9. DAREL PELIT

236 21 3
                                    

"Gue takut perasaan gue akan semakin dalam ke elo nantinya, gue takut kalau rasa itu semakin dalam dan itu akan semakin menyakitkan, gue takut nantinya lo gak bisa nerima gue, gue takut cinta gue bertepuk sebelah tangan." ------------------
Darel Kevinsyah Alfinto.

HAPPY READING!!!!!

»»»»»»»»»»»»»»»»»»»

Darel sedari tadi yang duduk di kursi samping kanan Ressa merasa jengah keberisikan karena Ressa yang terus menangis dengan suara yang tidak bisa dibilang pelan.

Kesal mencapai puncak ia akhirnya beranjak membekap mulut Ressa lalu menyeretnya keluar.

Ressa yang terus berontak tidak bisa diam dan hanya bisa pasrah akan dibawa kemana sama orang ini.

Sesampainya ditaman yang ada di tengah tengah kafe itu pun Darel melepaskan tangannya dari mulut Ressa.

"Anjir mau bunuh gue lo ya?." Kesalnya.

"Bacot."

"Gak jelas." Ketusnya lalu ia berbalik ingin menaiki lantai dua dimana yang lainnya berada, tapi dicekal tangannya oleh Darel.

"Sini aja."

Ressa mengernyitkan dahinya semakin tidak mengerti dengan bahasa alien satu ini, semakin kesini anak ini makin irit bicara. Ini bukan Darel banget.

Sadar jika Ressa tidak mengerti maksudnya, Darel memperjelas.

"Lo berisik."

Ressa melotot.

"Enak aj---

Ucapannya terpotong saat Darel menarik tangannya mengajak dirinya duduk di sofa bulat yang disediakan di taman kafe itu yang di tengah tamannya terdapat kolam ikan yang besar.

"Udah makan?." Tanya Darel.

"Belum!." Jawabnya tidak santai.

"Oh."

Ressa yang mendengar jawaban singkat Darel makin bertambah kesal, ia pun mengerucutkan bibirnya.

"Kirain mau nawarin makan sialan." Dumelnya sambil memainkan Iphone yang tempo hari dibelikan Darel.

Terlalu asik Ressa bermain Handphone sampai tidak sadar kalau pesanan yang dipesan Darel tadi sewaktu Ressa ngedumel sudah datang.

"Makan!." Titahnya yang membuyarkan Ressa dari handphone nya.

"Apa ini?." Tanyanya menatap Darel tidak percaya.

"Mata lo udah gak berfungsi dengan baik ternyata ya?." Tanya balik.

"Lo pelit apa gimana si? masa cuma mesen roti bakar satu sama air putih! yang bener aja lo Rel!." Kesalnya saat melihat hidangan di mejanya, pasalnya makanan ini hanya untuk dirinya.

"Pelat pelit heh! gue itu peduli sama lo." Celahnya tidak terima dikatai pelit dengan mata melotot dan bertolak pinggang.

"Peduli mata lo soak, lo beliin gue roti sama aer doang itumah pelit namanya pe.lit." Balas Ressa tak mau kalah dengan menekan gaya bicaranya diakhir kalimat, ia juga ikut melotot dan tolak pinggang.

"Eh gue itu beliin lo roti sama air bening biar lo gak gendut! kalo gue pesenin daging tar lo gendut! kalo gue pesenin pasta juga tar lo kolestrol! gue tuh pe.du.li. bukan pe.lit." Bela nya.

"Halah pelit pelit pelit pelit." Ujarnya kesal dengan sengaja menyebut kata pelit sambil memakan roti yang dimeja.

"Tuh kan ujung ujungnya juga lo makan tuh roti." Remehnya dengan menyandarkan tubuhnya disofa yang didudukinya.

Ressa mendongak.

"Yha khawrna hue lapher ajha." Ujarnya dengan mulut penuh roti.

Darel berdecih.

"Ayo cepet abisin makannya! gue anter balik."

"Gamau ah."

"Kenapa?." Herannya. Pasalnya tadi ia dengar kalo Ressa merengek minta diantarkan pulang oleh Devano, tapi kini kenapa dia malah engga mau?.

"Masih mau disini."

"Lo gak malu?."

"Malu kenapa?."

"Lo pake baju party."

Ressa pun melihat penampilan nya saat ini, Ia jadi keingat soal tadi padahal dirinya sudah lupa kejadian tadi. Ia mencebikkan bibirnya.

"Kenapa lo? Muka udah jelek jangan tambah dijelek jelekin gitu." Ucap Darel santai sambil tersenyum meledek.

Mendengar ledekan dari Darel ia makin memajukan bibirnya.

"Dibilang lo tuh jelek!." Ucapnya gemas sambil merauk wajah Ressa dengan tangannya.

"Setan lo Rel!." Kesalnya.

"Pantesan aja lo dihantuin mulu, kalo ngatain orang setan terus sih lo."

"Jangan gitu dong Rel." Ucapnya takut.

Darel tertawa pelan saat melihat perubahan raut wajah Ressa.

"Ayo ah balik." Ajaknya lalu beranjak duluan dari tempat tadi ia duduki.

Kali ini Ressa menuruti ajakan Darel untuk pulang.

*****

Suasana di mobil hening, tak ada yang membuka suara sedari tadi.

"OIYA REL!." Ucap Ressa setengah berteriak membuat Darel yang tengah menyetir terjangkit kaget.

"Astagfirullah Res! Kalo gue jantungan gimana?!!." Kesalnya sambil mengusap ngusap dadanya.

Ressa cengengesan,

"Gue mau cerita!." Ucapnya bersemangat sambil mengubah posisi duduknya jadi menghadap Darel.

"Jadi kan waktu lo abis nengokin gue waktu itu, lo doain gue kan biar gue cepet sembuh maksudnya biar jurignya ilang."

Darel hanya merespon menganggukan kepalanya.

"Dan lo tau ga?." Tanyanya semangat.

"Engga."

Mendengar jawaban Darel ia jadi mencebikkan bibirnya sesaat kemudian semangat kembali.

"DIA BENERAN ILANGGG RELL!!." Jelasnya heboh saking semangatnya sambil menggoyang goyangkan tangan Darel yang sedang nyetir sehingga membuat mobilnya oleng.

"Eh eh bego!." Panik Darel.

"Lo mau kita mati hah?!." Sentaknya membuat Ressa kaget terdiam lalu menarik tangannya yang tadi memegang lengan Darel dan menundukan kepalanya.

"Ya maaf, gue kan gak sengaja." Sesalnya masih dengan kepala tertunduk.

Darel membuang nafas kasar.

Hening kembali sampai ia tiba didepan rumah Ressa.

"Dah sampe." Ucapnya datar tanpa menoleh kearah Ressa.

"Lo gamau turun?." Tanyanya lagi saat tak mendapatkan respon, lalu menghadap Ressa, Dilihatnya Ressa yang sudah tertidur dengan keadaan kepala tertunduk.

"Ck, malah tidur."

Ia pun akhirnya menepuk nepuk pipi Ressa.

"Bangun udah sampe!"

"Hah? hem oh sorry ketiduran." Ucapnya sambil mengucek matanya.

"Thanks udah mau nganterin." Ucapnya lalu langsung turun dari mobil tanpa menoleh ke arah Darel.

Darel menghembuskan nafas pelan.

"Maaf tadi gue refleks ngebentak lo Res, gue cuma takut ini kambuh didepan lo." Gumamnya lirih lalu menyalakan mesin mobil dan pergi dari pekarangan rumah Ressa.

*****

Waduh Darel kenapa tuh? Penasaran kan gimana kelanjutannya?

JANGAN LUPA LIKE KOMEN BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NULISNYA.

Enjoy.

DARRES [Complicated Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang