memulai

239 43 8
                                    

[Name] meletakkan tasnya di samping kasur.
Berkali-kali ia menolehkan kepala, penasaran suasana tempat tinggal barunya.

"[Name], Kaa-san belanja untuk makan malam dulu. Kamu bereskan saja apa yang bisa dibereskan."

[Name] melongokkan kepala dari celah pintu kamar, memperhatikan ibunya yang mulai melangkah pergi. Saat pintu apartemen tertutup, suara kuncian dua kali terdengar. Pertanda pintu sudah terkunci ganda.

Apartemen yang kini [Name] dan Ryoko tempati tidak besar. Bahkan terkesan minimalis. Dua kamar, satu ruang tamu yang merangkap ruang makan, satu kamar mandi, serta dapur yang tepat berada di pintu masuk. Simpel sekali.

[Name] mendudukkan diri di kasurnya. Rasanya ia penasaran seperti apa sekolah barunya nanti. Apakah semua akan berjalan baik-baik saja?

Denting notifikasi dari aplikasi chat menyadarkan [Name] dari lamunannya. Sebuah pesan singkat terbaca, dengan deretan nomor asing entah milik siapa. Tidak ada fotonya pula.

[Unknown]
Kau berani meninggalkanku?

[Name] menatap bingung. Siapa pula yang mengirim pesan aneh seperti ini? Kurang kerjaan sekali.

Ting!

Satu pesan kembali masuk. [Name] membuka pesan tersebut dengan cepat.

[Unknown]
Aku akan segera menyusulmu
(Melampirkan foto)

[Name] mengunduh foto yang disertakan. Saat foto itu berhasil terunduh, ia terkejut.

Di foto itu terdapat dua kotak jingga berisi manisan lemon dan kue kering yang ia titipkan pada kurir untuk diberikan pada kapten tim basket Kirisaki Daiichi. Itu berarti, orang yang sekarang mengiriminya pesan adalah Hanamiya Makoto.

Wajah [Name] berubah menjadi merah pekat. Tak disangka Makoto akan mengiriminya pesan seperti ini. Lagipula, darimana pemuda itu mendapat nomor [Name]? Siapa yang dimintainya?

Bingung mau menjawab apa, [Name] akhirnya tak membalas. Ia meletakkan ponselnya diatas kasur lalu berbaring telentang sambil membenarkan letak kacamata.

Biarlah, Hanamiya Makoto tak mungkin Sudi menghabiskan waktu berharganya demi menyusul [Name] ke Akita. Itu tidak mungkin. Pasti tidak mungkin.

Ting!

Secepat kilat pesan yang diyakini dari Makoto dibukanya. Satu foto lagi terlampir. Yaitu foto kertas berisi tulisan tangan yang [Name] selipkan di antara kotak pemberiannya pagi tadi.

—————————————————————
- Hanamiya Makoto
Maaf karena aku mengatakan ini. Kupikir, setelah jujur, aku akan melupakan perasaan ini.

Aku tahu aneh. Ya, seperti yang kau katakan. Ini tidak wajar. Tapi, aku akan tetap jujur. Aku tidak mau menyangkalnya.

Aku menyukaimu. Itu saja.

Seperti apapun perlakuanmu dulu padaku, entah kenapa aku merasa itu hanya caramu untuk membuatku ada disekitarmu. Lagipula, kau hanya sering mengejekku atau melakukan penindasan kecil. Tidak seperti mereka yang sampai meninggalkan luka memar di tubuhku.

Hanamiya-san. Maaf kalau aku lancang. Tapi  semua orang punya hak untuk mencintai, kan?
—————————————————————

[Unknown]
Kau melupakan suffix-kun

°°°

Tamat!!
Ouyeahhh :v

Sebenarnya ini gantung banget. Saya kepikiran buat S2nya, cuma belum dapat pencerahannya. Hehe ✌️😳

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sincere or Guile [Hanamiya Makoto X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang