ngebabu lagi

128 34 4
                                    

[Name] itu tahu diri. Meski kejadian tersiram air panas dan Mading berisi aib akan membuatnya semakin diperolok, tetap saja ia masih memiliki tugas 'membabu' pada Makoto selama seminggu.

Jadi, daripada Makoto sendiri yang mendatanginya lalu melakukan yang tidak-tidak, [Name] memilih menunggu pemuda itu duluan.

Tatapan sinis dan heran dilayangkan dari setiap murid dan guru yang melewati [Name]. Ia tak peduli. Sendirinya fokus membaca novel yang dibawa sambil berharap Hanamiya Makoto segera keluar dari kelasnya. Ya, [Name] menunggu tepat didepan kelas Makoto. Bersandar pada tembok dengan kepala tertunduk fokus pada novel.

"Babu lagi nunggu majikan, nih."

[Name] melirik kekanan, seorang siswi yang memiliki Surai cokelat pendek bersedekap dada di sebelahnya. Beberapa temannya yang lain juga mengelilingi [Name]. Jelas sekali ingin mengintimidasi.

"Kemarin habis ngadu apa aja?" celetuk siswi yang berdiri didepannya. [Name] membisu, tak berniat menjawab.

"Kau pikir dengan mengajak Wanita tua itu kemari, kau bisa mendapat perhatian para guru?"

"Ramai sekali."

[Name] terhenyak mendengar suara baritone yang datang dari sebelah kirinya, tepat di pintu masuk kelas Makoto.

Di ambang pintu, Furuhashi dan Makoto berdiri bersisian. Keduanya menatap para siswi yang sedang mengintimidasi [Name].

"E-eh, Hanamiya-kun." Siswi bersurai cokelat tadi tersenyum lebar. Dengan cepat ia menyambar lengan Makoto, lalu menyenderkan kepalanya dengan manja. "Yuk kekantin!" ajaknya semanis mungkin.

Makoto menyeringai lebar. Manik hitamnya melirik gadis yang kini bergelayut di lengan kanannya, lalu beralih pada [Name] yang malah fokus membaca novel–meski hanya untuk pengalihan.

"Baiklah."

Furuhashi tahu, Makoto mengiyakan ajakan gadis centil itu hanya untuk memeriahkan suasana. Betapa bodohnya gadis itu. Makoto bukanlah orang yang memperdulikan status dan rupa, malahan, Furuhashi yakin, gadis itu nantinya akan ikut menjadi korban penindasan ringan dari Makoto.

'Bodoh.'

°°°

[Name] tak habis pikir. Makoto ini mau apa sebenarnya? Padahal [Name] sudah mengumpulkan tenaga demi bersiap menerima perintah Makoto yang kebanyakan absurd. Namun, kini yang terjadi malah diluar ekspektasi.

Empat siswi yang tadi mengganggu [Name] di permainkan habis-habisan. Keempatnya berkali-kali di suruh membeli bermacam-macam makanan, disuruh mengambilkan ini dan itu, lalu di kata-katai seolah mereka tak berharga.

[Name] sendiri diam berdiri di sebelah Furuhashi yang sibuk memainkan ponsel. Anggota klub basket yang lain mengikuti jalan permainan Makoto. Menindas gadis-gadis tadi.

"Harusnya kalau banyak babu begini, kau bagi-bagikan saja pada kami," ujar Seto sambil tertawa. Hara di seberang meja nyengir lebar. Setelah menerima permen karet pesanan dari salah satu babu dadakan Makoto, ia menanggapi," Iya. Kebanyakan babu juga ribet, kan?"

Makoto diam saja. Namun, jelas ekspresinya tampak puas. Tak peduli wajah ketakutan dan cemas yang muncul dari empat gadis tadi.

"[Name], pijat pundakku." Akhirnya tugas [Name] di kumandangkan.

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang