyedihkannya.

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang